Pagi itu indah.
Kupu-kupu berterbangan diantara semak-semak berbunga yang tertata rapi didepan setiap rumah. Kedai, gerai, serta warung mulai dibuka. Udara sejuk menghembus jalanan yang bersih. Angin pagi yang masih menerpa dari subuh mencerahkan orang-orang yang melakukan berbagai kegiatan. Mau itu Jogging, jalan santai, bersepeda, mencuci motor, ataupun menyirami bunga di halaman rumah.
Itulah yang persis dilakukan oleh Jeffrey didepan kosnya.
Pria itu dengan santai menyirami bunga-bunga melati sambil berjoget-joget mendugem dengerin lagunya Twice. Sesekali, ia bersiul-siul sambil bergoyang-goyang mengikuti melodi.
"Seolenda me Likey. Me Likey, likey, likey. Me Likey, likey, likey. Dugeun, dugeun, dugeun. Heart, heart" senandungnya sambil berjoget. Menyebabkan air selang melaju ke segala arah.
Johnny yang sedang meminum kopi di teras sambil baca koran malah kena semprotan selang. Sebagian airnya masuk ke kopi hitam pria tersebut. Jadi deh, hambar.
"Dasar anak muda jaman sekarang" Gerutunya sambil mengambil cangkir dan koran yang basah ke dalam dapur kos.
Jeffrey mah, bodo amat. Lagian, hari ini cerah. Tiada awan, tiada hujan, tiada aura negatif--
Eh? pikir Jeffrey. Kayak ada Atmosfer nggak ndukung nih.
Dan benar saja. Biang masalah lewat didepan mata.
Cahya lewat didepan pagar sambil berjalan gontai. Ia memancarkan aura yang menyedihkan.
Matanya sendu, dikelilingi warna hitam seperti corak mata panda. Badannya yang lemas berjalan ke arah halte komplek dengan loyo. Rambutnya berantakan seperti kena hembus angin topan.
"Woi! Redup amat lo!" Jeffrey menyahut setelah menyadari perubahan lingkungan sekitar saking kuatnya pengaruh Cahya.
Gadis itu menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan menyipitkan matanya ke arah Jeffrey seolah-olah dia menderita katarak. Sontak, Cahya tersenyum lesu.
"Eh, bang cilok. Lembur bang? Banyak ya, yang pesen" Cahya menguap karena ngantuk. Sepertinya cewek itu berhalusinasi.
"Gigi lo nyet. Gue bukan bang Bobby sama Chanu!" Jeffrey mengerutkan dahinya ke arah Cahya.
Cahya makin menyipitkan matanya sampai hanya terlihat garis semata.
"Oh, elo rupanya. Lo ganti profesi aja sana. Keknya cocok gantiin bang Bobby" Cahya mengecap lalu menguap.
"Dih, Ogah ah. Nanti Emak-emak Janda sama Kakak-kakak teplos pada terpesona dengan paripurna wujud gue" Pria itu menyibakkan rambutnya ke belakang, diikuti dengan efek sinar matahari dan percikan air selang. Menunjukkan pesona seorang Jeffrey Arino Wibowo.
Cahya yang melihat itu langsung meringis sambil terkantuk-kantuk.
"Iyalah. Gue tau spesies kek lo tuh sesempura ekor babi. Meliuk-liuk tak tentu arah. Cuman, yang barusan lo lakuin itu..." Cahya mencoba berpikir keras. Jeffrey yang penasaran mengangkat alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Segi Empat Abu-abu|🧋
FanfictionHubungan hanyalah sebuah hubungan, sama seperti perkataan yang hanyalah sebuah perkataan. Keduanya sama-sama diisi omong kosong. Namun, jika keduanya dibawa ke tingkat serius, maka hubungan dan perkataan itu akan lebih menjadi rumit. Perihal seperti...