03. Titik Balik

961 104 2
                                    

— Shaka & Kana —

...oOo...

Meski Shaka tidur di sampingnya entah kenapa Kana merasa kalau jarak di antara mereka begitu besar. Tak ada lagi kecupan singkat yang dulu selalu Shaka berikan atau pelukan hangat yang selalu Shaka lakukan setiap kali Kana merasa sulit tidur.

Kana sedih tapi tidak bisa menangis karena air matanya sudah habis terkuras.

Mungkin kalau bisa nekat Kana ingin mengakhiri semuanya, perselisihan antara dia dan Shaka atau pernikahan mereka sekalipun kalau itu bisa membuat Kana terbebas maka akan Kana lakukan.

Tapi masalahnya Kana tidak tega dengan janin yang berada dalam kandungannya. Kana tidak setega itu untuk membiarkan anaknya lahir tanpa seorang ayah.

Kalau pun Shaka sudah berubah hingga tak bisa Kana kenali lagi tak apa, Kana akan bertahan sampai anaknya lahir nanti, selepas itu Kana akan hidup mandiri tanpa harus mengganggu Shaka lagi.

Kana memutar posisi tidurnya beralih menatap Shaka yang memunggunginya. Sejauh ini punggung tegap itu masih terlihat sama, semua yang nampak dari luar perihal Shaka masih terlihat sama.

Entah dengan hatinya. Kana ragu apakah hati suaminya itu masih tetap sama atau tidak.

Tangan Kana bergerak, berniat untuk menyentuh surai hitam suaminya. Dua jengkal terakhir sebelum tangannya menyentuh surai Shaka, Kana berhenti. Rasa takut itu menyelimutinya.

Kana takut Shaka terganggu dengan sentuhannya maka dari itu Kana menarik kembali tangannya, dan memaksa dirinya untuk tidur.

Meski kenyataannya sulit untuknya tidur.


...oOo...



Siang itu Kana duduk di kursi meja makan, tangannya mengelap peluh di sekitar pelipisnya. Nafasnya masih terasa tersenggal karena memang sejak pagi tadi dia sibuk membersihkan rumah.

Matanya memandang sekitar, memperhatikan satu persatu sudut rumahnya.

Bersih.

Senyuman bangga terlukis di bibirnya. setelah berhasil mengatur napas Kana beranjak bangun, berniat mengambil segelas air minum.

Tenggorokan yang semula kering itu terasa lega saat Kana menegak habis satu gelas air dari lemari es, saat hendak menaruh gelas ke atas meja Kana merasakan kram di perutnya.

Kebetulan posisinya berada tak jauh dari kotak P3K berada, Kana segera mengambil krim penghilang kram yang kemarin sempat dia beli. Tapi kram perut itu tidak segera hilang bahkan setelah Kana mengoles perutnya dengan krim itu.

Justru yang Kana rasakan adalah perih yang teramat nyeri.

Berkali-kali Kana meringis dan berkali-kali pula Kana meremat kaus hitam yang ia gunakan.

Puncak dari rasa sakit itu adalah ketika Kana merasakan suatu cairan mengalir di antara dua kakinya.

Air mata Kana pecah begitu matanya melihat aliran darah di kedua kakinya dan saat itu juga Kana menjerit, menyerukan nama sang suami.

"SHAKAAAAA!!!"



...oOo...



"SHAKAAAAA!!!"

Shaka terbangun saat suara jeritan Kana terdengar. Dia menoleh ke samping mendapati Kana yang terus menjerit-jerit dalam tidurnya.

"Kana!" Shaka mengusap wajah prianya yang basah akan keringat, sesekali menepuk pipinya agar suaminya itu bangun. "Kana sadar!!"

Arshaka & Arkananta : Jikyu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang