Jam di dinding sudah menunjukkan lewat tengah malam, tapi aku tak juga terlelap. Usia kandungan yang sudah memasuki 32 minggu, seringkali membuatku terbangun karena harus ke kamar kecil. Perut yang semakin membesar pun membuatku tak nyaman jika terlalu lama berbaring. Disamping, ku lihat Rara dan mas Reno yang sudah terlelap. Damai sekali wajah mereka saat tidur seperti ini. Barangkali mereka kelelahan setelah seharian tadi asyik bermain dan berlarian. Rara memang begitu manja pada mas Reno. Dia seperti tak ingin kehilangan ayahnya lagi dan mas Reno terlihat begitu memahami Rara.
Mas Reno, lelaki yang sudah setahun ini menjadi suamiku adalah sebuah keajaiban untukku. Dia tak hanya hangat padaku, tetapi juga begitu sangat menyayangi Rara putriku. Dia menepiskan segala kekhawatiranku sebelumnya, dia membuktikan semua perkataannya, jika dia akan memperlakukan Rara selayaknya putri kandungnya.
"saya terima nikah dan kawinnya Ratih surya Putri dengan maskawin tersebut tunai"
Aku masih begitu hafal pada janji yang dia ikrarkan di hadapan orang tua dan para saksi, untuk memintaku menjadi pendampingnya di dunia dan di surga. Begitu lantang tak ada keraguan. Terima kasih Tuhan, karena Kau menjawab doa ku beberapa tahun silam di waktu yang sangat tepat dan indah.
Ya, Mas Reno bukanlah orang baru di hidupku. Dia masa laluku. Pernah menjadi penyemangat terhebatku, sebelum akhirnya waktu dan keadaan tak saling menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINTIH RATIH
General FictionAdalah aku, wanita yang harus melawan lara hatiku. Adalah aku, wanita yang harus berdiri tegar diatas kerapuhanku. Adalah aku, wanita yang harus tetap tertawa diatas kepiluanku. Namaku Ratih. Wanita biasa yang dicintai Tuhan begitu luar biasa.