Throwback I

2 0 0
                                    

Aku hanya diam, memandangi gundukan tanah yang berhiaskan bunga merah dan putih di depanku ini. Air mata rasanya sudah enggan untuk keluar lagi dari kedua mataku. Tangisan anak kecil disampingku hanya lirih terdengar ditelinga.

 "mbak, apa ibu sudah tidak bisa pulang bareng kita?"  Rian, adik lelaki ku satu-satunya yang masih berumur 7 tahun ini terus bergelayut di kakiku. Menanyakan hal yang sama berulang kali  dan membuat hatiku tercabik berkali-kali.

"sekarang kita pulang yuk, biar ibu bisa istirahat" kataku sembari menariknya keluar dari komplek pemakaman.

Hari ini, aku sudah kehilangan satu-satunya pegangan dalam hidupku. Ibu, harta yang paling berhargaku, sudah di panggil kembali oleh sang kuasa. Aku benar-benar sendiri.

Usiaku baru 4 tahun waktu itu. Waktu ayahku pergi dari kami selama-lamanya. Meninggalkan sedikit kenangan dan banyak kebingungan pada ibuku. Sejak saat itu, aku harus tinggal bersama kakekku karena dia harus merantau keluar kota.

Aku pindah ke kota ini 7 tahun yang lalu, tepat 2 bulan setelah kelahiran adikku. Dijemput oleh ibu dan ayah tiriku. Aku bahagia, karena ku kira keluarga bahagia yang selama ini aku impikan, akan segera aku rasakan. Yaa, selama ini aku bahagia, karena setidaknya aku berada pada sekitar ibuku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RINTIH RATIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang