2

30 7 1
                                    

Seonghwa terus berlari sambil melihat ke kanan dan ke kiri mencari adiknya di bandara Incheon. Yang ada dalam pikirannya kali ini hanya adiknya, Park Soeun.

Soeun tidak mungkin bersama ibunya jika dia sampai menelpon Seonghwa. Apakah ayahnya tahu Soeun berada di Seoul sekarang? Bagaimana jika ayahnya tidak tahu? Atau lebih tepatnya belum tahu? Apa reaksi ayahnya jika tahu Soeun tiba tiba berada di Seoul?

Keadaan keluarganya cukup rumit. Seonghwa berharap ayahnya tidak akan menolak Soeun. Karena bagaimana pun Soeun juga putrinya. Karena larut dalam pikirannya sendiri, Seonghwa tidak sadar jiia adiknya melambaikan tangan sambil meneriakkan namanya.

Seonghwa melihat adiknya dengan penuh kelegaan. Seonghwa lalu memeluk adiknya erat erat. Melihat adiknya hanya seorang diri, Seonghwa bertanya tanya.

"Kau sendirian?"
Dan hanya dibalas Soeun dengan senyuman lebar.

"Tentu saja tidak, Ge."
"Lalu kau bersama siapa? Jangan membuatku khawatir, OK. Demi Tuhan kau masih 8 tahun, Sofei."

"Maaf jika membuatmu khawatir, Ge. Aku ke Korea bersama paman."

Seonghwa mengerutkan sebelah alisnya. Paman yang mana?

"Aku bersama paman Yunhao."seolah tahu apa yang ada di pikiran kakaknya.
"Lagipula siapa yang sering bolak balik Seoul-Guangzhou kalau bukan paman Yunhao."

Melihat ada 2 koper berada di samping adiknya, Seonghwa mengerutkan keningnya dalam.

"Mengapa kau membawa koper?"

Soeun menggaruk belakang kepalanya lalu tersenyum.

"Ge, aku ingin tinggal bersamamu."

ooo

Setibanya di apartment ayahnya, Soeun tersenyum girang. Tempat tinggalnya di Guangzhou juga tidak lebih buruk dari apartment milik ayahnya. Ya, walau pun dalam hati dirinya mengakui bahwa furniture di apartment ayahnya kelihatan lebih berkelas dan elegan dari segala sisi. Soeun mengangguk anggukkan kepalanya menilai satu persatu perabotan di apartment ayahnya. Dalam hati ia memberikan nilai 9/10.

"Apa kau lelah? Kau ingin istirahat?"tanya Seonghwa.

Soeun menggeleng.

"Aku tidak lelah, Ge. Aku hanya sangat senang bisa berada di sini."
"Mengapa?"

Soeun memiringkan kepalanya pertanda tidak mengerti dengan pertanyaan kakaknya.

"Mengapa kau pergi dari Guangzhou? Apa kau bertengkar dengan ibu? Atau ada alasan lain?"

"Ibu selalu sibuk dengan pekerjaannya."ucap Soeun lalu tertunduk lesu.

"Dan jika ibu pulang ke apartment, ibu akan membawa serta teman laki lakinya. Aku dilarang berada di luar kamar saat ibu membawa teman laki lakinya. Ibu menyuruhku untuk diam dikamar sampai teman ibu pulang."

Saonghwa mengepalkan kedua tangannya erat. Ia marah.

"Soeun, jika suatu saat semunya berubah, aku ingin kau selalu bersamaku. OK. Kemana pun aku pergi, kau harus ikut bersamaku. Kau mengerti?"

"Apa maksud kakak?"
Seonghwa tersenyum tipis.

"Suatu saat kau akan paham dengan apa yang aku ucapkan hari ini."

ooo

2 tahun kemudian...

Hari ini adalah hari kelulusan Seonghwa dari Hyungsin High School. Sohyun dan San bahkan nekat membolos hanya untuk menghadiri kelulusan Park Seonghwa. Mengapa mereka berdua sampai membolos? Itu karena setelah lulus dari Midlle School, Seonghwa tidak berada di tempat pendidikan yang sama dengan kedua sahabatnya.

Seonghwa harus segera lulus dari High School dan memulai berkerja paruh waktu dengan waktu yang lebih intens dari biasanya.

Kenyataannya tidak ada wali yang datang di acara itu. Hanya ada Soeun yang datang sebagai satu satunya keluarga Park Seonghwa. Maka dari itu Sohyun dan San berusaha keras untuk bolos walau harus menerima pukulan dari kedua orang tua mereka ketika mereka pulang ke rumah nanti.

Kehidupan Seonghwa miris?
Memang.

Setahun yang lalu semenjak Soeun menetap di Seoul, ayah mereka memang menerima Soeun dengan baik.

Awalnya.

Namun lambat laun Soeun juga merasakan apa yang dirasakan Seonghwa. Ketika Jinhee dalam keadaan mood yang buruk, dia tak akan segan segan memukuli putra dan putrinya. Bahkan tanpa merasa bersalah ketika melihat kedua anaknya menangis.

Namun Seonghwa tidak begitu ambil pusing dengan kenyataan pahit yang ia terima. Karena sekarang dia sudah bebas. Tak ada seorang pun yang bisa melakukan lagi kekerasan pada dirinya dan adiknya. Yang ia pikirkan saat ini adalah apa yang akan lakukan setelah ia lulus dari Hyungsin High School? Sedangkan di usianya saat ini ia hanya bisa bekerja paruh waktu untuk membiayai kehidupannya dan Soeun. Dan biaya hidup untuk mereka berdua tidaklah sedikit.

Tapi sesuai janjinya, dia akan memberikan apa yang adiknya inginkan semampunya. Karena dia sendiri juga tidak memiliki pekerjaan tetap. Dan Soeun juga selalu sadar diri dengan apa yang ada. Soeun tidak pernah meminta sesuatu jika tidak begitu penting. Dia tahu kakaknya berusaha sangat keras hingga bisa menghidupinya, bahkan menyewa apartemen kecil yang cukup nyaman untuk ditempati oleh mereka berdua.

Ya...sekeras itulah kehidupan Park Seonghwa.

ooo

Seonghwa membungkukkan badannya 90° ketika melihat 'orang itu' berada di dalam apartemen kecilnya saat ia kembali dari acara kelulusan. Dahinya berkerut. Kenapa 'orang itu bisa berada disini?' sedangkan Seonghwa selalu tahu bahwa orang itu tidak pernah menjejakkan kakinya di tanah yang ia anggap laknat.

"Untuk apa anda datang kemari?"tanya Seonghwa tanpa basa basi.

Orang itu tertawa kencang sambil memegangi perutnya. Dahi Seonghwa berkerut semakin dalam, tatapannya juga sangat tajam.

"Tentu saja orang tua ini ingin memberikan ucapan selamat atas kelulusan cucunya. Oh ya Tuhan, kenapa sikapmu mengingatkanku kepada nenekmu hm?"ucap kakek Seonghwa, Wang Yihan.

"Anda bahkan selalu menganggap tempat ini laknat , wajar saja jika saya menanyakan maksud anda datang ke gubuk sewaan kami."

Sang kakek mengangguk anggukkan kepalanya. Lalu tersenyum kecil.

"Ngomong ngomong dimana cucu perempuanku?"tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Jika tidak ada yang ingin anda katakan, saya rasa anda bisa kembali ke tanah surga itu. Silakan anda pulang dan segera beristirahat."

Seonghwa berdiri lalu salah satu pengawal milik kakeknya yang marah melihat sikap kurang ajar sang cucu dari majikannya hendak menghajar Seonghwa namun urung karena sang kakek memberikan tanda lewat tangannya.

"Orang tua ini ingin membuat kesepakatan dengan cucunya."

Seonghwa diam.

"Aku ini tidak seburuk yang kau kira, Seonghwa. Aku selalu memikirkanmu dan adikmu selama ini. Aku juga selalu mengirim mata-"

"Tolong katakan intinya saja, kakek."

"Lancang!"teriak salah satu pengawal kepada Seonghwa. Lagi lagi sang kakek memberi tanda untuk tidak melakukan kekerasan apapun terhadap cucu laki lakinya.

Orang tua itu dalam hati senang ketika Seonghwa menyebutnya kakek. Hatinya terasa menghangat. Namun beberapa saat kemudian sang kakek menghela napas kasar. Memang kaca yang sudah pecah tak akan sempurna lagi jika disatukan. Begitu pun dengan hubungannya dengan cucunya.

"Mari kita akhiri perang dingin ini dan memulai kehidupan yang baru."ucap sang kakek dengan tulus sembari tersenyum.

TBC
1000k word sesuai janji, jangan ragu untuk mengomentari cerita ini, karena saya suka dengan kritik dan saran. Terimakasih sudah membaca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Close From AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang