Warning: harsh word!
"Lo ribut sama Nayeon?" Tanya Jeongyeon pada Jihyo yang terlihat murung malam ini. Yang ditanya menggeleng. Dengan wajah masam tentu saja.
"Berarti iya" lanjut Jeongyeon. Gadis itu hapal betul apa kebiasaan Jihyo. Kalau menggeleng sambil cemberut artinya iya. Kalau menggeleng sambil tersenyum berarti tidak.
"Kenapa lo berdua?" Jeongyeon masih berusaha bertanya. Bermaksud menengahi keadaan.
"Tanya aja sama orangnya" jawab Jihyo ketus. Kalau sudah begini sih sulit. Jihyo nggak akan mau angkat bicara.
"Kenapa sih?"
"Dibilang tanya aja langsung sama orangnya" benar kan.
Gadis yang lebih tinggi dari Jihyo itu akhirnya menyerah. Ia memilih menyandarkan tubuhnya ke kursi kemudian mengambil secangkir kopi americano yang sudah dingin. Sembari memutar otak supaya mendapatkan cara agar Jihyo mau angkat bicara. Sedangkan Jihyonya tetap acuh, fokus menatap layar laptop yang menampilkan Microsoft Excel yang penuh dengan data.
"Gimana prokernya mau jalan kalo koor sama sub koornya banyak masalah pribadi gini" komentar Jeongyeon. Jihyo mendelik, merasa tidak terima dengan omongan itu.
"Nggak usah bawa-bawa BEM. Proker tetep jalan kok. Gue nggak mau nyampurin masalah pribadi ke organisasi lho"
"Bagus sih kalau kalian profesional. Tapi nggak bagus Ji marahan lama-lama itu"
"Lo kira gue nggak mau baikan apa?"
"Ya udah gih kalian baikan dulu"
"Ogah banget gue ngajak baikan duluan. Dia yang tiba-tiba marah-marah nggak jelas, tiba-tiba ngeblock segala, kayak anak kecil"
"Lo ngapain lagi ini? Bikin salah apalagi? Nggak mungkin dia tau-tau marah kalau nggak ada sebab"
"Gue nggak bikin salah ya. Emang nggak ada sebab"
"Yakin?"
"Yakin"
"--kayaknya"
"Yakin kok kayaknya"
Jihyo terdiam. Bingung dan mulai merasa terpojokkan. Meski di satu sisi ia merasa masih tidak punya salah.
"Gue kan kemarin nemuin Bu Ratih, minta tanda tangan proposal BEM, abis itu makan soto di depan, terus pas gue balik dia udah nggak ada di kamar gue, barang-barangnya juga nggak ada. Gue tanya Dahyun dia ada di kosnya nggak, kata Dahyun motornya ada, berarti orangnya ada kan? Gue bingung lah tiba-tiba balik gitu nggak ngabarin, ada apa gitu kan? Eh pas gue chat malah centang satu, si anjir emang gue diblokir. Tau ah nggak jelas cuk males gue bahasnya soalnya salah terus gue di mata dia"
Nayeon belakangan ini memang tinggal di kamar kos Jihyo. Supaya dekat kalau mau membahas proker katanya. Jihyo sih nggak keberatan karena dia memang senang ditemani Nayeon menjalani hari, tapi masalahnya kalau tiba-tiba marah begini dan langsung pulang ke kos tanpa pamit Jihyo jadi kesal sendiri. Jihyo kan sudah terbiasa ada Nayeon di sisinya. Jihyo pikir setidaknya kalau emang mau pulang ke kos ya pamitan kepada dirinya dulu. Tapi ini tidak sama sekali. Dia kan jadi merasa agak... kehilangan.
"Bentar Ji, cerita lo nggak lengkap"
"Apa lagi?"
"Lo minta tanda tangan Bu Ratih sama siapa?"
"Mina"
"Makan soto sama siapa?"
"Mina"
"Baliknya nganterin Mina?"