° Three °

119 21 0
                                    

"Sakura."

Kalpas berjalan menghampiri sang gadis yang berdiam diri menatap pohon sakura itu dengan tatapan kosong. Kondisi keduanya tak terlihat sepenuhnya baik–Kalpas masih memakai gips di lengannya dan Sakura mengenakan perban di lengan serta pahanya.

Kejadian Herrscher of Binding beberapa hari yang lalu benar-benar kacau–dari keseluruhan prajurit MANTIS, Herrscher keparat itu hanya menyisakan tiga belas orang, termasuk di antaranya Sakura dan Kalpas. Ketiga belas orang yang tersisa menyandang nama The Thirteen Flame-Chasers, dengan Kalpas yang berada di posisi keenam dan Sakura di posisi kedelapan.

Bohong jika Sakura tidak merasa sedih. Ia kehilangan banyak ajudan dan teman seperjuangannya, satu persatu mati di hadapannya tanpa ia bisa berbuat apa-apa. Dalam hati ia berpikir, inikah perasaan Kalpas ketika ia membunuh seseorang yang penting bagi laki-laki itu dalam misi Cocoon?

Sungguh menyakitkan.

Sakura tak mengerti lagi, mengapa ia harus terus hidup dengan tragedi seperti ini?

Langkah Kalpas masih tertatih karena luka di kakinya, namun ia memaksakan berjalan secepatnya untuk menghampiri sang gadis. Ketika sudah berada tepat di sampingnya, ia menepuk pucuk kepala Sakura. "Semangatlah sedikit, Sakura. Rekan-rekanmu takkan senang melihatmu begitu."

"...."

Keduanya kembali terdiam. Meski Kalpas bilang begitu–dalam hati ia pun mengucapkan kalimat itu untuknya sendiri. Lagi-lagi, ia harus kehilangan ajudannya. Ia sudah terbiasa, tetapi tetap saja menyakitkan.

Herrscher of Binding membawa tragedi besar dalam sejarah umat manusia–meski kekuatannya tak sehebat Herrscher lain, tetapi ia mampu memporak-porandakan peradaban. Tujuh puluh persen peradaban umat manusia hancur, menyisakan tiga kota terakhir tempat manusia bisa hidup.

"Kau tidak berpartisipasi dalam pestanya, Kalpas?" Sakura mengalihkan pembicaraan mereka, ia enggan membahas topik tadi lebih lanjut.

Kalpas melengos dengan kesal. "Apakah aku terlihat seperti orang yang akan menghadiri pesta bodoh itu?"

"Apanya yang perlu dirayakan? Rasanya aku ingin tertawa melihat orang-orang yang masih bisa mengikuti pesta itu-padahal sudah kehilangan segalanya hanya karena satu Herrscher sialan."

Sakura mengalihkan pandangannya ke arah Kalpas, tentunya ia setuju dengan pendapat laki-laki itu. Namun, saat ini ia sedang tak ingin menanggapi–ia memilih diam.

Kalpas menyadari itu. Hari itu, keduanya hanya bisa memandang pohon sakura bersama-sama dalam diam.

***

"Araa~? Tak biasanya Kalpas datang ke laboratoriumku~"

Kalpas memasuki salah satu laboratorium dengan napas tersengal-sengal, sepasang netra hijau tuanya di balik topeng memandang gadis berambut hijau itu dengan penuh amarah. Tanpa membalas sambutan sang ilmuwan, Kalpas terlebih dahulu menghampirinya dan menarik kerah baju gadis itu dengan kasar. "Katakan, apa yang kau lakukan pada Sakura?!"

Benar. Beberapa menit lalu, Kalpas berpapasan dengan Sakura–ia menemukan sang gadis dengan tatapan kosong seperti waktu itu, padahal sebelumnya ia baik-baik saja. Begitu bertanya ke sana-sini, Kalpas mengetahui Sakura baru saja menemui Mobius-si gadis berambut hijau itu.

Dalam sekejap, amarah menyelimuti Kalpas. Jikalau itu orang lain, Kalpas mungkin takkan seperti ini. Namun, ia mengetahui reputasi Mobius terkenal sangat buruk–ia pasti melakukan sesuatu terhadap Sakura. "Jangan membuatku mengulang pertanyaanku, Mobius. Mau kubunuh?"

Sang ilmuwan terkikik geli melihat reaksi Kalpas. Ini adalah hal baru baginya–melihat Kalpas yang biasanya hanya peduli dengan pembantaian kini menaruh atensinya pada seorang gadis. "Whoaa, tenang dulu, Kalpas. Kenapa kau semarah itu~? Mengapa kau berasumsi aku melakukan sesuatu padanya?"

Mobius kemudian memiringkan kepalanya, menatap Kalpas dengan tatapan mengejek. "Dan yang terpenting ... sejak kapan kau begitu peduli pada seorang gadis?"

"Apa kau ayahnya, eh? Lucu."

Tanpa berkata apa-apa, Kalpas melayangkan serangannya pada Mobius. Mobius yang tak sempat menghindar–atau memang sengaja tak menghindar–tergeletak begitu saja di atas lantai ruang laboratorium. Kalpas yang terlampau emosi membunuh gadis itu.

Namun, orang seperti Mobius tentu takkan mati dengan mudah. Ia sudah pernah mati beberapa kali–menemui kematian adalah hal biasa baginya. Sebab, ia bisa bangkit dari kematian. Lihat saja, dalam beberapa puluh detik, ia sudah hidup kembali–dalam sosok yang lebih muda. Kini ia tampak seperti anak-anak berusia empat belas tahun.

"Kak Kalpas~ Apakah kau tidak kasihan padaku?" Dengan nada mengejek, Mobius menanyakan itu pada Kalpas. Ia melihat Kalpas yang sekali lagi ingin memukulnya–tetapi, kali ini ia menghindar.

Kalpas tak peduli. Ia hanya ingin mendapat jawaban. Ia benci jika harus berhadapan dengan wanita ular itu. Sekali lagi, Kalpas mengulangi pertanyaan yang sama, "Apa yang kau lakukan pada Sakura, brengsek?"

"Kubunuh kau sekali lagi kalau tak mau menjawab."

Mobius mendelik tajam dan kemudian memandangnya dengan tatapan meremehkan. Seringai licik terulas di wajahnya. "Kalau aku menolak?"

"Aku akan terus membunuhmu sampai mulut bodohmu memberikan jawaban padaku."

Mobius menyeringai lebar, ia sudah cukup puas bermain-main dengan laki-laki itu. Kini ia tak ingin berurusan lebih lama lagi dengan Kalpas. Mobius melangkahkan kaki, kemudian berjalan melewati Kalpas. "Hmm~ aku tidak melakukan apa-apa, kok."

Sang ilmuwan memotong kalimatnya di situ, kemudian ia melanjutkan dengan nasa suara yang terkesan mengejek.

"Aku hanya bilang ... kalau aku sudah memprediksi Rin–adiknya tersayang, akan menjadi Herrscher berikutnya."

***

Lied « Kalpas x Sakura » (Honkai Impact 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang