° Four °

134 19 3
                                    

"Sakura!"

Derap langkah Kalpas terdengar dari kejauhan, suaranya yang berat menyapa indra pendengaran Sakura. Sang gadis menoleh ketika laki-laki itu masih berlari menghampirinya. Ia hanya melambaikan tangannya sebagai sapaan.

Napas Kalpas tersengal-sengal, tetapi ia tak peduli. Kalpas memandang Sakura dengan tatapan khawatir–ia dengar Sakura mendatangi pohon sakura itu sendirian–membuatnya segera menghampir. Sebab, sesuai janji yang mereka buat–selama ini mereka selalu pergi bersama, meski jarang. Dari jendela lantai tiga, Kalpas secara kebetulan melihat sang gadis pergi ke arah pohon Sakura, maka ia segera meninggalkan markas untuk mengejarnya. Ia bertanya dengan nada cemas, "Kau kenapa, Sakura?"

"Tentu kau sudah tahu jawabannya, Kalpas." Sakura memaksakan senyum tipis di wajahnya. Ia memandang Kalpas dengan tatapan sendu, entah ekspresi macam apa yang muncul di wajahnya, Sakura tidak memikirkan itu. "Rin sudah ditahan di markas Fire Moth hari ini. Aku dinonaktifkan sementara dalam organisasi. Menyedihkan, bukan?"

"...." Kalpas hanya terdiam. Ia sudah mendengar kabarnya dari Elysia, sesama anggota Flame-Chasers. Kemarin, ia baru mendengar katanya Fire Moth mengkonfirmasi kalau Rin adalah Herrscher selanjutnya–tetapi, tak ia sangka akan jadi seperti ini.

Ia kira, ini adalah kesalahpahaman semata, dan mereka takkan melakukan apapun pada Rin.

"Kakak macam apa aku ini, Kalpas? Aku tak bisa melawan begitu melihat adikku ditahan." Sakura tertawa miris sembari menatap Kalpas, senyuman paksa ia lukis di wajahnya yang menahan tangis. "Rin tidak dikendalikan oleh Herrscher. Ia masih manusia, seperti kita."

Kalpas bukanlah pemberi nasihat yang baik, tetapi, ia mengerti perasaan Sakura yang terasa tak berdaya. "Lantas, apa yang mau kau lakukan setelah ini?"

"Sejujurnya, aku ingin menyelundup masuk ke tempat Rin ditahan, kemudian aku akan membawanya pergi ke tempat di mana kami berdua bisa hidup bersama-sama."

Helaan napas dikeluarkan oleh laki-laki itu, Kalpas mengalihkan atensinya untuk melihat pohon sakura yang masih berdiri kokoh di hadapannya. Ia tampak memikirkan sesuatu sesaat sebelum memandang lagi ke arah sang gadis. "Lakukanlah."

"Aku akan membukakan jalan untukmu, ketika penjaga bodoh itu tidak lihat, kau segera masuklah."

Sakura memandang rekannya dengan tatapan kebingungan. Tak ia sangka Kalpas akan membantunya sampai sebegini jauh–sebab, ia kira laki-laki itu takkan peduli. "Kau serius?"

"Ya, tetapi aku takkan melakukan ini tanpa bayaran. Aku akan membantumu jika kau melakukan satu permintaanku sebagai gantinya."

Sakura menghela napas singkat. "Apa yang harus kulakukan untukmu?"

"Kau harus kembali dengan selamat. Bawa pergi Rin ke tempat yang aman, lalu suatu saat kita akan bertemu lagi di depan pohon sakura ini."

Kedua netra Sakura membulat ketika mendengar permintaan Kalpas. Perasaan hangat mengaliri hatinya, senyuman manis terpasang di wajahnya. Ia menundukkan kepala dan bergumam pelan, "Terima kasih, Kalpas."

Kalpas hanya memandang Sakura dan mengusap-usap pucuk kepala gadis itu. Tak ada rasa penyesalan dalam hatinya, sebab, ia senang jikalau Sakura bahagia. "Bodoh. Kalau mau berterima kasih, lakukan itu setelah kau kembali nanti."

***

Semua terjadi begitu cepat.

Sakura berhasil menyelundup ke sana, semuanya sudah terlambat. Beberapa prajurit Fire Moth telah membunuh Rin yang sedang ditahan, dan menyebut hal rendah itu sebagai kemenangan langka.

Namun, tindakan bodoh mereka membawa sebuah tragedi baru. Kematian Rin justru membangkitkan sang Herrscher yang tertidur. Herrscher of Corruption bangkit dan menelan banyak korban–ia bahkan mengkorupsi sistem komputer Fire Moth dan mengirim nuklir ke tiga kota terakhir milik umat manusia, menyisakan reruntuhan berupa puing-puing.

Sakura sudah berjuang sekuat tenaganya untuk menghentikan sang adik yang dikendalikan Herrscher, tetapi, ia gagal dalam prosesnya.

Tubuh Kalpas gemetar, pemandangan di hadapannya sungguh tak bisa ia percaya. Dengan langkah tertatih, ia menghampiri tubuh Sakura yang sudah tergeletak tak berdaya. Kakinya terasa lemas, ia jatuh berlutut di samping gadis itu itu. Detak jantungnya berdebar tak keruan, perasaannya terasa kacau, bercampuran antara sedih, tak percaya, dan emosi.

"Sa ... kura?"

Ketika menemukan Sakura, ia mendapati jantungnya sudah tak berdetak, darah tak lagi mengalir di tubuhnya.

Seketika, dunianya runtuh.

"Hei, Sakura. Kau takkan mati semudah ini, 'kan?"

Tangannya menggenggam erat telapak tangan sang gadis, ia mengguncangkan tubuh gadis itu beberapa kali.

"Sakura! Sakura! Apa maksudmu? Jangan bercanda, atau kuhajar kau!"

Tak ada respon, tentu saja. Kalpas sudah tahu jawabannya, tetapi–ia masih menolak untuk percaya. Ia yakin Sakura takkan meninggalkannya, secepat itu.

"Kau tak boleh pergi, Sakura! Bukankah kita akan bersama-sama melihat pohon sakura lagi bersama Rin?!"

Sekali lagi, dunia yang dilihat Kalpas hancur. Ia sudah pernah kehilangan sebelumnya, dan kali ini harus kehilangan dua orang lagi–Rin, dan Sakura. Sakura yang sudah menjadi orang terdekatnya selama berada di Fire Moth–kini sudah gugur tanpa ada siapa pun di sisinya.

Tubuh Sakura yang sudah semakin kaku membuat Kalpas tersadar-gadis itu sungguh telah tiada.

Dalam diam, Kalpas menarik tubuh gadis itu dan memeluknya. Air mata mengalir melalui pipinya.

"Sakura ...."

***

Lied « Kalpas x Sakura » (Honkai Impact 3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang