💌 Prologue

12 2 0
                                    

Seisi kelas sedang membicarakan akun menfes sekolah yang baru saja dibuat oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah.

"Kenapa saat kita udah kelas 12 sih baru ada akun menfes-nya? OSIS angkatan kita engga seru!" oceh Adena.

Senna tersenyum nakal mendengar ocehan sahabatnya "Ciee berharap ada yang ngirimin kamu menfes ya de?"

Bibir Adena membuat isyarat seakan-akan ia kesal karena Senna menggodanya. Siapa juga yang tidak mau memiliki secret admirer dalam hidup yang hanya sekali ini? Apalagi kalau secret admirer itu adik kelas yang imut, pintar, dan polos. Sungguh sebuah adik kelas yang idaman bukan?

Lagi-lagi Senna bisa menebak isi pikiran sahabatnya ini "Lagian mana ada sih adik kelas yang seperti itu sekarang adee? 80% adik kelas jaman sekarang ga ada akhlaknya, kamu tau itu kan"

Adena mengangguk setuju, perkataan Senna tidak bisa di elak setelah melihat adiknya yang baru saja menginjak kelas 1 SMA. "Makasih udah ngingetin Sen, aku sampai lupa punya adik" kata Adena seraya tersenyum kesal mengingat adiknya yang 1 sekolah dengannya saat ini.

Jam saat ini seharusnya di isi dengan pelajaran Seni budaya, tetapi kemungkinan besar karena pak tio masih mengurus persalinan istrinya, jadi kelas ini mendapatkan jatah jam kosong. Maka dari itu, kelas menjadi riuh tak terkendali. Senna memang mendapati jabatan sebagai ketua kelas di 12-MIPA 1 tapi ia tak ada niat untuk mencari guru ke kantor dan menanyakan apakah ada tugas titipan dari Pak Cio hari ini.

Karena ia tau betul Pak Cio tak akan menitipkan tugas apapun saat ia berhalangan hadir. Jadi dari pada membuang tenaga menaiki tangga hingga ke lantai 4, lebih baik menunggu waktu hingga bell jam pulang berbunyi.

Hari ini hari Sabtu, yang dimana hari ini dipakai Senna untuk mengambil Daily worker sebagai Barista di salah satu coffe shop terkenal di kalangan anak-anak muda jaman sekarang. Suatu kondisi yang memaksakan ia harus memutar otak untuk bisa membantu keluarganya sejak dini. Dari pada berdiam diri lebih baik aku bekerja, begitu pikirnya.

"Yes, bunyi yang dari tadi kita tunggu akhirnya bisa aku dengar sen" Ucap Adena dengan senang. Dengan secepat kilat Adena mengenakan jaketnya dan mengendong tas ringannya itu.

Sebelum hendak melewati meja Senna, ia melihat sahabatnya yang sedang sibuk menyisir seluruh penjuru kolong mejanya untuk memastikan tidak ada barang berharganya yang tertinggal. "Senna, semangat untuk kerjanya nanti. Maaf ya aku engga bisa kesana dulu seperti biasanya, aku punya janji dengan mama"

Senna mengangguk dan tersenyum "it's okay beb, kamu gak harus setiap hari juga ke tempat kerja ku. Kamu mau bangkrut muda?" Adena terkekeh dan lanjut melangkahkan kakinya keluar kelas seraya melambaikan tangannya. "Siap laksanakan Senna sayang, bye-bye~"

Dibalasnya lambaian Adena kemudian menggeser-geser layar ponselnya untuk mencari playlist dengan judul fav song♡ . Dengan headset-nya yang sudah sedari-tadi bertengger pada kedua telinganya, Senna berjalan menelusuri koridor yang masih dipenuhi dengan siswa-siswi yang memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang melanjutkan kegiatannya di sekolah dengan mengikuti Extrakulikuler, Ke kantin, Kerja kelompok, sampai sama sepertinya bertujuan untuk menuju parking area.

Senna menyesal karena ia datang lebih pagi hari ini, alhasil motornya berada di bagian paling dalam. Dan itu artinya ia harus menunggu para pemilik motor lainnya untuk bisa keluar dari sekolah ini dengan motornya. Ia sedikit berdecak dan memutuskan untuk menunggu di perpustakaan yang lokasinya tak jauh dari sana.

Tak seperti biasanya, kondisi perpustakaan sedang ramai. Senna mengamati seluruh siswa-siswi yang sedang berada di perpustakaan, dan seperdetik kemudian menyadari bahwa mereka sedang mengantri untuk mendapatkan buku baru. Pantas saja motor-motor itu masih banyak yang menganggur menunggu majikannya. Mau tidak mau, senna harus memutar balik langkahnya menuju kantin.

Senna dibuat tersentak dengan tangan yang tiba-tiba menepuk pundaknya seraya di iringi oleh suara siswa yang tak ia kenal "Kak, gantungan kunci mu terjatuh" Senna segera menoleh kebelakang dan bertemu dengan dua manik manis di depannya. "Maaf membuat kakak terkejut, saya engga bermaksud" ucapnya dengan menyodorkan tangan berisi gantungan kunci berwarna kuning bermotif bunga senna itu. Senna tersenyum "Santai, thank you..." Mata Senna menyipit memcoba untuk membaca tanda kenal pada baju siswa dihadapannya. "Thank you, Juan Danendra"

Setalah itu, senna lanjut melaksanakan tujuan utamanya untuk pergi ke kantin. Ada rasa yang sangat amat ia syukuri saat siswa tersebut memberitau mengenai gantungan kuncinya yang terjatuh. Karena gantungan bunga senna tersebut sangat berarti baginya. Senna tersenyum lega sambil mengusap gantungan kuncinya yang berkilau itu.

Berbeda dengan kondisi Juan saat ini yang masih di tempat dan posisi yang sama, ia merasa tak adil karena hanya kakak kelas itu yang mengetahui namanya. Berdecak kesal pun saat ini sama saja tak bisa mengulang kejadian tadi. "Aku harap kita bisa bertemu lagi"










y/n as a Senna Violetta

So jungwhan as a Juan Danendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

So jungwhan as a Juan Danendra

So jungwhan as a Juan Danendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shin Yu-na as a Adena

Shin Yu-na as a Adena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


- 소중한 가을🍁

Noona? - So Junghwan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang