The Lost Light - 4

74 13 2
                                    

Aku ngetik ini sambil dengerin lagu yang di mulmed :))

Aku saranin kalian dengerin juga hehehe. Musiknya enak ;D

○○○○○

Chandra menahan pening yang masih setia menyerangnya.

Kakinya berjalan lemah memasuki gedung universitas. Matanya melirik kesekitar, berharap bertemu Sungchan yang sedikit banyak bisa membantu dan menemaninya.

Telapak tangan yang tadi diobati Bibi Ratih, dililit oleh kain kasa.

Kepalanya yang sempat berdarah juga tertutupi kasa dibalik tudung hodie yang dikenakannya.

"Huh.." nafasnya berhembus dengan berat.

"Halo, sahabat!" Sapaan seseorang yang tiba-tiba, mengejutkan Chandra dari keterdiamannya.

"Ihh.. lo lama banget datengnya." Chandra merajuk. Tangannya masuk ke dalam kantong hodie untuk disembunyikan. Wajahnya tertekuk.

Saka tertawa kecil. "Tadi Mama manja banget. Minta peluk, cium, manja-manja ke gue. Jadi, ya.. gue bisa apa hahaha..."

Chandra terdiam. Sebersit rasa iri merayap ke relung hatinya secara perlahan.

Sadar akan perubahan mimik wajah sahabatnya, Saka segera berkata panik. "Eh.. eh.. Kita kenapa masih disini? Kelas mulai 5 menit lagi, anjir!"

Chandra ikut panik. Dia mendongak, melotot lalu berlari menuju kelas mereka siang ini.

○○○○○

"Minggu besok lo mau kemana, Chan?" tanya Saka sembari melangkahkan kakinya keluar. Bersisian dengan Chandra disebelahnya.

"Dirumah. Seperti biasa."

Tangan kiri Chandra masih terus disembunyikan dibalik kantong hodienya.

Bukan apa-apa. Chandra hanya tidak ingin Saka terlalu khawatir dan berakhir terus bertanya mengenai kondisinya.

Langkah Chandra berhenti karena Saka tidak melangkah. Kurvanya melengkung. "Besok gue ada acara di Villa daerah Puncak bareng keluarga besar gue. Lo ikut, yaa," ajak Saka antusias. Matanya menatap Chenle penuh harap.

Mendengar itu, Chandra langsung teringat dengan Sang Ayah yang pemarah dan tidak suka dirinya berada diluar rumah terlalu lama.

"Maaf, ya, Sa--"

"NO. Kali ini biar gue yang minta ijin ke ayah lo," potong Saka cepat tak terbantahkan. "Emangnya, lo gak pengen holiday melepas penat gitu?"

"Mau," cicit pemuda yang lebih kecil.

Tersenyum geli, Saka menyikut perut Chandra pelan berniat menggoda.

"Aduh.."

"Ehh.. gue nyikut lo terlalu keras ya?"

Wajah Chandra menegang. "Enggak kok. Cuma refleks, terus ngaduh karena kaget aja gitu," elaknya.

Mata Saka memicing penuh curiga. "Gue gak suka lo main rahasia gini ke gue, Chan."

"Si--"

"Selagi gue ada disini bareng lo, tolong jangan sembunyiin apapun, Chandra. Lo lupa masih punya gue sebagai sahabat baik lo."

Chandra mengalah. Dia mengeluarkan tangannya yang kepanasan dari balik kantong.

"Tapi lo janji jangan khawatir berlebihan, ya. Luka di tangan gue ini udah diobatin kok."

Saka menyendu. Di lorong kampus tersebut, Saka mengajak Chandra duduk dikursi yang memang terdapat disana.

"Denger pesan gue, ya, Chan," ucap Saka serius. "Lo jangan diem terus kayak gini. Sekali-kali lo mesti berontak dikit ke ayah lo. Sampe kapan lo mau diginiin? Aren't you tired, hmm?"

the lost lightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang