09

17.9K 2K 204
                                    

Jani menghembuskan napasnya bosan. Dilihatnya jam dinding, jarum pendek menunjukkan angka dua. Ini semua karena Ilham yang tidur dari jam 12 siang, dan lama-kelamaan Jani pun ikut tidur di sebelah Ilham.

Mereka tidur di kasur berukuran king size, itu semua karena kamar yang dua kasur sudah tidak ada lagi. Tadinya Jani tidak mau lalu menuduh Ilham dan menjabak rambutnya.

Jani menyetujui setelah Ilham berkata, "Ya udah, cari hotel lain sana sendiri. Cari motel lain. Gue udah capek."

Jani memperhatikan jarum jam. Lalu beringsut ke samping Ilham dan menggoyangkan bahunya. "Ham, gue kebangun nih. Gak bisa tidur lagi, ngobrol yuuuk." Jani menggoyangkan bahu Ilham.

Ilham hanya bergumam tidak sadar, matanya tetap terpejam. Jani beralih memukul lengan Ilham. "Banguuun, iiih. Temenin gue ngobrol!" seru Jani masih membangunkan Ilham.

Tiba-tiba Jani menyeringai jahil lalu bergeser hingga mendekati kaki Ilham. Tangannya menggelitiki telapak kaki Ilham membuat laki-laki itu menggeliat saat tidur. "Mampus kegelian, biar bangun!" gumam Jani dengan senyum jahil.

"Aduuuh!" erang Ilham ketika kakinya masih digelitik. Tak berapa lama Ilham membuka matanya dan mendapati Jani menahan kakinya sambil menggelitiki telapak kakinya.

"Ih, geli!!! Ck, lepas, Jan!" seru laki-laki itu sambil meronta-ronta. Jani melepaskan tangannya yang menahan kaki Ilham lalu tertawa terbahak-bahak.

"Apa sih, gak jelas! Ganggu orang tidur aja!" omel Ilham lalu matanya melirik jam dinding. "Ini masih jam dua! Tidur lagi sana,"

Jani cemberut. "Gue kebangun, gak bisa tidur lagi. Temenin ngobrol," rengek Jani. Ilham berdecak kesal, namun ia bangun untuk duduk dan bersandar.

"Cepetan ngomong. Gue dengerin." Ilham bersedekap, matanya masih terlihat mengantuk.

"Yeeey! Late night talks! Kita main 20 pertanyaan, yuk!" seru Jani antusias. Ilham hanya berdeham panjang. Namun Jani menghiraukan Ilham yang masih terlihat mengantuk, ia sedang bosan dan butuh teman ngobrol.

"Suka warna apa?" tanya Jani. "Eh, jangan itu deh. Ganti-ganti, gue udah tau. Hmmm... Apa ya?"

"Teh atau kopi?" tanya Jani setelah lama berpikir.

"Teh, pake susu." Ilham menjawab dengan malas.

"Ayo, sekarang lo yang nanya!" ujar Jani. Ilham menghembuskan napasnya lalu mengucek matanya sebentar.

"Nama adek lo?" tanya Ilham. Jani merengut.

"Lo, kan, udah tau! Yang lain dong!" protes Jani.

"Ck, jawab aja sih!" balas Ilham.

"Dhani. Apa hal terkonyol yang pernah lo lakuin?" tanya Jani, kembali antusias.

Ilham terdiam sebentar untuk berpikir. "Kenalan sama lo, hal buruk malah. Bukan hal terkonyol," jawab Ilham lalu sepersekian detiknya ia dihujani pukulan dari Jani.

"Buruan, tanya gue lagi!" sungut Jani. Ilham menggelengkan kepalanya, cewek ini... benar-benar.

"Orang yang lagi lo suka sekarang?" tanya Ilham. Jani berpikir sambil mengerutkan dahinya.

"Lo," jawab Jani. "Orang yang lagi pengen gue bunuh sekarang."

Ilham menatap Jani tak suka. "Apa sih, melenceng dari pertanyaan. Gue nanyanya siapa yang disuka, bukan siapa yang lo pengen bunuh. Gak jelas," ujar Ilham.

"Dih, bodo. Kan, gue yang jawab. Suka-suka," balas Jani lalu mengangkat dagunya sedikit. Ilham memutar matanya.

"Nah, lanjut. Siapa yang lagi deket sama lo?" tanya Jani.

"Ya, lo-lah! Nih, liat. Sekasur lagi, kurang deket apa?" jawab Ilham lalu tertawa. Jani merengut lalu memukul lengan Ilham.

"Ih, lo mah! Ya udah, lanjut-lanjut! Tanya gue," omel Jani.

"Balikan sama gue yuk,"

Jani terdiam. "Itu kalimat mengajak, bukan bertanya. Buruan ah, yang bener pertanyaannya!" ucap Jani setelah beberapa lama.

"Jan, mau gak balikan sama gue?"

"Hooaammm, udah jam tiga lewat. Gue jadi ngantuk, tidur ah. Duluan, Ham." Jani berangsur ke kasur sebelah kiri, tempatnya tidur lalu memejamkan matanya. Mengabaikan Ilham yang beranjak dari kasur.

***
a.n: halo! hehe, mau tau dong, sejauh ini, menurut kalian tentang cerita ini gimana.

makasih yang udah baca!

Get LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang