Part 4 [Kiriman]

87 72 14
                                    

Hallo teman-teman semua👋 selamat mampir ke cerita ini. Aku harap kalian bisa mensuport dengan cara memberi vote, follow dan komen. Terima kasih ❤️❤️❤️

________________________________________

Raka menatap sendu langit malam yang kini begitu gelap. Tidak ada cahaya bintang dan bulan yang menghiasi seperti malam-malam sebelumnya. Kini ia tengah duduk di depan Toko tempat ia bekerja setiap malamnya, karena suasana Toko sedang sepi, jadi ia gunakan kesempatan itu untuk bersantai di depan Toko sambil menikmati setiap hembusan angin yang terasa sejuk namun juga mampu membuat dingin tubuh jika terus berada di luar.

Akhir-akhir ini pikirannya begitu kacau. Dari mulai Rendi yang selalu menanyakan kapan orang tuanya pulang, permasalahan yang sering ia buat di sekolah dan keperluan-keperluan hidupnya yang semakin hari semakin membuatnya merasa tertekan. Banyak yang harus ia pikirkan dan harus ia cari solusi untuk menyelesaikannya. Dari mulai keperluan sekolah dirinya dan Adiknya sekaligus biaya makan sehari-hari yang harus ia pikirkan setiap waktu.

"Malang banget sih nasib gue. Udah ditinggal pergi sama orang tua, hidup kek nggak ada tujuan, keperluan yang makin hari makin banyak," keluhnya sambil menghela napas dalam-dalam.

Kali ini ia tertunduk, menatap kedua kakinya yang berbalut sepatu yang sering ia gunakan untuk bersekolah. Ia memegang perutnya yang kini terasa begitu lapar, sudah dari pagi tadi ia sama sekali tak memakan apa-apa, ditambah sepulang sekolah tadi ia langsung berangkat ketempat ia bekerja setelah dua hari ia izin tidak masuk.

"Napa tuh muka? Kusut bener kek alur hidup Lo," kata Deni yang mendadak berdiri di depan Raka.

Raka menatap ke arah Deni, membuat tatapan keduanya saling bertemu. Entah sejak kapan sahabatnya itu hadir dihadapannya, ia sama sekali tidak menyadari kedatangannya.

"Kek Jelangkung Lo, Den! Datang nggak diundang, pulang juga nggak diantar," imbuh Raka.

"Gue datang ke sini karena gue ingat sama Lo," jawab Deni.

"Ah masa?"

"Ya iyalah, masa gue yang ganteng gini berbohong. Gue awalnya nggak niat sih buat nemuin Lo di sini, tapi berhubung gue merasa kasihan sama Lo, karena gue tahu Lo pasti belum makan, jadi gue datang deh ke sini sambil bawain Lo makanan," jelas Deni, tangannya memberikan sebungkus nasi berserta lauknya kepada Raka.

"Buset, aku terharu, Den. Pengen copotin ginjal Lo saking terharunya," kata Raka.

"Nih makan," suruh Deni.

Raka menerima sebungkus nasi yang baru saja dibeli oleh Deni untuknya. Raka tersenyum menatap lauk dari nasi bungkus itu yang berhasil membuatnya tak sabar untuk melahapnya. Sambal ikan lele, adalah salah satu jenis masakkan kesukaannya dan Deni sangat memahami apa yang temannya itu sukai.

"Jangan lupa berdoa kalo Lo makan, Ka. Biar jadi berkah dan bisa jadi gumpalan daging buat bikin badan Lo berisi. Gue risih lihat badan Lo yang makin hari makin kurus," celetuk Deni ceplas-ceplos.

Raka hanya berdehem, enggan untuk menjawab apa yang barusan Deni katakan padanya. Ia makan dengan tenang dan lahap, rasa lapar yang ia rasakan akhirnya terobati juga.

****

Tok, tok, tok!

"Permisi!"

Berulang kali suara ketukan pintu terdengar di telinga. Rendi membukakan pintu rumahnya, terlihat dengan jelas sosok laki-laki yang berusia lebih tua darinya itu tengah berdiri tepat di depan pintu dengan memegang sebuah kotak di sebelah tangan kirinya. Bisa ia tebak bawa orang yang ada di depannya ini adalah kurir pengantar barang.

RAKA SAPUTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang