Giyuu terduduk di depan sebuah makam besar, makan yang dihiasi oleh bunga bunga wisteria yang selalu menjadi ciri khas seseorang dibalik makam itu. Tangan Giyuu terangkat untuk mengusap makam yang berusia 1 tahun itu, sembari mengukir senyuman di wajahnya ia memejamkan matanya untuk memanjatkan sebuah doa.Aku selalu mencintaimu.
Hanya satu kalimat yang selalu ia tuturkan entah untuk siapa. Atau mungkin, untuk seseorang yang telah pergi meninggalkan dirinya.
Bayang bayang masa lalu terus menerus menghantui dirinya. Saat saat dimana ia menemukan sesuatu yang mampu membuatnya tahu tentang sebuah rasa, rasa yang tak pernah ia rasakan bertahun tahun lamanya. Perempuan itu, adalah cinta keduanya setelah kakaknya. Perempuan itulah yang membuat ia merasakan kembali arti dari sebuah rasa yang disebut sayang, rasa yang di sebut cinta.
Ia memutar kembali memori, menampakkan kilas balik masa lalu. Saat ia bertemu dengan dirinya, dengan cintanya, dengan orang yang selalu tersenyum padanya.
Jika ia punya satu penyesalan, ia akan menjawab.
'Aku menyesal karena tak mengatakan aku mencintaimu sebelum dirimu pergi meninggalkanku.'
Ia kembali pada masa lalu, menunjukkan kilas balik dari sesuatu sebelum akhirnya menyesali apa yang ia sesali.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Tomioka-san, apa kau takut?" Suara lembut seorang wanita mendominasi ruangan di sekitarnya. Ia duduk di sebelah pria bersurai hitam yang masih setia memasang wajah tenangnya—Giyuu. Membicarakan tentang para pemburu iblis yang harus selalu siap siaga untuk membantai iblis serta membunuh sang raja iblis, Kibutsuji muzan.
Giyuu menoleh, memandang wanita itu yang masih setia pada senyumannya. Senyuman yang selalu ia tunjukkan pada orang orang, meskipun hanya sekedar menutupi emosi yang membelenggu di dalam jiwanya. Gadis dengan pita kupu kupu, yang selalu ia pakai di surai ungunya yang sebagian besar didominasi oleh warna hitam.
"Aku tak pernah takut untuk apapun, Shinobu."
Giyuu kembali menoleh kedepan, menghela nafasnya. Entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya tak rela mengatakan itu, terasa berat untuk mengatakannya. Namun, ia selalu berfikir bahwa itu adalah yang terbaik. Takut hanya membuat dirimu lemah, meski ketakutan selalu menghantui dirinya, entah ia takut untuk apa ia juga tak mengerti hal itu.
Wanita kupu kupu itu—Shinobu tertawa kecil, kemudian bersandar pada dinding di belakang tubuhnya yang siap menopang tubuh mungilnya.
"Tomioka-san memang selalu seperti itu ya? Tak heran sih.."
Tanpa sadar Shinobu mampu mengukir sebuah senyuman di wajah sang Tomioka Giyuu, ntah bagaimana caranya senyuman itu dapat terukir hanya dengan mendengar satu kalimat yang di ucapkan sang wanita. Hanya saja Shinobu tak mampu melihat senyuman itu, senyuman yang sangat tipis.
"Tomioka-san..."
Shinobu menggigit bibir bawahnya, rasa gugup mulai menyerang sang empu seakan menggerogoti dirinya dari dalam sana. Ia meremas haorinya kuat kuat, memejamkan mata menahan sesuatu agar tak keluar dari sana.
"Ada apa?" Giyuu tak sadar dengan eskpresi yang Shinobu berikan, ia masih setia menatap kedepan dengan tatapan kosongnya. Seakan tak memiliki sesuatu yang harus di pikiran, lebih tepatnya berusaha menepis 'sesuatu' itu.
"Aku takut..."
Giyuu dapat merasakan getaran dalam suara yang lembut ini, ia menoleh guna memastikan hal itu. Ia mendapati Shinobu dengan wajah yang menahan tangis, ini adalah pertama kalinya ia melihat wanita itu menghilangkan senyumannya.
"Tomioka-san..."
"Aku..."
"Aku mencintaimu..."
Seakan semuanya tiba tiba berhenti begitu saja. Satu kalimat yang membuat Giyuu diam membeku disana, membuat lidah yang tadinya ingin mengeluarkan sebuah suara menjadi keluh dan tak bisa mengatakan apa apa. Shinobu menangis, ia tak mampu menahan hal ini, perasaan ini terlalu menyakitkan baginya.
"Maafkan aku Tomioka-san, aku mencintaimu entah mengapa. Aku selalu ingin bersamamu, ingin berada di samping dirimu tetapi—aku rasa aku tak bisa...."
Shinobu membuka kelopak matanya, menggulirkan netranya untuk menatap sang pujaan hati. Netra ungu dan biru beradu pandang, seakan mengatakan sesuatu yang tak mampu di definisikan oleh siapapun. Giyuu hanya terdiam, ia tak tahu ingin mengatakan apa. Ada perasaan aneh saat shinobu mengatakan bahwa wanita itu mencintainya, namun ia merasa bahwa ada satu pesan tersirat di dalamnya entah mengapa.
Giyuu memeluk wanita itu tanpa mengucapkan sepatah katapun. Menyalurkan kehangatan serta perasaan yang mungkin hanya bisa diketahui oleh dirinya saja. Mengelus surai Shinobu dengan lembut, menghirup aroma wisteria dari tubuh mungilnya. Ia ingin menangis, ia tak sanggup lagi.
Ia tak sanggup jika ia mengatakan bahwa ia—
Mencintai wanita itu.
Lidahnya keluh dan tak bisa mengucapkan sepatah katapun untuknya, untuk sang wanita. Ia mengutuk dirinya, mengutuk perasaannya dan semuanya. Mengutuk takdir yang membawanya menjadi seperti ini.
Shinobu mungkin tak akan pernah tahu, bahwa pria yang ia cintai juga mencintai dirinya. Meskipun begitu, Giyuu akan tetap mencintai wanita itu. Mencintai sang pujaan hati, mencintai dirinya, senyumannya, kehangatannya, dan juga rasa cinta yang wanita itu miliki pada Giyuu.
Giyuu tak pernah tahu bahwa akhir dari sebuah kisah akan berakhir seperti ini.
Ia tak menyangka, ia akan menyesali sesuatu.
Menyesali sesuatu yang tak bisa kembali, menyesali sesuatu yang sudah tak bisa direnggut kembali, menyesali kebodohannya, menyesali bahwa ia tak pernah mengungkapkan rasa cintanya pada Shinobu.
Dan itu terakhir kalinya ia melihat senyuman sang pujaan hati sebelum akhirnya sang pujaan hati pergi meninggalkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Giyuu berdiri, menepuk nepuk haorinya guna membersihkan tanah dan debu yang menempel saat ia terduduk di depan makam itu. Ia tersenyum kemudian memandangi makam itu sejenak.
"Aku tak akan melupakan dirimu."
"Kau pasti sangat bahagia ya disana?"
"Aku mencintaimu, Shinobu."
Dan pada hari itu juga Giyuu akan mengikat sebuah janji suci pada seseorang, seseorang yang akan menghasilkan keturunan untuk Giyuu. Menjadi penerus darahnya, meski ia harus lahir dari sebuah hubungan tanpa rasa cinta.
Karena Giyuu, hanya mencintai Shinobu.
Hanya wanita itu.
Untuk latarnya, ini diambil sehabis arc infinity castle dan sebelum. Jadi ceritanya Shinobu udah mati di mukbang Douma.
Karena di manga nya Giyuu punya keturunan entah sama siapa jadi kubikin gini deh, ga mungkin juga dia nikah sama mayat HAHAHHAA.
Makasih udah mau mampir!!!
Love you.
KAMU SEDANG MEMBACA
After ending | GiyuuShino
Short StoryGiyuu tak pernah tahu sedikitpun, jika akhir dari sebuah kisah akan menjadi seperti ini. Akan tetapi, Giyuu memiliki satu penyesalan. GiyuuShino Fanfiction. Type : Oneshoot. Canon. Demon slayer belongs to koyoharu gotouge.