3. Tamu Dingin

189 175 74
                                    

Aku pura-pura cuek saja walau takut setengah mati saat dia menanyakan bajunya yang terkena minuman soda. Ku ajak Asyila bicara dan berpura-pura tidak mendengar nya.

"Bye, Dy." Asyila dan Fay melambaikan tangan mereka padaku. Kami berpisah di pertigaan.

Setelah itu aku punya jadwal lain untuk pergi ke pantai sendirian. Sekarang waktunya menikmati pemandangan segar di depan mata.

"Kita ketemu lagi." Aku terkejut melihat Beni yang sudah berdiri di samping ku dengan membawa sebuah gitar.

"Masih ingat dengan apa yang pernah aku bilang? Aku akan traktir kamu kalau kita bertemu lagi," jelas Beni mengingatkan.

Ah ya, aku mulai mengingat apa yang pernah ia katakan. Namun sungguh dia akan menraktir ku? Apa dia hanya bercanda.

Aku dan Beni tiba di kedai dekat pantai dan Beni memesan makanan yang terdaftar di dalam menu, dan memesankan makanan untukku. Sebetulnya aku tidak terlalu lapar, tapi karena ditraktir makan gratis, jadi aku tidak bisa menolaknya karena aku penggemar makanan gratis.

Beni bercerita mengenai gitarnya. Gitar itu dibelinya dari uang tabungan sekolahnya dulu saat SMA. Dia suka musik, terutama alat musik gitar. Walau ayah Beni tidak suka Beni bermain band, namun diam-diam Beni tetap mengikuti eskul band di sekolahnya.

"Papa selalu bilang kalau bermain band itu membuang-buang waktu. Pelajaran sekolah itu yang utama. Dan jika aku jadi musisi pun kerjanya nggak pasti. Sebenarnya sedih juga tiap papa bilang begitu." Aku ikut merasakan apa yang Beni rasakan dari ceritanya.

Mendengar cerita Beni, aku ikut sedih. Tapi mau mengatakan apa kalau orang tua sendiri yang melarang. Belajar memang yang utama, namun tak ada salahnya jika belajar musik yang tidak terikat bangku sekolah.

"Tapi, ya, karena aku bandel. Jadi aku masih tetap ikut eskul band di sekolah," tutur Beni. Entah mengapa aku jadi ingat si vokalis band populer di sekolah ku dulu. Reza. Yang tadi siang terkena minuman soda ku.

Aku tahu perasaan Beni. Mungkin jika aku berada di posisi Beni, aku akan melakukan hal yang sama, yakni ikut eskul band di sekolah. Sayangnya aku tidak bisa bernyanyi dan bermain alat musik apa pun.

"Setelah ini, aku punya pekerjaan freelance bagiin brosur makanan. Kamu mau coba ikut nggak?" Tanya Beni. Aku mengerutkan dahi ku memikirkan tawarannya. 







== o0o ==

Saat ini aku dan Beni berdiri di depan tempat makan bertuliskan bakmie cinta. Beni membagikan brosur kepada setiap pengunjung yang lewat. Walau beberapa orang tidak menerima brosur Beni atau sekedar lewat tanpa mempedulikan sapaan Beni, namun Beni tampak tidak berputus asa.

Menurutku pekerjaan ini agak sulit untuk orang yang tidak energik sepertiku. Berjalan kesana-kemari dengan memasang senyum seraya membagikan brosur untuk mengajak orang lain makan. Itu hal yang cukup malas ku lakukan.

Mungkin aku perlu belajar di bidang marketing dulu baru aku tahu caranya promosi dengan langkah-langkah yang efektif. Tapi ini hanya membagikan brosur makanan, bukan promosi properti. Oh, kenapa aku berpikir berlebihan. Hingga memikirkan strategi pemasaran di bidang marketing segala.

"Silakan datang ke bakmie cinta. Kami sedang mengadakan promo!" Beni memasang senyum yang manis di wajah tampannya. Sehingga para gadis yang lewat tertarik pada brosur Beni.

Aku mengamati Beni untuk belajar cara membagikan brosur darinya. Dengan memasang senyum yang di paksakan, aku menyapa setiap orang yang lewat sambil membagikan brosur ku.

"Mari datang ke bakmie cinta. Kami baru membuka menu mie baru," ucap ku seraya menghampiri para pengunjung yang lewat di sekitar jalanan ini.

Setidaknya aku berhasil membagikan brosur ku hingga tidak tersisa walau butuh waktu yang agak lama hingga Beni berganti dengan mengenakan kostum badut beruang dan menghibur tamu yang sedang makan dengan membawa anak mereka.

Aku ikut tertawa saat Beni menunjukan sulap abal-abal nya kepada para tamu yang makan. Dia benar-benar lucu dengan kostum itu. Aku jadi berpikir, bagaimana jika aku mengenakan kostum Cinderella dan Beni mengenakan kostum pangeran. Lalu kami beradu peran di atas panggung teater.

Ku rasa, aku terlalu banyak membayangkan. Hingga pemilik tempat makan memanggil ku dan memberikan uang hasil membagikan brosur ku. Walau bagaimanapun, katanya aku sudah membantunya mempromosikan tempat makan bakmie nya.

"Terimakasih banyak ya," ucap pria itu, lalu masuk ke dalam ruangannya setelah aku mengangguk. Beni pun sudah melepas kostumnya dan berjalan menghampiriku.

"Sudah dapat uang dari Pak Bondan ya?" Tanya Beni dengan menyebut nama pemilik bakmie tadi. Aku mengangguk dengan tersenyum. "Baguslah kalau begitu. Sekarang kita bisa pulang."

Beni mengajaku untuk menaiki bis bersama. Dengan perasaan senang selain aku dapat ongkos untuk pulang, aku dapat mempergunakan uang ini untuk ditabung jika sewaktu-waktu aku ingin membeli sesuatu. Awalnya ku kira aku tidak dibayar karena kinerja ku tidak sebaik Beni, namun ternyata aku dibayar seperti Beni.

"Ada yang berbunga-bunga habis dapat uang hasil promosi tadi nih," goda Beni. Aku tersenyum lebar.

"Hari gini siapa yang nggak suka uang?" timpal ku tersenyum bahagia.








== 🍭🍭🍭 ==

Aku tidur tengkurap sambil berbincang di telepon dengan Asyila. Kami membicarakan mengenai acara tv yang baru tayang Minggu ini. Namun, tiba-tiba saja Reno, adikku yang baru berumur sepuluh tahun, masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu.

Aku menghentikan percakapan ku dengan Asyila, menatap wajah Reno seraya bertanya. "Kenapa?"

"Kak Diary dipanggil Mama. Di bawah lagi ada tamu yang nyari kak Diary," jawab nya yang membuat dahiku berkerut. Aku keluar dari kamar dan melihat ke ruang tamu.

Seorang cowok sedang duduk dengan meneguk segelas teh hangat. Setelah meletakkan cangkir di atas meja, matanya menatap ku dengan raut terkejut. Aku juga terkejut melihatnya.

Satu hal yang membuatku bertanya-tanya. Kenapa dia datang ke rumah ku? Matanya yang melotot itu terlihat horor. Tidak sopan sekali tamu menatap tuan rumah dengan mata melotot seperti itu.







== 🍭🍭🍭 ==

Jangan lupa tinggalkan vote dengan mengklik tombol bintang di bawah ya,

Dan ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini untuk baca cerita Cinderella gadungan ya

Komen di bawah supaya author semangat melanjutkan bab selanjutnya

See you di bab selanjutnya

Cinderella Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang