.
.
.
Hari itu, mereka belajar di salah satu kafe di dekat apartemen Ayu. Belajar yang berkedok kencan!
"Woah... Senyum yang manis!"
"Ah?"
Se-hoon duduk di sebrang kursi Ayu. Meletakkan dua cup boba pesanan mereka. Mengapa mereka tidak memesan berdua? Tentu saja Ayu masih belum begitu fasih berbahasa Korea, tetapi entah mengapa, berbincang-bincang dengan Se-hoon menjadi mudah dan menyenangkan.
"Apa yang bikin kamu terlihat happy hari ini?"
Ayu menjentikkan jari, "Coba tebak!"
"Aku tidak tahu apa yang bisa membuat kamu bahagia selain bangku di sisi mobilku kamu klaim."
"Hahahahaaa...." Jawaban Se-hoon membuat Ayu tersenyum malu.
"Aniyo..."
Se-hoon mengerutkan kening, membuat ekspresi wajah yang tampak dua kali lebih tampan dan kiyowo.
"Ah, apa? Chanyeol tidak mengajakmu berkencan 'kan?'
"Aniyo... Lagipula jika memang itu benar, apakah kau mengizinkan?"
"Jika kamu bahagia, kenapa tidak?"
Ayu cemberut. "Ohooo.... Kamu membuatku merasa tidak seberharga itu bagimu, Oppa!"
"Ne?"
Ayu membuat ekspresi kesal dengan wajah imutnya.
"Katakan sekali lagi!"
"Aniyo! Aku yakin kau tidak tuli!"
"Arraseo, arraseo... Jadi, apa yang membuat kamu bahagia hari ini?"
"Mr. Lee pulang ke Korea besok pagi! Aku akan segera gajian dan mengambil motor!" Ayu bertepuk tangan. "Ini benar-benar sesuatu yang sudah aku tunggu."
"Tunggu... Jika kamu naik motormu, bagaimana dengan kursi di sisi kemudi mobilku?"
Ayu menaikkan bahu. "Kita bisa pergi sama-sama dengan kendaraan yang berbeda. Itulah mengapa, aku sangat senang bisa mengambil motorku. Kita berdua dua kali lebih aman!"
"Aku sudah pernah bilang jika keamanan kamu adalah tanggung jawabku, Ayu-ssi..."
Ayu menggeleng. "Meski nanti kamu menjagaku, aku tetap harus mengandalkan diri sendiri, Hoon... Kamu punya segalanya yang kamu pikir bisa melindungi kamu. Tapi kamu harus percaya bahwa manusia paling setia itu diri kita sendiri."
"Lalu... Bagaimana dengan aku? Aku akan sangat sulit bertemu denganmu."
"Hanya sepuluh hari, Se-hoon..." Ayu terkekeh. "Aku akan mengambil izin kuliah dan kita bisa bertemu lagi. Atau nanti jika aku ada waktu, aku pasti akan tetap berangkat..."
"Kelas kita banyak yang berbeda."
"Allright... Kalau begitu," Ayu mendongak, menatap mata pria itu yang menatapnya dengan tulus.
Benar ya? Di saat masa lalumu berkhianat dan kau bertemu orang yang tepat--luka itu akan sembuh. Ketidakpercayaan yang kamu punya hari ini adalah hadiah dari seluruh perjalanan panjang di masa lalu. Sesuatu yang kau anggap mimpi saat ini adalah kejutan atas penantian dan kesabaran panjang.
Bukan, ini bukan karena kamu tidak layak dicintai. Hanya saja, dulu kau selalu tersesat di tempat yang salah.
Benar, kok. Tuhan menempatkan kamu di suatu tempat untuk alasan tertentu, dan menghapus semua itu untuk alasan yang lebih baik. Maka dari itu, jangan pernah menyesali apa pun jalan yang kamu punya hari ini. Sebab mungkin Tuhan belum menunjukkan hadiah apa yang akan Tuhan beri di masa depan nanti. Dan jika kamu bertanya kapan jawaban atas penantian panjang, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah mengkhianatimu.
"Bagaimana jika kamu menginap di rumahku--aniyo, Vivi..."
"Bolehkah aku membawanya?"
"Ne?" Ayu mengerjap. "Ah... Aku tidak begitu menyukai anjing."
"Wae?"
"Mereka kiyowo--hanya saja, aku takut."
"Takut?" Se-hoon terkekeh.
"Not funny!"
"Baiklah, semua bisa diatur."
.
.
.
Karena bingung part ini mau ngapain, ya udah si segini aja jadinya hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
a Love so Beautiful
FanfictionTentang cinta yang terlarang lautan manusia. Tentang cinta yang terlarang jarak dan bahasa. Tentang Se Hoon yang kehilangan Ayu-nya.