Why don't we go there?

29 4 5
                                    

"Kenapa lu ngajaknya mendadak banget sih,?" tanya Louis William Tomlinson, laki-laki berzodiak Capricorn dan bermata sea green tersebut. Kondisinya saat ini tengah menggeram dan bolak-balik keliling ruangan mengambil pakaian yang ia ingin kenakan hari ini karena diburu-buru oleh ajakan teman satu kamarnya, Liam James Payne.

"Ya ampun, lu biasanya gue ajakin jalan-jalan mendadak ga marah loh. Tumben banget? Kenapa?" ujar Payne dengan santainya. Setelah itu ia meneguk tetes terakhir dari teh yang ada di gelasnya.

"Nggak sekarang, dong. Timing nya ga pas. Gue kan udah ada janji," raut muka Louis masih tertekuk, menandakan bahwa ia bad mood.  Liam kemudian menyadari satu hal, dan ia terbelalak "Jangan bilang, date sama Eleanor?!" seru Liam mendadak.

"Ya iyalah, siapa lagi pacar gue ngab" cibir Louis. "Tenang aja, ini jalan-jalan bentar doang kok! Sama Harry juga. Gue gak enak kalau harus nolak ajakan Harry mulu, kasian dia," ujar Liam memastikan. "Sore udah pulang kok, malemnya lu mau abisin sama Eleanor ga apa-apa deh. Tapi kalau melakukan hal-hal bernafsu jangan di flat kita, ye" lanjutnya. Louis menjewer Liam kemudian. Ia berusaha mencari kunci mobilnya. Akan tetapi Louis mengalami kesulitan karena tak kunjung menemukan kuncinya.

"LIAAAMM, lu taruh mana kunci mobil gue?!" seru Louis tidak sabaran. Liam langsung membantu Louis untuk mencari, dan kemudian menemukan kunci mobil Louis tertumpuk oleh suatu bungkusan paket yang dialamatkan untuknya. 

"Paket dari mana nih?" tanya Louis pada Liam. Liam menggeleng, "Gak tahu, baru banget nyampe. Dibukanya nanti aja lah Lou! Takut Harry nunggu!" kata Liam yang sudah siap sambil mengikat tali sepatunya. Tak lama setelah itu, mereka bersiap untuk meninggalkan flat dengan Mini Cooper milik Louis.

"Lu yang arahin jalannya ya," kata Louis ke Liam sambil bersiap memegang setir. "Siap bos!" timpal Liam kemudian.

***

"Jeeeeennn, lo itu dah tercipta menjadi makhluk paling ganteng yang tuhan buat, gausah ngaca terus bisa kalii???" suara memekik dari mulut Niall James Horan itu berbicara pada tetangga sebelah rumahnya, Zayn Javaad Malik. Kini mereka berdua ada di dress room kamar Zayn, dan sudah terhitung 15 menit Zayn berdiri memastikan bahwa bajunya tidak kusut. Kali ini, dia malah mengambil sisir kecil. Bukan sisir biasa, itu sisir untuk alis Zayn yang cukup tebal.

"Iya bawel, ini dikit lagi gue siap. Sabar ya. Orang sabar di sayang Allah" timpal Zayn tidak memedulikan Niall.

"Masalahnya durasi lo siap-siap itu sama kayak gue mau nyiapin mobil, gue udah kelar manasin mobil lo masih aja sibuk sendiri. Itu mobil gue bentar lagi mateng gara-gara lo" kata Niall masih tidak mempercayai temannya itu sangat memperhatikan style nya bahkan hanya untuk sekedar ke tempat santai, bukan mau menghadiri red carpet BRIT Awards. "Iyaaa ini udah selesai gue. Ayo ke mobil," ujar Zayn sambil meraih handphone nya. Akhirnya, setelah memakan waktu hampir setengah jam, mereka bisa pergi dan melakukan perjalanan.

"Ni-ni," ujar Zayn pada Niall. Ni-ni adalah nickname yang Zayn berikan pada temannya sejak 2010 silam tersebut. "IH, MASIH AJA MANGGIL GUE PAKE PANGGILAN ITU?" ujar Niall kaget. Untungnya, tidak sampai mengerem mobil mendadak atau banting setir.

"Yeee.. kenapa sih? Sensi amat," cibir Zayn. "Ini kita mau kemana dah? Lu ngidam Nandos ya?". Perkataan Zayn ini membuat Niall kemudian tersadar sesuatu, "Oiya.. gue belom kasih tau ya? Ini Harry ngajakin ketemuan, bocahnya emang random," ujar Niall memberitahu.

Zayn hanya membuat bentuk O dengan mulutnya. Dan selama perjalanan, mereka memutar dan mendengarkan album sounds good feels goodnya 5SOS.

***

Meet Me in the HallwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang