one of 90 DAYS

1 0 0
                                    

"1/90. Universitas RPMZ. Tempat baru, target baru." - Devanka Raka Avicenna

•••

Pagi ini kampus sudah heboh karena berita adanya  anak baru yang katanya punya wajah tampan and hot news nya dia cucu tunggal donatur terbesar di Universitas RPMZ. Definisi pria tampan, kaya raya. Beritanya lagi Devan baru pindah dari Singapore beberapa hari lalu dan memutuskan untuk tinggal di Indonesia.

DEVANKA RAKA AVISENNA.

Terpampang jelas nama nya di berbagai mading penjuru kampus dan menjadi tranding topic hari ini.

•••

"Kal, gue udah cantik belum? bedak gue rata gak?  lipstik gue? alis gue? ada yang aneh gak?" Bela yang melihat Kala memasuki kelas, langsung menyerbu Kala dengan berbagai pertanyaan.

"Lo yang aneh. Ada anak baru baru berasa ada anak presiden, freak."

"Kal, lo pasti belum liat anak baru nya deh. Ganteng, jago main gitar, dan beritanya dia humble juga. Gak mandang fisik kaya cowo-cowo kampungan biasanya." Bela menjelaskan sambil tangan kiri nya menopang dagu nya.

"Humble? Playboy kali." Kala sudah muak dengan pria tampan, karena menurutnya pria tampan cuman ngerti cara nyakitin perempuan. Papa Kala contohnya.

Kala yang sudah muak dengan celotehan Bela dan teman sekelasnya, akhirnya memustuskan untuk tidur dengan posisi kedua tangannya yang ia jadikan satu di atas meja sebagai bantal kepalanya.

Kala yang baru saja akan memejamkan mata kembali terganggu dengan tangan yang sekarang sedang mengelus pucuk kepalanya. Bahkan, hanya dengan mencium wangi parfum orang itu saja sudah bisa Kala tebak siapa pengganggu tidurnya kali ini.

"Ken, lepasin ga!" Setelah Kala mendongakkan kepalanya. Tepat sekali, ARKENZO ELDRAGO.

Kenzo merupakan sahabat lama yang sudah Kala anggap seperti abang nya sendiri. Walaupun Kala tetap tidak bisa mempercayakan apapun kepada Kenzo. Kala hanya takut untuk menanggung resiko karena percaya kepada orang lain.

Terlepas dari semuanya, hanya Kenzo yang selalu menjadi garda terdepan saat Kala merasa sulit atau hanya sekedar mengantarnya pergi ke suatu tempat, bahkan sering sekali mengirimkannya makanan. Yang Kala tau, saat ini dan seterusnya Kenzo akan selalu menjadi abang Tiger yang menjaga nya.

Kenzo menghentikan kegiatan memainkan rambut Kala, lalu menarik kursi untuk duduk menghadap Kala.

"la, lu belum tau hot news hari ini soal anak baru ya?" Kenzo bertanya karena Kala tidak se antusias teman-teman wanita lainnya di kampus.

"Udah muak, gila."
" I think mereka overreacting buat nyambut anak baru."

"Right." Kenzo mengangguk sambil menampilkan wajah tengil yang selalu menjadi ciri khas nya dimata Kala.

Kenzo, si jagoan tengil.

"Eh la, tapi yang gua tau dia jago di bidang musik. Jadi, gua ada niat buat ngajak dia ikut bangun lagi Ekskul Band di kampus ini."

Kala yang baru saja ingin melanjutkan tidurnya kembali mengurungkan niatnya saat Kenzo mengajaknya bicara lagi.

Kala sudah curiga dengan arah perbincangan Kenzo. Kala tau Kenzo tidak akan mau meminta kepada seseorang.
"Terus?" Kala mengernyitkan dahinya.

Kenzo menampilkan senyum sedikit lebarnya, kemudian berkata.
"Lo yang bilang, secara dia kan cucu pak Dika. Jelas bawa pengaruh baik ke ekskul Band kita la."

"Gue tau arah tujuan lu."
"Inget ya, kalo tengil gue ga akan ngulang minta dia gabung."

"Deal." Kenzo menarik tangan Kala untuk salam perjanjian.

Kelas kembali ricuh dengan berita anak baru tersebut. Kala hanya bisa kembali tertidur dan pindah ke kasat mulai.

•••

Setelah sekitar 15 menit kelas ricuh, akhirnya pintu kelas terbuka.

"Good Morning, all."
Sapa Bu Intan saat memasuki kelas.

Bu Intan, dosen ilmu kedokteran yang merupakan dosen favorit kelas mereka. Intan merupakan dosen termuda dengan wajah yang cantik. Selain cantik, Intan juga memiliki teknik mengajar yang beda dari dosen lain. Sehingga, baik murid pria maupun wanita banyak yang menyukainya.

"Morning, Bu!" Jawab seisi kelas dengan semangat.

"Morning, Bu cantik." Teriak salah satu murid cowo di kelas.

"Jadi semangat kuliah nya, pagi-pagi udah di sapa ayang Intan." Goda murid lainnya.

Intan yang sudah biasa dengan godaan kecil anak murid nya ini, hanya menganggap itu candaan dan menggelengkan kepalanya.

"Ayang-ayang, palamu peyang." Saut bu Intan yang membuat seisi kelas tertawa.

Setelah kelas kembali kondusif, bu Intan menjelaskan bahwa kedatangannya pagi ini ingin mengenalkan siswa pindahan baru.

"Devan, ayo masuk."

Lalu, pintu kelas terbuka menghadirkan seorang pria dengan kaos hitam dan reaped jeans serta tas yang digantung di tangan kanannya. Tampan dan tinggi. Sempurna.

Kelas kembali heboh dengan masuknya Devan ke dalam kelas. Bahkan, banyak yang terang-terangan menyebutnya pacar. Kegilaan Duniawi.

"Silent, please." Ucap Bu Intan memusatkan perhatian dengan mengetuk  penghapus papan tulis ke meja.

"Kita beri waktu untuk Devan memperkenalkan diri."

"Devan, silahkan maju perkenalkan diri kamu."

Devan maju selangkah. "Gue Devanka Raka Avicenna. Bebas panggil se suka kalian."

"Panggil sayang boleh dong?" Celetuk Bela.

"Why not?" Ucap Devan sambil menaikan sebelah alisnya dan tertawa kecil.

Saat seisi kelas heboh dengan menyebutkan panggilan sayang untuk Devan. Matanya tertuju pada perempuan di baris ketiga yang hanya menatapnya. Tatapan kosong. Tatapan yang sama dengan dirinya beberapa tahun lalu.

Gue harap, besok dan seterusnya gak akan ada lagi tatapan kosong di mata cantik itu. Gue akan berusaha, karena gua ngerti
iso.
Batin Devan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

90(+1) DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang