Deepest desire. IV

74 12 1
                                    

Suara bisikan membangunkan Taeyeon. Dengan mata tertutup, Taeyeon meringis pelan menahan sakit dikepalanya yang seperti dipukul dengan palu.

Brak

Taeyeon mengesampingkan rasa sakitnya ketika mendengar suara keras diikuti oleh suara yang ia rindukan. Perlahan ia memiringkan kepalanya, meski susah payah senyum manis terbit di bibirnya.

Taeyeon ingin bersuara dan memanggil nama kekasihnya. Namun, senyumannya langsung hilang saat ia sudah berhasil menajamkan pendengarannya. 

Bukan sesuatu yang ingin dia dengar begitu dia membuka matanya. Baekhyun yang marah. Wajah kekasihnya yang tidak menginginkannya. Rasa takut kembali menjelajar tubuhnya.

"Gue udah nyuruh lo pergi! Kenapa masih disini?" Baekhyun meninggikan suaranya. 

Taeyeon tersentak, ia meremas selimut yang membungkus tubuh lemahnya. Ingin sekali bergerak tapi rasa penasaran membuatnya menahan diri.

"I-i-itu kecelakaan, Baekhyun."

Taeyeon mengenali suara itu. Teman Baekhyun. Ya, yang sempat ia lihat di depan Bar.

Napas Baekhyun naik-turun dengan semua emosinya. "Keluar! Lo beruntung polisi gak terlibat."

"Gue mohon, Baekhyun. Kasih waktu sebentar, gue mau ketemu Taeyeon, gue mau minta maaf. Taeyeon harus tahu gue ga sengaja." Lelaki itu menunduk lalu berlutut, seakan tak bisa apa-apa lagi selain melakukannya.

Baekhyun mencengkram kerah kemeja temannya, menariknya kasar hingga membuat pemuda itu kesulitan bernapas. "Gue peringatkan.. Bahkan jika lo dapet kata pengampunan dari-Nya, itu belum cukup. Lo berutang nyawa!" umpat Baekhyun tajam lalu mendorongnya kasar.

Sepertinya tidak hanya Taeyeon, teman-teman Baekhyun juga terkejut dengan reaksi Baekhyun. Ini pertama kalinya mereka melihat cowok itu semarah ini.

Kemudian, Taeyeon mendengar pintu ditutup. Sekarang dia berani membuka matanya.

"B-baek.."

Baekhyun tersentak. Dia langsung menghampiri Taeyeon dan memeluknya. "Sayang, Kamu baik-baik saja. Aku disini."

Baekhyun memang mengutuk teman-temannya karena telah mencelakai Taeyeon, tapi dia lebih menyalahkan dirinya sendiri karena telah gagal menjaga wanita-Nya.

"Baek?" Taeyeon merasak air mata Baekhyun di bahunya.

"Maafin aku.."

Taeyeon mencoba melepaskan tautan mereka namun Baekhyun menahannya.

"Aku salah. Seharusnya aku tidak menyuruhmu pulang." Baekhyun memeluk Taeyeon lebih erat. "Aku selalu bilang akan menjagamu, tapi lihat di mana kamu sekarang." Dia berkata dengan tawa ringan tidak percaya. Merasa gagal pada diri sendiri.

Setelah melihat dengan matanya sendiri bagaimana tubuh kekasihnya jatuh tergeletak, detik itu juga Baekhyun merasakan ketakutan terbesarnya. Membuatnya tak memiliki keinginan apapun selain melindungi Taeyeon di dunia ini. Ia tidak mau kehilangan wanita itu.

Taeyeon terdiam. Bibir bawahnya bergetar sebagai tanggapan saat ia berhasil melepas tautan mereka untuk melihat wajah pemuda itu.

Mata Taeyeon memandangi mata kecewa dan rambut Baekhyun yang acak-acakan. Kekasihnya itu terlihat sangat kelelahan.

"Maafkan aku, Yeon-ah. Aku akan menjagamu. Kali ini aku serius." Baekhyun menatapnya dalam-dalam, penuh harapan.

Taeyeon mengangguk lemah.

"K-kau.. memaafkanku?" 

"Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku apapun yang terjadi," Taeyeon melebarkan tangannya dan Baekhyun jatuh ke pelukannya.

"Aku bersumpah," 

"Ya, aku memaafkanmu," saat Taeyeon mengatakan itu, Baekhyun kembali menangis.

Lelaki itu berulang kali meminta maaf, dan Taeyeon hanya bisa mengusap punggung Baekhyun yang gemetar, menenangkan lelaki yang telah menjadi kekasihnya selama tiga tahun terakhir. 

Setelah resmi menjadi pasangan, Taeyeon hanya memiliki satu hasrat yaitu tetap menjadi bagian dari kehidupan cowok itu. Menjadi satu-satunya dunianya.

Taeyeon memejamkan mata, ia mengambil napas dalam-dalam dan mengangguk. Perasaannya kali ini tak bisa ia ungkapkan. Lega, bahagia, dan senang bercampur menjadi satu. Beban di hatinya telah hilang. Baekhyun kembali padanya.

Taeyeon membuka bibirnya untuk berbicara tetapi dia dibungkam oleh suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Seorang wanita menerobos masuk dengan raut kekhawatiran palsu terlihat jelas di wajahnya.

"Kim Taeyeon, sayang? O-oh astaga. Sorry. Gue ganggu ya."

"Enggak. Gue baru saja akan pergi membeli makanan buat Taeyeon." Baekhyun menoleh ke Taeyeon. "Jieun sangat khawatir padamu. Dia yang membantuku membawamu ke rumah sakit."

"Thanks.. Jieun." Taeyeon memaku tatap dengan Jieun.

"Nah, tidak usah berterima kasih. Itu hal wajar yang dilakukan oleh seorang teman, kan?" Jieun memberinya senyuman manis yang bisa meluluhkan hati siapa pun, tapi tidak untuk Taeyeon.

Baekhyun membalas dengan anggukan kecil sebelum keluar ruangan.

Jieun yang tak peduli dengan tatapan tajam Taeyeon melangkah ke arah jendela ruangan. Wanita itu dengan santai mengeluarkan sebuah kaleng soda dari plastik yang ia bawa. 

Jieun melirik ke bawah. Dari jendela rumah sakit, Jieun bisa melihat Baekhyun yang mengusir kasar teman-temannya yang menunggunya di dekat mobil Audi-nya. Kemudian lelaki itu masuk ke dalam mobil dan keluar dari area rumah sakit.

Jieun lalu membuka kaleng sodanya lalu meneguknya, mengabaikan situasi tegang sejak melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.

"Lo belum mati ternyata," ujar Jieun memecahkan keheningan.

"Kau mendorongku." Ini adalah pikiran yang memenuhi kepala Taeyeon sejak dia sadar, diucapkan dengan keras olehnya.

"Gue gak sengaja,"

Mata Taeyeon membelalak. Sakit di hatinya semakin terasa menusuk kala mendengarnya, meyakini wanita itu sangat ingin mencelakainya dari awal.

"Kau mendorongku dan kau bilang itu tidak sengaja?! Kau bahkan tersenyum padaku saat aku mulai kehilangan kesadaran, brengsek. Apa kamu benar-benar mencoba membunuhku?" Taeyeon berteriak, mengingat lontaran Jieun yang kasar tiap kali mereka bertemu.

 Jieun hanya menghela nafas seolah dia sudah bosan dengan percakapan ini.

"Oh, ayolah. Jangan lebay. Kecepatan mobil itu bahkan tidak lebih dari 20 km per jam. Lo gak akan mati karenanya." Jieun meneguk sodanya kembali sembari melirik perban di kepala Taeyeon dan luka lecet di kaki serta tangannya.

"Kau..gila," lirih Taeyeon dengan bibir bergetar. Matanya kembali memerah.

"Dan kau perempuan yang tidak tahu berterima kasih." Jieun berkata dengan senyum dan berbalik. "Menurutmu karena siapa kekasih tersayang-mu itu kembali kepadamu, hm?"

Taeyeon menatapnya tak percaya, ia bahkan tak sadar Jieun berbicara aku-kamu kepadanya.

Jieun berjalan mendekat. "Aku bertanya-tanya. Sejak kau mulai menangis untuk lelaki itu. Perasaan apa yang sebenarnya kau miliki. Suka atau cinta, hm? Atau itu hanya obsesi, Taeyeon?"

"A-a-apa maksudmu?" Air muka Taeyeon berubah dingin.

"Aku membantumu, Taeyeon." Jieun tersenyum sinis. "Kau harus akui."

"Kekasihmu kembali padamu karena diriku."


Tbc

live well, my darknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang