Prolog

3.6K 456 139
                                    

.

.

.

Pagi itu suasana di dalam ruang makan keluarga Park tampak hening, kedua orang yang berada di sana terlihat asik menikmati sarapan yang tersedia di piring mereka masing-masing, tanpa berniat membuka obrolan apa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu suasana di dalam ruang makan keluarga Park tampak hening, kedua orang yang berada di sana terlihat asik menikmati sarapan yang tersedia di piring mereka masing-masing, tanpa berniat membuka obrolan apa pun.

Hingga akhirnya Rose—sang nyonya Park yang telah selesai menyantap hidangan di hadapannya itu—membuka pembicaraan. "Jeongwoo, berapa usiamu sekarang?" Tanyanya kepada putra sulungnya, sambil mengelap sudut bibirnya sendiri dengan sehelai tisu yang memang selalu tersedia di atas meja itu.

Jeongwoo yang diberikan pertanyaan seperti itu, lantas menoleh ke arah sang ibu. "Aku 33 tahun ini, kenapa?" Ujarnya.

Rose yang mendengar itu, lantas tersenyum sambil menepuk kedua telapak tangannya. "Bagus, kamu sudah cukup matang sekarang!" Wanita paruh baya itu berbicara sambil menatap lekat ke arah anak sulungnya. "Jadi, kapan kamu akan membawa seseorang ke rumah?" Sambungnya.

Mendengar itu, Jeongwoo lantas mendengus samar. Sejak tadi, sebenarnya ia mengerti ke arah mana pembicaraan ini akan berlanjut. "Aku tidak punya siapapun untuk dibawa!" Ucapnya sambil memakan potongan terakhir dari roti di piringnya.

"Tidak mungkin!" Ujar Rose sambil menatap putra sulungnya itu dengan alis yang berkerut. "Oh, kalau begitu ... bagaimana kalau kamu mama kenalkan dengan anak teman mama?" Lanjutnya sambil tersenyum senang.

Jeongwoo yang mendengar itu pun lantas mendengus kesal. "Tidak perlu!" Ujarnya.

"Tapi mama ingin kamu segera menikah dan memiliki seorang anak Jeongwoo!" Melihat sang anak yang tidak menanggapi ucapannya itu, Rose tentunya merasa kesal.

"Baiklah, begini saja. Jika kamu tidak mengenalkan kekasihmu kepada mama sampai pertengahan tahun ini, mama akan menjodohkanmu dengan orang pilihan mama, bagaimana?" Tanyanya.

Sontak saja hal itu membuat Jeongwoo menatap ibunya kesal. "Mama ingin aku memberimu cucu kan?" Tanya pemuda itu sambil menaruh kembali gelas di tangannya ke atas meja.

Rose yang mendengarnya lantas menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. Ia tidak bisa menahan perasaan bahagianya, ketika pada akhirnya sang anak mau menanggapi ucapannya mengenai hal ini.

"Baiklah, aku akan memberikan mama seorang cucu." Jeongwoo mengatakan hal itu sambil mulai mengenakan jas nya. "Tapi, jangan paksa aku untuk menikah!" Sambungnya.

Mendengar itu, Rose sontak membolakan kedua matanya. "Apa maksudmu?" Ujarnya.

"Bukankah di jaman ini, sudah banyak orang yang memiliki anak tanpa harus menikah?" Ujar pemuda itu dengan santai. "Aku berangkat," sambungnya yang lantas bergegas pergi tanpa menunggu balasan dari sang ibu.

OH MY BOSS! || Jeongharu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang