Babak Permulaan

47 7 10
                                    

Happy Reading~

Perpustakaan Nasional, menjadi saksi bisu pertemuan pertama dua sejoli yang kini hadir untuk menceritakan sebuah kisah yang hampir kepada kalian. Sulit untuk mengupas luka lama, sakit rasanya menceritakan kembali apa yang terjadi kala itu.

Di sinilah permulaannya, dimana Nusyra dan Mahen memilih untuk jalan bersama dari arah berbeda, berusaha melewati benteng yang menjadi pemisah paling kuat di antara mereka.

~~~

Bagian terbaik dari tempat yang sering Nusyra datangi adalah desain perpustakaan yang terlihat modern dan tata letak buku-buku yang tersimpan rapih di rak bercat putih, menambah kesan menenangkan dan mampu membuat rasa stresnya luntur. Nusyra menempati kursi yang menjadi tempat favoritnya, ia menyukai pemandangan yang dapat ia tangkap dari sisi kursi itu.

Brak!

Mendengar suara tersebut sontak Nusyra menoleh untuk sekedar melihat apa yang telah mengganggu fokusnya. Terlihat di sana seorang laki-laki jangkung yang sedang membenahi buku yang sebelumnya ia jatuhkan, ceroboh sekali, pikir Nusyra. Sesaat setelahnya, netra mereka bertemu dan membuat mereka diam serta saling memandang selama beberapa saat.

Cepat-cepat Nusyra mengalihkan pandangannya, ia menghela nafas dan merasa jantungnya berdetak sedikit cepat. Bukan karena tumbuh perasaan suka terhadap lelaki itu, tetapi Nusyra terlalu gugup untuk memandang lelaki yang menurutnya sangat tampan itu.

Lelaki itu, Mahen, masih setia di tempat ia berdiri, memandang gadis di kursi nomor 1 yang kembali fokus pada bukunya. Ada perasaan aneh dalam dirinya, mengapa ia merasa tertarik dengan wanita itu?

Mahen disadarkan dari lamunannya saat seseorang menabraknya, ia menoleh untuk melihat siapa yang menabraknya, dilihatnya orang itu terjatuh. Aneh sekali, dia yang menabrak dia juga yang jatuh. Mahen pergi dari sana tanpa berniat membantu, ia sempat melirik ke arah gadis tadi.

"Tuhan, kalo dia jawabannya, Mahen ikhlas lahir batin." Mahen hanya bercanda, ia tidak berfikir demikian dengan serius. Tapi siapa sangka monolognya malah didengar dan diijabah?

~~~

"Iya, bundaa. Mahen lagi di jalan bunda jangan telfon terus dong." Terdengar kekehan sang bunda dari sebrang sana.

"Bunda cuma mau mastiin kamu gak keluyuran, salah sendiri toh pergi gak bilang-bilang bunda." Mahen menyunggingkan senyum.

Memang benar ia tidak berpamitan karena Mahen malu jika mengatakan akan pergi ke perpustakaan, pasalnya ia jarang sekali membaca buku, dan juga ia takut diledeki jika ibundanya tahu bahwa ia akan beribadah di Gereja Katedral. Karena selama ia hidup, Mahen hanya bersembahyang saat ada hari-hari penting saja. Entahlah, ia hanya ingin lebih dekat dengan Tuhannya sebelum terlambat.

Terlihat lampu merah di depan sana, Mahen segera memberhentikan mobilnya. "Walaupun Mahen keluyuran kan juga gak macem-macem, bunda tenang aja, Mahen-" ucapannya terpotong, ia melihat gadis yang di perpustakaan tadi sedang berdiri di trotoar. Mahen kembali terpaku saat melihatnya.

"Mahen? Nak, kamu gapapa kan? Mahen jawab bunda, sayang." Mahen kembali tersadar, "Bunda, Mahen tutup dulu ya takutnya gak fokus. Love you, bundaa." Ia mematikan telfonnya dan kembali melihat ke arah trotoar tadi, bisa ia lihat gadis tadi pergi bersama gadis lain yang Mahen yakin itu adalah temannya.

"Setiap liat dia gua serasa dihipnotis. Tuhan, beneran tetangga sebelah nih dikasihnya?"

~~~

Cuaca pada siang ini lumayan terik, Nusyra memutuskan untuk duduk sebentar setelah sholat dzuhur. Dengan berteduh di lorong Masjid Istiqlal saja dapat membuat peluh siapa saja mereda. Di tengah cuaca yang panas ini, rumah Allah tetap memberi hambanya kesejukan ditambah lagi mereka baru selesai beribadah menghadap sang ilahi.

Sayup-sayup Nusyra mendengar beberapa orang membicarakan tentang terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, ia diliputi penasaran dan ingin melewati terowongan itu.

"Terowongannya udah selesai dibangun kan ya? Mau ke sana ah."

Nusyra bangkit dari duduknya, tanpa menunggu lama ia segera pergi menuju pintu keluar terdekat. Merasa seperti diarahi akhirnya Nusyra menemukan terowongannya, padahal ia hanya mengikuti insting. Nusyra memasuki terowongan bersama beberapa pengunjung dan turun ke bawah.

Di sisi lain, Mahen duduk di bangku Gereja Katedral, ia diam beberapa saat sambil terus menyatukan tangan dan menautkan jarinya. "Tuhan, bunda selalu rewel minta Mahen kenalin pacar ke bunda, tapi Mahen susah suka sama orang. Kali ini Mahen bukan minta dihindarin dari celotehan bunda, setelah dipikir lagi Mahen juga butuh pendamping, siapapun orangnya Mahen terima asal dia perempuan yang baik dan bisa tulus sama Mahen. Ini ketiga kalinya Mahen minta, semoga hari ini doa Mahen didenger, Amen."

Setelah menyelesaikan doanya, Mahen keluar dari gereja. Tepat setelah ia keluar, entah mengapa ia ingin sekali turun ke terowongan bawah tanah yang menghubungkan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal. Jika sudah penasaran begini pasti Mahen akan mewujudkan keinginannya.

Setelah bertanya pada beberapa orang akhirnya ia menemukan pintu terowongan bawah tanahnya. Saat ia memasuki terowongan, pandangannya tertuju pada bangunan yang dipakai terowongan ini. Jika dilihat-lihat sepertinya terowongan ini dilapisi dengan marmer dengan warna kuning keemasan.

Bugh!

"Aduh."

Ceroboh lagi, kali ini Mahen menabrak seorang gadis dan untungnya ia segera menahan tangan gadis itu sebelum terjatuh ke lantai. Pandangan mereka bertemu, Mahen bisa melihat tatapan terkejut dari gadis di depannya yang sudah ia temui tiga kali. Nusyra, gadis itu kini tengah berkeliaran dipikirannya dan berhasil membuat jantungnya berdetak kencang.

"Aku berdoa kepada Tuhanku dan meminta dikirimkan seseorang yang akan menjadi bagian dari diriku, aku rasa kau yang dikirimkan-Nya. Maka dari itu, maukah kau menjadi pena dan menoreh tinta dalam lembaran ceritaku? " - 07 11 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang