part 8

39 4 15
                                    

Beryl menangis. Dia menyesal tidak bisa menyelamatkan Recka dan Aden. Dia hanya bisa melihat mereka tersiksa sampai sakhirnya mati secara perlahan.

Teriakan Recka masih terngiang di telinganya. Dia tak sanggup jika melihat itu terjadi pada Alby. Gadis itu bingung apa yang harus dia lakukan. Berkata pada juga percuma. Sedangkan Dean enggan membantunya.

Gadis itu bangkit dari tempat tidur dan membuka jendelanya. Matahari di Skyland tak pernah terik, tidak bisa menghangatkan. Namun, saat ini kamar adalah tempat ternyamannya di Skyland.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini terus? Apa tidak ada hal lain yang kau pikirkan selain memikirkan mekanik kumuh itu?" Ibunya tiba-tiba masuk kamar.

"Apa tidak bisa ibu mengetuk pintu dulu? Ibu tak berkenan jika aku masum tiba-tiba ke kamar Ibu. Tapi Ibu juga melakukan hal yang sama." Beryl tertawa sinis.

"Ibu berhak masuk ke mana pun Ibu mau, selama ruangan itu diperbolehkan dimasuki kaum bangsawan."

"Aku bahkan seperti tak punya privasi."

"Sudahlah Beryl. Jangan bersikap sinis seperti itu pada Ibu. Hanya karena mekanik itu,-"

"Alby, Bu. Dia punya nama."

"Oke, Alby." Ally mencoba menghargai anaknya. "Hanya karena Alby, lantas kau bersikap sini seperti itu pada Ibu?"

Beryl bergeming.

"Ibu berharap kau bisa mengalihkan pikiranmu dan lebih banyak bergaul." Ally berdiri dan menepuk pundak anaknya. "Ibu melihatmu kemarin mengobrol dengan Dean. Terus terang Ibu lebih menyukai kau dengannya."

Refleks, Beryl menoleh dan menatap tajam ke arah ibunya. "Tidak akan mungkin, Bu."

"Kenapa tidak mungkin. Dia juga menyukaimu?"

"Ibu salah. Kami hanya mengobrol."

"Kalau Ibu salah, dia tidak akan ke sini," ucapnya. "Ya, Dean menunggumu di depan."

Beryl lari keluar kamar dan berhenti beberapa saat melihat Dean di ruang tamu, lantas memeluknya. Perasaannya kalut. Beryl merasa saat ini cuma Dean yang bisa mengerti kondisinya. Dia juga menganggap, Dean bisa memberi solusi atas masalahnya.

Namun, Ally malah tersenyum melihat pemandangan itu. Dia berharap ini awal yang baik agar anaknya melupakan Alby.

"Kamu nggak apa-apa?" Dean memegang kedua pundak Beryl.

Gadis itu mengangguk. "Ada yang ingin aku bicarakan."

Mata Dean melihat Ally yang ada di belakang Beryl. Gadis itu menoleh.

"Kalian kalau ingin pergi akan mama izinkan." Ally senang. Paling tidak sekarang dia melihat Beryl bersedia dipeluk Dean.

 Paling tidak sekarang dia melihat Beryl bersedia dipeluk Dean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beryl dan Dean duduk di tepi danau buatan. Gadis itu tersenyum kecut melihat kenyataan bahwa danau itu sebenarnya sama sekali tidak berfungsi selain menjadi hiasan saja. Bahkan ikan juga tak bisa hidup di sana.

SkylandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang