Aku melihatmu bergandengan mesra, saling menatap penuh candu. Dari balik pintu yang usang dan rapuh itu, adegan per adegan terekam kuat bersamaan dengan sembilu yang makin terasa kuat menancap. Bagaimana bisa... Bagaimana? Bisa? Bisa-bisanya kau dengan sumringah melakukan perayaan, sedangkan aku yang melihatmu meradang tak keruan? Kau jadikan aku pelampiasan, membuat hubungan kita bak sebuah permainan berkedok cinta dan sayang. Ingin rasanya kubalas serupa. Namun, apalah dayaku yang telanjur mabuk dan mati oleh cintamu? Tak habis pikir aku kau buat. Ah, sial. Aku hanya bisa menggerutu dalam sesal, menangis penuh sesak, tertawa gila membayangkan semua yang kau lakukan bersamanya. Kupaksa semua baik-baik saja, kutimbun segala resah, meracuninya dengan kata paling candu lebih dari sekadar diksi rindu. Aku akan merayakannya sambil tertawa, menertawakanmu... dan, aku pun yang begitu bodoh menyediakan cinta nan tulus untukmu. Akan kunyalakan banyak Kembang Api agar tersamar semua rasa perih. Kuharap aku bisa lekas bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PESTA SEMBILU
PoetryUntaian kata rasa dari seorang pujangga dungu yang merayakan rasa sakitnya pasca ditinggalkan dengan cara merakit diksi melankolis, mencurahkan segala resah, susah, dan pasrah pada aksara. Merayakannya seolah dia kuat menghadapi perasaan kalutnya. D...