Kisah ini berawal ketika aku masuk menjadi mahasiswa baru di sebuah universitas negeri di Bandung. Dan disinilah aku menemukannya. Aku tak menyangka bahwa hidupku akan berubah disini. Aku juga tak menyangka, aku menemukan orang yang sempurna seperti dia.
Inilah kisahku, yang tak banyak lika-liku, tapi penuh dengan peluh.
***
Seorang gadis berambut panjang dengan tas ransel di punggungnya sedang berjalan tergesa-gesa. Ia sedang menuju suatu tempat yang sudah dijanjikan dengan teman-temannya.
Sesekali gadis itu melihat jam tangannya. "Aduhh, telat banget," keluhnya di sela-sela perjalanannya.
Ketika tengah fokus ke arah jam tangannya, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang, hampir jatuh saking kuatnya. Ia memegang bahunya sambil mengoceh sebal.
"Duhhhh, apa lagi, sih? Nyari masalah aja!" Gadis itu menggerutu kesal sambil memegang bagian yang sedikit sakit tadi.
"Maaf, maaf," ucap seseorang yang menabrak gadis itu-lebih tepatnya gadis itu yang menabrak.
"Lo kalo jalan liat-liat dong!" Setelah mengatakan itu, Jihan menoleh ke arah orang yang ada di hadapannya. Seketika dirinya bungkam. Ia hanya menatap seorang pria yang menunduk di hadapannya.
"Maaf, maaf." Itulah kalimat yang keluar dari mulut pria itu.
Jihan mendengkus, lalu pergi meninggalkan pria yang memakai jubah putih itu sendirian disana.
Pria itu melihat ke arah Jihan pergi. Seketika ia menggelengkan kepalanya perlahan dengan senyuman tipis di bibirnya.
***
Setelah lama berjalan, akhirnya Jihan sampai di sebuah Cafe yang sudah dijanjikan bersama teman-temannya. Disana beberapa temannya sudah menunggu dirinya.
"Halo, guys! Maaf ya, telat banget." Jihan menghampiri meja teman-temannya. Lantas duduk disana.
"Kok lama banget, sih? Sibuk banget emang?" tanya Ratna, lalu meletakkan ponselnya.
Jihan menaruh tasnya. "Iya, tadi gue nungguin dosen lama banget. Ntar kalo enggak ditunggu, bisa gawat," jawab Jihan sambil merapikan rambutnya.
"Emang, ya, dosen itu kadang suka-sukanya aja." Kali ini Dinda yang berbicara.
"Iya, mana tadi gue pake acara ditabrak orang lagi. Sakit, nih, bahu gue." Jihan mengadu.
Teman-temannya menggelengkan kepalanya. Sudah biasa seperti ini, Jihan selalu datang paling telat kalau berkumpul dan pasti ada hal yang terjadi dengannya ketika perjalanan untuk berkumpul.
"Kok bisa kamu ditabrak, Han? Kamu yang ditabrak atau kamu yang nabrak?" Syaqilla, perempuan berhijab dengan mata indah, bertanya dengan nada yang sedikit menyelidik.
Teman-temannya menahan senyum. "Iya, ntar lo yang nabrak, Han. Kan lo kadang gitu," sahut Dinda diiringi dengan tawa.
"Ah, lo semua kok enggak percaya sama gue, sih?"
"Ya, karena lo wibu," ucap Ratna nyeleneh.
Jihan melotot, tapi tiba-tiba pelayan Cafe datang menghampiri mereka. Ia memberikan buku menu dan mulai menyatat semua pesanan mereka. Setelah dirasa pas, lantas pelayan itu pergi dengan membawa buku menu dan catatan di tangannya.
Beberapa menit kemudian, pesanan yang mereka pesan pun sudah datang. Mereka mulai menyantap makanan mereka sambil bercerita tentang hari ini. Ada senangnya, ada sedihnya. Intinya empat sahabat ini selalu berbagi cerita apa pun yang mereka alami.
"Eh, kayaknya aku pulang duluan, deh. Udah mau magrib," ucap Syaqilla di tengah-tengah percakapan seru mereka.
Seketika semua melihat ke arah jam tangannya masing-masing. "Iya, ya. Enggak terasa udah mau magrib, ayo pulang." Dinda mengiyakan.
Mereka semua sepakat untuk pulang dengan membawa senyuman yang merekah. Berjumpa dengan sahabat adalah obat hati yang paling manjur. Jika ada masalah, maka sahabat termasuk orang paling depan untuk membantu.
Jihan kini sudah berada di trotoar jalanan. Ia ingin berjalan saja pulangnya, karena rumahnya dengan Cafe itu terbilang dekat. Namun, ada sesuatu yang membuatnya berhenti.
Laki-laki yang tak sengaja ia tabrak tadi sedang berdiri di pinggir jalan sambil memegang sebuah kamera di tangannya. Jihan melanjutkan lagi perjalanannya, tak memedulikan keberadaan laki-laki itu.
Ketika Jihan lewat di depannya, seketika laki-laki itu berkata yang membuat Jihan berhenti.
"Langit senjanya indah, ya."
Lalu laki-laki itu menoleh ke arah Jihan sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Jodoh!!
RomanceBagi sebagian orang, berubah karena cinta itu adalah hal yang biasa. Berubah ke arah yang lebih baik atau yang lebih buruk, tergantung dengan pola pikir sang penderita cinta. Tapi pernahkah kalian berubah drastis karena cinta? Inilah yang terjadi ke...