(1) End.

7 0 0
                                    

TJOKROAMINOTO

Aku adalah seorang dokter di sebuah desa kecil di pulau Jawa, memiliki keluarga harmonis dan pekerjaan yang layak mungkin terdengar seperti kehidupan yang sempurna.

Sore itu hujan turun di desa kami, namun sebab pekerjaan yang mendesak aku terpaksa untuk tetap melanjutkan perjalanan. Dalam mobil pick up milik seorang bandar kayu di desa ku, aku diberi tugas untuk menjaga salah satu keluarganya yang tengah sekarat untuk segera dibawa menuju rumah sakit, Riska namanya, ku taksir umurnya sekitar 30 tahun. Hujan terus turun, sementara kondisi Riska kian memburuk, diperparah dengan kondisi jalan yang sulit dilewati menggunakan mobil pick up ini. Seseorang yang kami temui di pinggir jalan memberi tahu kami agar aku dan Riska memilih untuk memotong jalan saja agar cepat sampai daripada harus berlama-lama menggunakan mobil sebab sering terjebak dijalan yang sulit ini.

Aku dan Riska pun turun dari mobil mengikuti langkah seorang pemuda yang akan membawa kami menuju rumah sakit dengan jalan yang lebih cepat katanya. Kami menerabas hutan, ku papah tangan Riska agar ia mampu berjalan. Setelah sekitar1 jam perjalanan aku kira kita sudah cukup jauh berjalan namun mengapa tak sampai-sampai juga.

"Mas, ini masih lama, ya?," Tanya ku pada Pemuda itu.

"Nggak, bu, sebentar lagi kita sampai di jalan aspal yang bagus, biasanya disana ada ojek nanti tinggal ngojek saja disana buat ke kota cari rumah sakit," ucapnya.

"Baiklah, Mas," jawab ku.

Aku perhatikan, hutan ini memang sepertinya cukup sering dilewati, sebab ada jalan setapak yang tampak sudah sering diinjak manusia. Namun, lain dari itu aku juga beberapa kali melihat ajak-ajak yang kerap kali menunjukan batang hidungnya di depan kami, ia tak berani mendekat sebab setiap kali ajak itu terlihat segera saja Pemuda di depan ku ini menghunuskan golok yang ia bawa.

"Mas, boleh gak kita berhenti dulu disini? Sepertinya saya mau buang air," tanya ku.

Sejak di mobil pick up itu memang aku telah menahan untuk buang air, namun kini ku rasa aku sudah tidak tahan lagi menahannya.

"Silakan, Bu, biar saya yang jaga Mbak itu disini," jawab Pemuda itu.

"Makasih banyak, Mas, sebentar, ya," ucap ku.

Aku pun pergi mencari tempat yang sedikit tersembunyi untuk buang air. Usai membuang segala beban yang telah aku tahan, aku segera kembali ke tempat Riska dan Pemuda itu.

Betapa kaget, aku melihat Riska telah bersimbah darah dengan luka-luka di sekujur tubuhnya. Ku perhatikan ini adalah luka bekas cakaran dan gigitan ajak. Aku merasa sangat tercengang dengan kejadian ini, aku menyalahkan diri ku sendiri yang telah lalai sebagai seorang dokter. Seharusnya aku telah menyadari bahwa ajak-ajak itu mungkin terus mengikuti kami karena ia menyadari kondisi Riska yang telah lemah, justru aku malah meninggakan dia dengan Pemuda itu, yang kini justru  ku tak tahu dia entah kemana.

Dengan terus mencoba untuk tetap berpikir jernih aku menyusuri jalan setapak ini untuk mencari warga yang dapat membantu ku membawa mayat Riska menuju kembali ke desa.

Memang benar apa yang diucap pemuda itu, tak berapa lama aku melihat jalan aspal dan beberapa rumah warga. Aku pun segera meminta bantuan kepada beberapa warga yang ada disana untuk membawa mayat Riska menuju desa.

Setelah Riska selesai dikebumikan, aku sedikit heran mengapa keluarga bandar kayu ini seperti tidak kaget saat aku dan beberapa warga  membawa mayat Riska ke rumahnya, ia langsung saja menyuruh kami untuk mengurus pemakamannya.

Belakangan ini ku tahu, jika sebenarnya memang kematian Riska seperti telah direncanakan oleh antek-antek musuh dari keluarga pak Dharmo ini, wajar saja kayu milik Dharmo memang sudah terkenal bahkan sampai keluar kota, jadi banyak orang yang tidak suka terhadap kesuksesan keluarga pak Dharmo dan berniat untuk menyaingi usaha kayu miliknya.

Yang paling membuatku geram adalah, jika ternyata yang merencanakan semua ini adalah kerabat Pak Dharmo sendiri. Pemuda yang menunjukkan jalan kepada kami adalah orang suruhan dari kerabat Pak Dharmo sendiri, juga termasuk ajak-ajak yang mengikuti kami pun semua itu telah direncanakan oleh mereka. Namun, semua ini tentu tidak akan terjadi jika saja aku bisa membaca situasi yang terjadi saat itu dan tak meninggalkan Riska bersama Pemuda itu, ini adalah kelalaian ku sebagai seorang dokter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TjokroaminotoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang