Moon 1

466 93 18
                                    

Enjoy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy reading

Menghirup udara pagi di Lembang setelah hampir enam belas tahun tak pernah menginjakkan kaki di tanah kelahirannya ini, ada sedikit rindu yang menyusup dikalbu. Walau ia sangat sadar saat kepergiannya dulu menggoreskan banyak luka yang tidak hanya membekas pada dirinya semata. Sebagai laki-laki tidak mungkin juga ia membiarkan harga dirinya diinjak-injak mereka yang merasa memiliki segalanya.

Cale, segera membuka gorden kaca jendela lebar-lebar. Sangat puas dengan pencapaiannya saat ini. Sebagai CEO perusahaan konstruksi, bukanlah karir yang didapatkan secara instan. Banyak liku yang harus dilalui. Cale, seorang pria blesteran yang dianggap sebagai anak haram dari pasangan Antonio Darmot yang merupakan keturunan Sunda-Irlandia dan Amina Karim warga asli Sukabumi.

Sangat beruntung ia kembali bertemu dengan sang ayah kembali dan diakui sebagai anak, membalaskan dendam mereka dan kemudian kembali melanjutkan pendidikan, kini ia menjadi salah satu pewaris kekayaan Perusahaan Konstruksi Cipta Persada di bawah naungan Darmot Corporindo.

Dari balik jendela kamar ini ia memusatkan perhatian pada jalan depan villa. Jam masih menunjukkan pukul empat lebih tetapi sudah banyak orang yang berlalu lalang menuju pasar yang tak jauh dari villanya. Ya, ia memang memilih tinggal di sini karena senang melihat kegiatan orang dari perkampungan yang letaknya tak jauh darinya. Matanya semakin menajam memusatkan pada sepasang pejalan kaki di pagi yang masih berkabut ini. Si Pemuda dengan hoodie berwarna abu-abu tua sama dengan wanita di sebelahnya yang menambahkan selendang untuk membungkus tubuhnya.

Pemuda tanggung yang ia perkirakan masih remaja itu tampak sangat perhatian pada wanita berbadan berisi itu. Ia tak segan membawakan tas jinjing khas untuk berbelanja. Keduanya asyik bercengkrama dan itu menimbulkan desir asing pada hatinya. Senyum lebar pemuda itu membangkitkan sesuatu yang sama sekali tidak ia pahami maksudnya.

Pemuda itu kemudian mengangguk antusias dengan entah apa yang dikatakan oleh wanita di sebelahnya karena dari tempatnya berada sama sekali tak terdengar perkataan apapun. Namun, suara gelak tawa dari si Pemuda sempat singgah ke telinganya sampai kemudian mereda seperti kena tegur. Cale berani bertaruh jika wanita di sebelahnya itu pasti pasangan si Pemuda itu sangat gagah sementara si Wanita yang memakai rok klok berwarna biru tua selutut itu hanya setinggi bahunya, postur tubuh wanita itu terlihat lebih matang tetapi terlihat masih cukup muda jika diduga sebagai ibu dari si Pemuda, ah sudah jelas seperti tebakan awalnya sebagai kekasih Pemuda itu. Ia sangat senang menatap kegiatan orang di pagi hari dan melihat interaksi mereka. Cale yakin jika si Pemuda menginjak dewasa akan banyak mematahkan hati wanita. Sekali lagi sangat disayangkan jika sampai harus terjebak hidup dengan wanita yang ditebak Cale paling tidak selisih lima tahun.

Cale menggeleng-gelengkan kepala. "Modus jaman sekarang masih juga tidak berubah. Jarak pasar dengan kampung itu jauh, rela demi yang terkasih berjalan kaki menemani belanja."

HARUSKAH KUBERI KESEMPATAN KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang