-Ran POV-
Aku berjalan ditengah malam yang dipenuhi berbagai bintang yang indah dilangit.
Aku berjalan dengan langkah yang begitu santai sambil memperhatikan ponselku yang sedang menunggu balasan line dari grup chat ku.
Tiba-tiba seseorang menutup hidung dan mulutku dengan selembar kain. Setelah itu kesadaranku hilang.
-Ram POV-
"Dimana sih dia? Kenapa jam segini belum sampai rumah juga" pikirku sambil melirik jam tanganku dan mendapati sudah jam 11 malam
"Apa dia tidak tau kalau adiknya ini khawatir? Apalagi sekarang sedang mati lampu" kataku sendiri
-Chat-
Ran: malam (9.05)
Sasqia: malam juga (9.30)
Aver: malam juga (9.31)
Aver: pas gue muncul langsung pada sepi (9.35)
Aver: mengirim stiker (9.35)
Sasqia: mungkin lagi pada bikin tugas (9.37)
Afi: bentar, lagi ngajarin temen fisika (9.40)
Aya: malam (9.42)
Aya: sepi lagi (9.43)
Aya: mengirim stiker (9.43)
-Haifa POV-
"Ribut banget ini grup" kataku.
"Nggak tau apa kalo orang lagi belajar" kataku sambil ngambil handphone dan menonaktifkannya.
-Aya POV-
"Duh lagi galau gini kenapa grup sepi sih? Hiburanku kan cuman dari sini doang"
Aya: Hello (09:50)
Aya: Wey (09:50)
Aya: Ayolah chat (09:50)
Balasan dari teman-temanku tak kunjung datang. Ran juga entah kemana, padahal ia yang paling rajin membalas chat dan cerewet di grup. Baiklah aku akan tidur sekarang.
-Afi POV-
Aku mencari ponselku, seingatku tadi masih di atas kasur. Aku melempar semua bantalku ke lantai.
Brakk.
Ah tidak, ponselku ikut terlempar. Bodohnya aku. Aku memungut ponselku dan ternyata disana sudah ada +230 pesan grup yang belum kubaca.
Afi: Hey! Kalian sedang apa? (10:00)
Mengapa setiap aku gabung selalu sepi? Ah sudahlah mungkin mereka sedang sibuk. Aku meletakkan ponselku di atas meja belajar dan beralih pada laptopku.
-Fay POV-
Terlalu banyak pesan. Ponselku berdering bersahut-sahutan. Tanganku terulur dan meraih ponsel itu dengan gusar.
Grup. Sudah kuduga. Aku menekan tombol buka dan membaca sekilas seluruh teks pesan--yang nyaris seluruhnya dilakukan oleh Aya.
Tapi ada yang aneh di sini. Berbeda dari suasana grup yang sudah-sudah, kali ini grup chat milik lima belas orang ini jauh lebih sepi dari biasanya.
Aku mulai memindai pesan-pesan itu lagi; lantas mendapati 'sesuatu' yang aneh ini.
Ran tidak muncul. Tapi Arfian ada--bahkan merusuh minta pesannya dibalas.