nangis

1K 128 12
                                    

See you

•••

suara langkah kaki terdengar ribut, dua orang anak laki laki berlari keluar dari kamar, dan menuju ruang tamu, menghampiri sumber suara yang membuat mereka berlari secepat kilat untuk melihat apa yang sedang terjadi.

balita 4 tahun dan anak laki laki berusia 6 tahun itu berdiri di dekat sofa, melihat seorang bocah yang usianya tidak jauh dari mereka tengah menangis, di pangkuan ibu mereka.

mata sipit balita 4 tahun itu menelisik secara sempurna, seolah tau. dia melangkahkan kakinya dan mendekat.

"hen" panggilnya, menyentuh kaki mungil anak laki laki yang menangis itu.

mengalihkan pandangan, sambil mengusap air matanya, mata bulat berkaca kaca itu semakin sedih terlihat, saat melihat balita 4 tahun yang menatapnya kebingungan.

"Andle" itu Mahen.

Mahen meminta turun, Jefran memberi ruang turun untuk bocah 5 tahun itu, kini Mahen berdiri di hadapan Jeandre, dengan bibir melengkung dan wajah basah, Juandra-kakak Jean, hanya menatap teman adiknya sambil menopang wajah di lengan sofa.

sudah terlalu sering melihat drama kedua bocah itu, sampai dia jengah melihatnya terus menerus, tapi tetap saja Juan itu orangnya penasaran.

dia penasaran kenapa Mahen menangis, dan kenapa bocah itu ada disini, dimana ayah dan ibunya, apakah Mahen dibuang sekarang, pertanyaan itu ada di dalam benak Juan.

Mahen, meluncurkan cairan bening di matanya, sambil terisak dan bahkan terlihat tersenggal senggal karna lama menangis, Jeandre bingung.

apa yang diharapkan dari balita 4 tahun, apa Jeandre bisa menggendong Mahen dan menenangkannya, tentu saja tidak. balita itu hanya bisa menatap Mahen dengan mata sipitnya.

"tenapa?" Jeandre buka suara.

"hiks, andle. papa sama mama ndak sayang mahen lagi, papa sama mama sayang dedek doang, mahen kena omel karna pecahin gelas" adunya.

Mahen datang kesini dengan supirnya, bocah itu memaksa supirnya untuk mengantarkannya kerumah Jeandre, bahkan disaat Mahen pergi pun Ayah dan ibu dari anak itu sama sekali tidak tau, sebab Mahen baru saja menjadi seorang kakak.

Mahen sudah punya adik kecil, adik kecil yang masih sangat membutuhkan perhatian kedua orangtuanya, namun tidak bermaksud menyingkirkan si sulung baru itu.

"yaiyalah dimarahin, kan kamu pecahin gelas gimana sih" tutur Juan.

Mahen hanya melirik Juan sekilas, namun Jeandre segera memeluk tubuh Mahen, dan tangis Mahen semakin pecah.

Jefran menatap bocah 5 tahun itu, pria manis tersebut segera mengirimkan pesan pada Ayah Mahen, jika putranya ada disini. bukannya apa apa Jefran hanya takut jika Theo dan Tian mencari Mahen yang pergi tanpa izin.

bocah itu sama sekali belum mengerti apa apa.

"Andle aja yang jadi dedeknya Mahen" gumamnya tersedu sedu, pakaian Jeandre jadi basah karna air mata dan ingus bocah tersebut.

Juandra menyentak tidak terima "enggak! Jean adeknya Juan, gaboleh ambil ambil!"

Mahen kembali menangis, sementara Juan memberikan pelototan tidak terima, kalau Jean diambil siapa yang akan menemaninya bermain lego.

"Mahen kalo mau ambil Jean, mending pulang aja sana, dasar cengeng huuu"

Jefran melihat Juan memancing perkara menatap si sulung yang mencebik kesal "Mas, gak boleh gitu"

Juan menatap ibunya.

"tapi Mahen mau ambil adek aku" ujar Juan, pada Jefran.

"kalo Mahen ambil adeknya mas. ntar mas dapet yang baru deh" entah datang dari mana, Malik-ayah dari Juan dan Jean tiba tiba menyahut ucapan si sulung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

grow up | nomarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang