"Kamu mau gak jadi pendamping hidupku?" tanyanya sambil menggenggam tanganku erat.
Aku hanya menunduk malu, tak berani menatapnya. Kurasakan pipiku memanas.
"Hey, aku tanya sama kamu. Kamu mau gak jadi pendamping hidup aku? Aku serius" tanyanya lagi dan menarik daguku ke atas supaya aku bisa menatapnya.
"Ciye blushing" ledeknya. Aku kembali menunduk sambil tersenyum malu.
"Jadi gimana nih? Mau gak?" Ulangnya dengan tidak sabar.
Aku hanya menganggukkan kepala tanpa berani menatapnya.
Kemudian dia menarikku ke dalam pelukannya. Kurasakan pipiku semakin memanas.
Dia, orang yang menyatakan perasaannya padaku.
Dia, orang yang selalu ada didalam mimpiku.
Kejadian yang selalu kuimpi-impikan akhirnya terwujud juga. Rasanya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutku saat dia menyatakan perasaannya. Rasanya seperti terbang.
Tetapi sekarang, semua itu tinggalah kenangan. Kenangan yang selalu membuatku menangis saat mengingatnya.
Dia pergi.
Hanya meninggalkan kenangan dan janji-janji manis yang pernah diucapkannya.
Tetapi apa boleh buat jika dia pergi untuk selama-lamanya. Kembali mengahadap pada Sang Ilahi.
Dan saat ini juga yang kurasakan hanyalah kepedihan. Aku tak bisa melupakannya, aku sangat menyayanginya.
Mengapa engkau mengambilnya secepat itu? Aku masih ingin bersamanya, Tuhan.
Dan bodohnya aku tak pernah berusaha untuk melupakannya.
Mungkin memang dia bukan orang yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pendamping hidupku.
Tetapi jika aku hanya hidup didalam bayangan-bayangan masa lalu, hidupku tak akan pernah berubah. Karena masa lalu tetaplah masa lalu. Masa lalu tidak akan pernah bisa berubah.
***
Cerita keduaku yang gaje :v
Yang dibuat oleh author cantik nan alay :3Jangan lupa VOTE + COMMENT yaa! :*
Sebagai readers yang baik pasti gak akan pelit buat kasih votelah~
Thanks ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan [Slow Update]
Fiksi Remaja"Aku akan selalu ada di sampingmu" Kata-kata yang bisa membuatku tersenyum saat dia mengatakannya padaku. Tetapi sekarang, kata-kata itu yang bisa membuatku menangis. Ya, menangis karena mengingat orang yang mengucapkannya telah tiada. Kini hanya...