♡perundingan dengan Bristol♡

16 2 0
                                    

Happy reading all..

•••

"Apa imbalan yang akan kau ajukan pada kerajaan kami Hugo?"

Abelardo membuka suara, seiringan dengan tangannya yang sedang memutar-mutarkan gelas wine di depannya.

"Sepuluh hektar wilayahku, lima puluh karung gandum dan juga duaratus gram emas. Apa itu cukup untuk membayar sekutu dari Bristol?" Timpalnya tegas dengan raut permohonan tersirat di wajah Hugo.

"Maaf yang mulia Cambridge. Tawaranmu itu hanya cukup untuk membayar satu perajurit kami, bukan seribu."

Seseorang memotong pembicaraan, pintu rapat istana Bristol yang semula tertutup rapat kini terbuka lebar karena seseorang barusaja hadir didalamnya.

"Pangeran Alaric."

Raut Hugo tampak terkejut melihat seseorang yang baru saja memasuki ruangan rapat. Sedangkan dari kejauhan, Alaric membungkukkan badannya hormat pada Hugo dihadapannya.

"Apa imbalan yang anda inginkan pangeran?" Hugo menatap mata itu lekat, mencari-cari jawaban di antara bayangan-bayangan yang tertera disana.

"Emm.. coba tawarkan sesuatu yang lebih menarik. Aku sudah sering mendapatkan imbalan seperti itu, lagipula wilayah kekuasaan Bristol sudah luas. Untuk apa ditambah luas lagi? Merepotkan pemerintahan saja."

Ucap Alaric sembari menunjuk dagunya sedang berpikir.

"Bagaimana dengan kuda? Cambridge memiliki kuda perang yang banyak. Mungkin kau akan tertarik pangeran." Seseorang menimpali, pangeran Hector. Ia adalah putra sulung dari raja Hugo.

"Menarik, tapi Bristol juga sudah memiliki ratusan bahkan ribuan kuda. Apa ada yang lain?"

"Apa yang anda inginkan pangeran? Senjata perang? kebutuhan pokok seperti gandum dan keju? Atau rempah-rempah? Kami siap memberikannya pada Bristol." Hector tampak berpikir, ia tak tahu persis imbalan seperti apa yang jelas diinginkan oleh Alaric di hadapannya ini.

Disisi lain, Alaric tampak menggeleng pelan menandakan sang empu tidak setuju dengan penawaran yang diucapkan oleh Hector. Sementara Hector kini menatap jengkel pada kedua netra yang kini tengah menatapnya dingin.

"Bristol tidak butuh semua itu."

"Lalu apa yang kau inginkan?"

"Emm... Dengar-dengar Cambridge memiliki seorang putri yang sangat cantik. Bahkan dari bisik-bisik yang pernah kudengar, dia adalah putri tercantik di seluruh Britania raya. Apa itu benar raja Hugo?"

"Maksudmu Allura pangeran?" Tanya Hugo was-was.

"Ya." Jawab Alaric mantap.

"Tidak!" Teriak seseorang dari samping Hugo. Hector, pria itu kini berdiri dari duduknya. Menatap garang pada sesosok pria tegap dihadapannya.

"Kami tidak bisa menyerahkan Allura sebagai imbalan untuk kerajaan anda!" Bentaknya lagi.

"Kau tidak bisa membeli seseorang dengan cara seperti itu Alaric! Jangan memepermalukan Bristol." Timpal Sang ayah, Abelardo dengan tegas.

"Tidak! Aku tidak membelinya. Aku akan membantu Cambridge perang jika raja Hugo menginjinkanku menikahi putrinya. Bukankah ayah dari dulu juga selalu memintaku untuk segera menikah? Ya sudah, aku ingin Allura yang menjadi ratuku."

"Tapi Allura masih belia, bahkan usianya kini baru menginjak delapan belas tahun. Apa kau tetap ingin menikahi seorang bocah sepertinya?" Suara Hector tampak meninggi, menandakan sang empu sedang dalam amarahnya.

"Aku tidak peduli."

"Pangeran Alaric! Cambridge siap memberikan apapun untuk kerajaan anda. Tapi tolong! Tolong jangan Allura. Ia masih terlalu kecil untuk seorang pria dewasa seperti anda."

ALLURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang