Prolog

24 12 1
                                    

Ada 2 hal di dunia ini yang begitu Rahmat benci. Satu hujan, dua Ayu. Hujan dan Ayu memiliki banyak kesamaan. Berisik dan merepotkan contohnya, kendati ia begitu menyukai petrikor, ia sungguh tidak menyukai hujan. Tapi dia percaya bahwa setelah hujan reda pasti akan ada pelangi yang datang. Namun masalahnya disini, Ayu tidak bisa reda-lepas darinya-jadi pelangi yang Rahmat impikan selama ini hanyalah sebuah fana.

Maka dari itu satu-satunya hal yang bisa Rahmat lakukan hanyalah,

Bersabar, mengelus dada, dan berfikir dosa besar apa yang pernah dia lakukan di masa lalu hingga mengharuskan dirinya terjebak dengan gadis ini. Padahal, kalau diperhatikan lagi, Ayu-sang gadis-adalah anak yang manis. Dengan catatan kalau kalian mau mengabaikan sebentar sifat setannya.

Faktanya, kala baru pertama kali Rahmat mengenal sang gadis ia sungguh kaget begitu mengetahui kakak dari sang gadis. Yuda namanya, berbeda 2 tahun dari mereka berdua. Dan yang membuatnya lebih kaget lagi adalah sosok mas Yuda yang begitu halus dan lembut.

Kalau Rahmat pikir lagi, Ayu lebih cocok menjadi adik dari Satya Pratama-tetangganya. Ayu itu beneran seratus persen cetakan bang Satya. Mulai dari gaya, cara bicara, dan bermacam-macam ragam keusilannya itu mirip bang Satya. Padahal setitik pun mereka tidak memiliki hubungan darah.

Tapi dari beribu-ribu keisengan sosok Ayu, ia juga anak yang begitu perhatian dan baik-meski lebih banyak menjengkelkannya-seperti kemarin contohnya. Begitu telaten dan hati-hati sekali kala mengurut kaki Rahmat yang bengkak, tidak sengaja ditendang Andra. Entah apa yang mereka berdua lakukan, yang jelas begitu Ayu mendengar kalau Rahmat masuk UKS dengan buru-buru dia berlari menghampirinya.

Begini-begini Ayu pintar mengurut dan memijit. Cocok betul anak itu membuka jasa pijat, tapi mana mau dia. Disuruh bapak mengurut bang Candra saja dia ogah-ogahan apalagi kalau buka jasa pijat, kan ?.

Hanya saja kalau yang membutuhkan jasa pijat Rahmat orangnya, lain cerita nantinya juga. Kalau soal Rahmat, Ayu yang paling gercep. Mana ada yang bisa menandingi. Rahmat sendiri nyaman-nyaman saja-meski enggan sekali pria itu mengakuinya.

Ayu, gadis yang dari dulu Rahmat anggap sebagai hujan yang merepotkan dan berisik-membuatnya berkali-kali mengumpat, lama-lama dia anggap sebagai hujan yang diturunkan sebagai nikmat besar yang tak terkira.

Sayang , Rahmat terlambat menyadarinya.

hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang