"jangan baper, pelan pelan."
-istirahat pertama.
Gue kali ini memilih break ke kantin, tidak cabut. Ya, karena ga ada mobil juga.
Setengah jalan, gue mendengar suara memanggil.
"Din."
Refleks, gue menoleh dengan cepat dan sedikit kaget melihat siapa yang memanggil.
"Iya kak, kenapa?"
"Makan di kantin? serius?" Tanyanya, sambil mendongakkan dagu.
"I-Iya..." Jawab gue, masih sedikit heran."Ikut gue yuk."
Tentu gue nervous, bukan hal yang biasa buat Jeka untuk menyapa dan mengajak seseorang diluar sepergengan mereka.
Entah kenapa gue pasrah dan mulai mengikuti langkahnya yang cukup besar dari belakang. Tercium wanginya yang khas, semerbak parfum chanel bleu tercampur dengan bau rokok yang samar.
Gue tersadar kembali, ketika Ia berbelok, menuruni anak tangga menuju basement.
"Ini gue mau dibawa kemana..."
Terlihat geng Jeje minus Yege, berkumpul diujung parkiran, seperti sedang melakukan hal yang illegal; tapi tidak, mereka cuma membahas mobil.
"Hai." Sapa Jeje duluan. "-ga bawa mobil nih kayaknya?" Ujarnya sambil memasukan kedua tangan ke kantong celana. Gue menggelengkan kepala.
"Oooh, dijemput ya?" Dia tersenyum, mengambil satu langkah lebih dekat ke gue.
"Apa sih Je, to the point aja, iya gue di jemput Lucas. Kenapa?"
"Gue ga nanyain dia, orang gue mau ngajak makan keluar."
"Ga ah, dikantin aja. Serem kalo keluar sama kalian.""Emangnya gue ngajak mereka juga?"
-kantin
"Sumpah tadi gue liat dia jalan ke kantin." Boo meyakinkan Uwu yang sedang bingung mencari Adin.
"Dia juga ga mungkin cabut karena tadi ga bawa mobil." Jelas Uwu.
"Sama Lucas ga?"
"Ga anjir, malah Lucas nanyanya ke gue."
"Lah."Mereka saling bertatapan sebelum akhirnya klik satu sama lain.
"Ga mungkin." Uwu menggelengkan kepalanya.
"Mungkin."
"Gila sih, memang memancing masalah namanya." Uwu memilih untuk lanjut menyantap makanannya."Gue aneh deh sama Adin."
"Kenapa tuh?" Tanya Uwu.
"I mean, udah jelas banget ga sih kalo Jeje tuh suka sama dia?" Ujar Boo."Itulah, gue juga ga ngerti sama dia."
-di mobil Jeje.
"Kok lurus? mau kemana?" Tanya gue heran, karena Jeje mengambil jalan yang lain dari biasanya.
"Ga bosen emang mekdi mulu?"
"Iyasih..." Gue kembali terduduk diam."Lo udah mikirin kuliah?" Jeje membuka pembicaraan.
"Belum sih, gue aja ga tau ini naik kelas atau ga hehe."
"Gue kayaknya mau balik deh." Spontannya.
"Lah? Tas sama mobil gue masih disekolah!"
"Maksud gue buat kuliah, gue mau balik ke Connecticut."Oh..."
Seketika gue ngerasain sesuatu yang aneh dari dalem gue, perasaan yang belum pernah gue rasain sebelumnya.
"Gitu doang?" Jeje menoleh sebentar.
"Ya maunya gue gimana? It's your choice, right? Asalkan lo senang dengan pilihan itu." Gue senyum."Kalo bisa milih, gue pengennya disini, udah betah." Jeje diam sejenak. "Susah kalo udah permintaan nyokap." Lanjutnya.
Gue hanya bisa menyimak sambil menganggukan kepala.
"Gapapa lah, kan seru keluar. Bakal banyak pengalaman." Gue mencoba untuk optimis.
Jeje menghela nafas. "Mulai dari nol lagi?""Gausah dramatis deh, kalo kesepian kan temen temen lo juga ga susah buat ngunjungin."
"Terus lo?"Gue mengangkat kedua alis.
"Lo juga bakal- nyamperin gue?"
"Iya boleh, why not?"Jeje akhirnya tersenyum.
"Kalo ga, gue tagih!"