Suara deburan ombak itu selalu indah di telinga seorang pemuda dan berhasil menenangkan pikirannya, dalam keadaan tersulit pun semuanya akan terasa ringan saat Mark menghabiskan paruh waktu di dekat pantai untuk meluruskan dan memilah masalahnya. Mark Robinson, dikenal sebagai anak dari toko ikan terbaik di kotanya dengan paras rupawan dan tata krama yang baik. Awal abad 1710 Mark menyapa dunia dan sekarang usianya sudah 23 tahun. Rasanya baru kemarin Mark menghabiskan waktu SMA bersama kawan-kawannya, sekarang dia sudah menjadi seorang mahasiswa di Universitas ternama di kota sekaligus membantu Ayahnya. Meskipun usaha Ayahnya sudah turun temurun dan besar, Mark masih sering pergi untuk memeriksa jaring di laut atau menghabiskan waktu dengan mencari ikan, hobi menjadi nelayan sepertinya juga menurun padanya, laut sudah menjadi sahabatnya sejak kecil.
Namun ini bulan Juni, Ayahnya selalu melarang Mark untuk pergi ke laut saat bulan Juni, terutama di pertengahan bulan ketika orbit bumi sedang terang benderang. Ketika Mark bertanya apa alasannya, saat itu Ayahnya -Jaehyun Robinson- menceritakan sebuah legenda.
Semuanya berawal ketika makhluk sejenis iblis itu diusir dari tempatnya karena melanggar peraturan dengan sebuah kutukan. Ketika makhluk itu tiba di bumi dia turun di laut ini, tempat dimana Mark berpijak. Karena marah, makhluk itu akhirnya menguasai lautan ini, namun hanya pada bulan Juni saat bulan bersinar terang, itulah kutukan yang dia dapatkan. Tidak bisa keluar selain pada hari itu.
Legenda itu sudah menjadi cerita masyarakat kota turun temurun, bahkan ada orang yang mencoba untuk mengetahui kebenarannya, namun orang itu tidak pernah kembali. Mark hanya tertawa mendengar hal itu, legenda yang diceritakan Ayahnya tidak masuk akal baginya, setidaknya untuk 10 tahun terakhir ketika Mark menyadari kalau legenda itu hanya sebuah cerita belaka. Maka dari itulah Mark tidak pernah percaya, namun saat Ayahnya melarang ia tetap mematuhinya. Daripada dia di cap sebagai anak durhaka.
Kembali ke Mark saat ini, ia masih duduk ditempat yang sama, diatas hamparan pasir menunggu malam menjemput. Hari ini tanggal 14 Juni, bulan diatasnya sudah hampir terlihat sempurna. Mark bisa membayangkan bagaimana indahnya sinar rembulan jika dia nikmati diatas laut malam, cahaya bulan akan memantul di atas air laut dan akan membuatnya mengambang diantara bintang.
Mark tidak sadar kalau dia sudah terlalu lama menatap laut, dia memang begitu, bisa berjam-jam menatap laut sambil melamun sampai lupa waktu. Lantas Mark beranjak dari duduknya, menepuk bagian celana yang dipakainya agar bersih dari pasir pantai. Dia harus pulang, Ibunya pasti sudah memasak makan malam.
Jarak rumah dengan pantai tempat Mark biasa menikmati pemandangan laut tidak jauh, hanya satu kilometer darisana. Rumah Mark sudah termasuk rumah mewah di kota, lumayan besar dan memiliki interior mahal yang dibeli dari luar negri.
"Aku pulang." ucap Mark begitu ia masuk ke dalam rumah, semua orang sudah ada di ruang makan untuk menunggu Mark pulang.
"Kak, bisakah kau mengurangi kebiasaan menatap laut dan berbicara pada mereka lewat hati? aku selalu kelaparan menunggumu kembali." ucap Jeno, si bungsu. Mendengar hal itu Mark hanya tertawa lalu duduk disamping Jeno.
"Mark terlalu menyukai laut, aku sampai takut dia ingin menjadi putra duyung suatu saat nanti." ucap Taeyong, sang Ibunda bergurau.
"Sudah turun temurun sepertinya, mendiang kakekmu dulu juga sangat menyukai laut. Walaupun sudah pergi berkali-kali." ucap Jaehyun, cerita lama.
Akhirnya keluarga kecil ini memulai makan malam dengan senda gurau yang mengisi membuat atmosfer hangat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANKA (Markhyuck) END
FanfictionDibalik legenda yang selalu ditakutkan, ada cerita dibalik semua kekejaman itu. ------------------------------------------ Fantasy Markhyuck Awas pusing bacanya