Malam ini pria dengan paras cantik kini menikmati indahnya cahaya bulan, setelah puas berkeliling dan melihat apa yang terjadi pada kota kecil yang dia sukai itu.
"Makanan manusia kenapa semakin enak?" laut terlihat tenang dengan bulan yang memancarkan cahaya indah yang dipantulkan lagi oleh air laut. Haechan. Itulah nama panggilan yang dia tetapkan untuk dirinya semenjak tiba di dunia ini. Alunan musik itu berhasil menenangkan dirinya, industri musik sepertinya mulai berkembang dengan baik.
"Sako." Haechan melemparkan satu potong daging ke udara kemudian seekor black phanter menyambarnya dengan mudah. Haechan memasukkan satu potong ke dalam mulutnya, ia kemudian menatap lurus ke depan menikmati pemandangan. Namun ia menyadari sesuatu, ada dua buah kapal yang mendekat,
"Another passenger." ucap Haechan. Ia menjentikkan jarinya, seketika itu juga disekitar kapalnya badai hujan menerjang,
"Mari kita lihat seberapa kuat mereka bertahan." Haechan berdiri dari duduknya, membiarkan raturan ular berjalan mendekatinya ke samping dek dan membentuk sebuah kursi berbentuk singgasana zaman dahulu dan Haechan mendudukinya, melihat usaha dua orang manusia yang berusaha untuk naik ke kapalnya, bagian dari orang-orang yang tak percaya dengan legenda.
Haechan menonton dengan senang, lumayan lama tidak melihat manusia yang penasaran apalagi jumlahnya dua dan memiliki hubungan darah. Tahun lalu seorang pria umur 50 tahunan mencoba untuk mengunjungi kapalnya, dan Haechan tidak membiarkan dirinya kembali. Ah tidak, lebih tepatnya dia tidak menemukan jalan keluar.
Tak lama kemudian Haechan melihat kedua pemuda itu yang sudah terombang-ambing dilaut dan hampir kehabisan nafas, mereka berhasil menaiki tangga ulur disamping kapal.
"Siapkan tempat, kita akan kedatangan tamu." Haechan berdiri dari duduknya dan seketika itu juga ratusan ular tadi pergi menuju ke bawah,
Dua pemuda tadi langsung tergeletak diatas dek kapal, yang satu langsung hilang kesadaran. Haechan menghampiri salah satu pemuda, sekitar umur awal 20 tahunan.
"Selamat datang di kapalku manusia rendahan." ucap Haechan sebelum ia pergi, menuju ke kamarnya.
Mark mengerjapkan matanya, tidak ada cahaya yang masuk. Apa masih malam? pikirnya. Mark baru saja menyadari kalau dia tidak berada di dek kapal, saat hendak bangun ia mendengar suara desisan dekat dengannya. Mark menoleh perlahan ke kiri
Ssss~
Suara desisan itu semakin terdengar dan Mark langsung terlonjak dari tidurnya ketika melihat dua ekor ular hitam dihadapannya. Mark turun dari kasur kecilnya, namun belum selesai keterkejutannya, ia merasakan kakinya menginjak sesuatu yang lembek, saat dia menundukkan kepala, ia terkejut bukan main saat melihat ratusan ular dibawahnya, bahkan memenuhi kamar ini, ular hitam.
"Sialan!" Mark langsung berlari keluar dari kamar, menaiki tangga menuju ke dek kapal.
"Oh itu dia kakakmu." suara itu menyambut Mark yang baru keluar dari kamar, reaksinya sama seperti Jeno saat keluar dari kamar tadi. Jeno kini bahkan sudah berada di pinggir dek kapal, menyikat bagian pinggir kapal itu setelah diancam oleh Haechan. Iya, Haechan.
"Kau mau sarapan?" makhluk dengan mahkota berwarna hitam kehijauan melintang di keningnya itu duduk diatas dek, di tempat kemudi. Tanpa menunggu Mark menjawab, Haechan melemparkan satu roti pada Mark yang diterimanya dengan baik.
Mark mengamati penampilan Haechan, laki-laki itu menggunakan pakaian layaknya keturunan bangsawan, berwarna perpaduan hitam dan hijau tua, nyaris sama gelapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHANKA (Markhyuck) END
FanfictionDibalik legenda yang selalu ditakutkan, ada cerita dibalik semua kekejaman itu. ------------------------------------------ Fantasy Markhyuck Awas pusing bacanya