Bagian Satu.| Awal Dari segalanya.

27 9 2
                                    


"Alea! Gue sayang sama Lo! Pliss, terima gue jadi pacar Lo ya?" Untuk kesekian kalinya, Lelaki itu kembali memaksa Alea untuk menerima cinta nya, padahal Alea tidak mencintai nya sama sekali.

"Nggak Reno! Gue gak mau! Gue gak cinta sama Lo! Berkali-kali gue bilang begitu ke lo, tapi lo tetep aja maksa gue!" Dan untuk beribu kalinya juga, Alea menolak Reno.

Reno tiba-tiba saja berjalan mendekat dengan cepat kearah Alea, lalu dia memeluk Alea dengan eratnya.

Alea memberontak. "Lepas, Anjing! Gue gak sudi dipeluk Sama Lo!" Tekannya.

Reno tidak mendengarkan ucapan Alea sama sekali, dia lebih mengeratkan pelukannya itu.

"Kalo gue gak bisa milikin Lo, gue juga gak akan biarin Lo jadi milik siapapun itu, Alea."

Tiba-tiba saja, sebuah pisau tajam sudah menancap dengan sempurna diperut Alea. Siapa lagi jika bukan Reno lah pelakunya.

Tubuh Alea langsung ambruk diatas lantai, bersamaan dengan darah yang mengalir deras dari perut dan mulutnya.

"R-reno, L-lo gila! Lebih baik gue m-mati, d-daripada sehidup semati sama Lo!" Setelah mengucapkan itu, Alea langsung tidak sadarkan diri.

Reno tertawa, tertawa puas. Lalu tiba-tiba saja, dia langsung menangis sesenggukan dan meraih tubuh Alea yang sudah bersimbah darah itu kedalam pelukannya.

"Maafin gue, Alea. Tapi gue sayang sama Lo. Jadi gue gak sudi, kalo ada laki-laki lain yang bisa milikin lo. Hahahahaha!" Lalu detik berikutnya, Dia tertawa kembali.

"Lo milik gue, selamanya...."

Lalu tanpa diprediksi siapapun, Reno menancapkan pisau tadi yang sudah ia tancapkan diperut Alea, kini ia tancapkan kembali diperutnya sendiri. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali dengan brutalnya.

Tanpa aba-aba, tubuhnya ambruk disebelah tubuh Alea bersamaan dengan darah segar yang mengucur deras dari perutnya.

"Selamanya...."

••••••••

"Ra, kamu kenapa sih? Dari tadi kamu selalu bilang kalo kamu bukan Rara. Nama kamu kan emang Rara, sayang. Anggita Rara Saputri." Perkataan Bima, kembali membuat kepala Alea, ralat, kepala Rara kembali berdenyut sakit.

'enak banget tuh cowok ngomong. Jelas-jelas nama gue Alea Safitri. Kenapa gue bisa ada dibadan nih cewek coba? Apa ini yang namanya Transmigrasi?' Batin Alea bingung.

"Ra?" Panggilan Bima, membuat Rara tersadar dari lamunan nya.

"Hm."

"Nanti Bunda Vanya mau kesini, Abang kamu gak bisa ikut kata Bunda Vanya, karena lagi ada jam kuliah abang Reynal." Lagi lagi, Alea dibuat bingung oleh ini semua.

'Gue anak yatim piatu, dan juga gue gak punya abang atau adek selama ini. Maksud nya apa sih? Gue bangun-bangun udah jadi kayak gini aja semua nya!' Batin Alea.

Setelah bergulat dengan pikiran nya terus menerus, akhirnya Alea memutuskan untuk...

'Mau gak mau, gue harus pura-pura jadi Rara yang asli. Gimanapun caranya, gue harus cari tau kenapa gue bisa ada disini, gue harus balik lagi ketubuh gue yang asli!'

"Ra?" Alea...ralat, maksudnya Rara, tersentak kaget disaat Bima menepuk bahunya pelan.

"E-eh, i-iya Bim? Ada apa?"

"Kamu denger kata aku tadikan?" Rara mengangguk.

"Iya, aku denger."

•••••••
(Kita panggil Alea jadi Rara aja ya guys ya, biar enak ngomong nya)

Bangun dengan tubuh yang berbeda, dan dengan identitas berbeda juga, sudah membuat Rara pusing tujuh keliling.

Apalagi, tidak ada satu ingatan pun didalam otaknya. Yang hanya Rara ingat, dia sedang bertengkar bersama Reno di gudang sekolah, lalu dia tidak mengingat apa-apa lagi.

Disaat sedang bergulat dengan pikiran nya sendiri, tiba-tiba saja pintu di ruangan itu terbuka, menampilkan sosok wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda.

'Mungkin ini Bunda nya Rara.' Batin nya.

"Sayang, udah mendingan?" Sapa wanita itu, sambil menghampiri Rara. Rara mengangguk. "Udah, Bun."

Wanita paruh baya yang bernama 'Vanya' itu, menduduk kan dirinya di kursi yang berada tepat di dekat Brankar.

"Alhamdulillah kalo gitu." Rara mengangguk, dengan tersenyum kikuk.

"Oh iya, Bunda bawain kamu Cumi asam manis kesukaan kamu. Kamu belum makan kan pasti? Makan dulu ya? Bunda suapin, Oke?" Dengan terpaksa, Rara mengangguk.

'Anjir, gue kan Alergi cumi. Gimana ini? kalo gue nolak, yang ada gue dicurigain dong.' Batin Rara.

"Buka mulutnya sayang."

Rara membuka mulutnya, lalu satu sendok Nasi dan sedikit potongan Cumi itupun langsung meluncur didalam Mulut Rara.

Dengan sangat terpaksa, dia mulai mengunyah.

"Lagi?" Rara mengangguk kembali. "Iya, Bun."

Lalu, suapan demi suapan kembali Rara terima. Dan Wajah Vanya terlihat senang karena Rara lahap menerima semua suapan darinya.

Dalam hati, Rara menggerutu.

'Kalo kek gini terus, lama lama gue bisa mati anjing.'

.
.
.
.
.
.
.
.

Pada puasa gak nih? Jangan bolong bolong lho puasanya! Dah gede juga🙂

See you guys!

TRANSMIGRASI ALEA OR RARA (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang