ㅤㅤㅤ⌕ ˇ RZ - 8 ⎙ 𖣂 𓄹

25 5 9
                                    

Hai

Tempat penitipan jamur 🍄

Happy reading
***

"Ayah beneran balik ke Bogor sekarang?" tanya Lisa.

"Iya," balas Jovan.

"Nggak tunggu Zeline pulang sekolah dulu?" tanya Lisa lagi. Saat ini Lisa hanya sendiri di rumah. Sang kakak belum pulang. Begitupun dengan Zeline.

"Nggak usah. Ayah juga harus ke rumahnya ibu tiri kamu," ucap Jovan.

Lisa mendengus. "Yaudah. Ayah pergi ke rumahnya Tante Alexa, trus balik kesini."

"Dia Mama kamu! Kamu seharunya manggil dia Mama, bukan Tante!" tegur Jovan kepada sang putri.

Lisa menjawab, "berapa kali sih aku bilang. Aku cuma punya Bunda. Yang lain? Bukan siapa-siapa aku."

"Bunda, Bunda, Bunda aja! Bunda kamu itu udah mati!"

"Ayah kok kejam banget. Bunda itu juga istri Ayah!"

"Kalau aja saya nggak nikah sama dia. Nggak ngeduain Alexa. Hidup saya pasti akan bahagian. Tanpa ribet-ribet ngurus kalian!" tajamnya.

"Siapa yang nyuruh Ayah selingkuh? Nggak ada 'kan? Bahkan Bunda aja nggak tau apa-apa! Bunda aja nggak tau kalau sebenarnya Ayah udah nikah duluan. Ayah yang udah bohong, Ayah yang udah ngelakuin kesalahan, kenapa Bunda yang selalu salah?!"

"Berani kamu?! Udah kayak Zeline aja kamu, ya! Berani banget ngejawab ucapan Ayah!" marah Jovan.

"Terserah Ayah deh. Ayah mau pergi 'kan? Hati-hati," ucap Lisa malas langsung meninggalkan Jovan di sana. Memang terlihat Lisa durhaka. Tapi, Ayahnya sudah keterlaluan.

yang tidak baik. Jangan dicontoh!!

Jovan menatap punggung anaknya tajam. "Nggak ada sopan santun!" teriak Jovan. Lisa tidak peduli.

Dari arah pintu masuk, terlihat Zeline baru saja sampai. Ia menaikan sebelah alisnya melihat sang Ayah sudah memegang koper besar.

"Ayah balik hari ini?" tanya Zeline lembut.

"Kamu sama aja sama kakak kamu, awas!"

Mendengar ucapan Jovan membuat Zeline mengerutkan keningnya. Ada apa dengan kakaknya?

"Yah. Hati-hati ya."

Tidak memperdulikan ucapan Zeline, Jovan langsung pergi meninggalkan Zeline diambang pintu. Zeline langsung naik ke lantai atas untuk menemui kakaknya.

"Kak?" Zeline menatap kakaknya heran. "Mau kemana?" tanya Zeline lagi.

Lisa yang sedang memasukkan bajunya ke dalam tas pun menoleh. "Mau ke rumah Kak Ferly. Gedek sama tingkah Ayah. Mungkin Kakak bakal tinggal dua hari doang, nggak lama. Ntar Kakak bakalan kasih tau Abang juga, kok. Kakak permisi ya," ucap Lisa panjang lebar.

Zeline hanya bisa mengangguk. Apa yang bisa dia lakukan? Mencegah? Itu tidak mungkin. Lisa juga sama seperti Zeline. Mereka keras, tapi, jika sedang sendiri, mereka akan menangis.

***

Suara rintikan hujan terdengar begitu merdu di telinga Zeline. Dinginnya udara malam ini membuat Zeline menggigil. Ia menutup jendela kamarnya.

Gadis itu mendudukan dirinya di atas kasur. Ia beralih menatap sebuah buku Diary di atas meja, di samping kasurnya. Jujur saja, Zeline sangat suka menulis. Tapi, menulis di luar yang berkaitan dengan tugas. Zeline suka belajar, hanya saja tidak suka dipaksa. Ia akan belajar bila dia mau.

Zeline beralih mengambil Diary nya. Kalau kata orang, perkataan adalah do'a. Jika Zeline mengatakan ia akan bertemu ibunya, apa itu akan terjadi? Menurutnya, mungkin bisa. Dengan cara... Zeline harus pergi dari dunia ini terlebih dahulu. Sama seperti sang ibunda.

Cita-cita Zeline cuma satu. Yaitu, bisa bertemu Bunda di surganya Allah. Hanya itu. Zeline tidak pernah tau bagaimana wajah Bundanya. Zeline ditinggal pergi oleh Bundanya saat ia berumur dua tahun. Zeline tidak bisa mengingat wajah sang ibunda karena dulu umurnya masih sangat begitu kecil.

Foto? Bahkan foto saja tidak ada. Semua foto yang ada, semua sudah di buang oleh Jovan. Kadang Zeline bingung. Apa salah Bundanya? Dan, setahu Zeline, bunda meninggal karena sebuah penyakit. Stres, dan depresi juga dialami oleh sang Bunda.

Zeline tau kalau ternyata ayahnya sudah duluan menikah dengan Tante Alexa, Mamanya Zoya dibanding Bundanya. Zeline tau semua itu juga dari sang Kakak. Ya, kedua kakak Zeline sering menceritakan masa-masa sebelum Bundanya meninggal. Saat mendengar, rasanya sesak sekali.

Ayahnya sering mabuk, dan melakukan kekerasan kepada sang Bunda. Saat Bunda masih hidup, Ayah memang sering melakukan kekerasan kepada Bunda. Tapi, Ayah tidak pernah melakukan itu di depan anak-anaknya. Hanya saja, setelah Bunda meninggal. Ayah malah memilih istri pertamanya. Ayah memang tidak melupakan Zeline dan kedua kakaknya. Tapi, Ayah lebih mementingkan kehidupan Zoya.

Jovan itu baik, Zeline sangat menyayanginya. Zeline sangat kekurangan kasih sayang dari sang Ayah dan Ibu. Dari kecil Zeline memang sudah dititipkan kepada Neneknya. Yang sekarang sudah meninggal dunia.

Zeline menatap Diary itu cukup lama, lalu membukanya.
Gadis itu membuka lembaran demi lembaran. Pada satu halaman, tangannya berhenti. Gadis itu membaca tulisnya.

Tertulis.

From : Zeline.
For : Ayah.

Zeline harap, di saat titik terakhirnya Zeline nanti. Ayah baca :')

Ayah tau. Ayah itu baik... banget.
Eline sayang banget sama ayah.
Ayah berhasil menjadi seorang ayah untuk, Zoya.
Tapi enggak untuk aku, hehe.
Dan ....
Ayah gagal untuk menjadi seorang suami (':
Tapi, aku tetap sayang ayah.
Bahagiain Zoya ya, Yah.
Zoya butuh seorang Ayah yang bisa bimbing dia jadi lebih baik lagi.

Love you my father >3

Setelah membacanya, Zeline kembali menutup diary tersebut. Ia menarik nafas dalam-dalam. Lalu menyapu air matanya yang sebentar lagi akan jatuh.

"Enak banget nangis kalau lagi hujan." Zeline bergumam lalu terkekeh. Ia menidurkan kepalanya pada bantal. Lalu memejamkan mata, dan ... beberapa menit lamanya, gadis itu benar-benar tertidur.

***

Jangan lupa votmen

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAFAZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang