"Mengapa cinta tak bisa memilih?"
"Siapa bilang cinta tak bisa memilih? Saat kau mencintai seseorang, saat itulah kau sudah menetapkan pilihan dan tidak akan pernah menyesalinya."
Itu adalah percakapan Kazuha dengan Kitsu beberapa bulan yang lalu. Kini Kazuha tengah sendirian di dalam kamar, mencengkeram erat dada sembari terbatuk-batuk keras. Kelopak merah muda lembut berhamburan di lantai. Saat Kazuha pikir dia akan kehabisan napas, dia nekat memasukkan jari ke tenggorokan untuk mengambil apa pun itu yang menghambat saluran pernapasannya. Alhasil, sekuntum bunga berlumur darah jatuh ke telapak tangan.
Bunga tsubaki merah mudah yang begitu cantik.
Bahkan darah Kazuha tak bisa menodai kelopak yang tersusun rapi membentuk bunga paling indah.
"Cantik ...," gumam Kazuha dengan senyum penuh air mata.
Jika cinta bisa memilih, mengapa dia justru jatuh cinta pada Dewa?
Kazuha adalah putri tunggal dari penjaga kuil Inari yang memuja Kitsune. Kitsune dulu memang dianggap sebagai pembawa pesan Dewa Inari, tetapi seiring berjalannya waktu kepercayaan mulai bergeser dan Dewa Inari pun disamakan dengan sosok rubah.
Meskipun tak besar, kuil ini adalah salah satu yang paling terkenal bagi pemuja rubah berekor banyak yang disebut-sebut sebagai Dewa Beras. Sejak kecil, Kazuha selalu mengikuti orang tuanya mengurus kuil. Mulai dari membersihkan ruangan pemujaan, menyapu halaman dari daun-daun kering, menyiram bunga di taman, memberi makan ikan koi, dan lain-lain.
Sebagai penjaga kuil, keluarga Kazuha juga taat berdoa. Gadis itu selalu mengikuti ketika kedua orang tuanya berdoa sembari membakar dupa. Ayahnya bilang, Dewa Kitsune selalu dekat ketika mendengar pengikutnya berdoa. Kazuha kecil sulit percaya akan itu, sebab dia tak pernah melihat Dewa datang ke kuil kecil mereka.
Namun, suatu insiden yang terjadi saat Kazuha berumur sepuluh tahun mengubah segalanya.
Waktu itu Kazuha terpeleset terjatuh ke dalam kolam ikan yang cukup dalam. Tidak bisa berenang, ia berusaha untuk menyelamatkan diri dengan menggapai apa pun. Dalam hatinya, ia berteriak mina tolong: pada ayah, pada ibu, pada Dewa.
Siapa sangka yang menyelamatkannya hari itu bukanlah sang ayah ataupun ibu, melainkan benar-benar Dewa. Dewa berwujud anak kecil seumuran Kazuha dengan sepasang telinga rubah, gigi taring tajam, dan tiga buah ekor.
Itu adalah pertemuan pertama Kazuha dengan Kitsu.
Sejak saat itu, Kazuha selalu bisa melihat Kitsu di kuil. Mereka pun tumbuh besar bersama.
Kazuha tidak tahu sejak kapan perasaan terlarang ini tumbuh di dalam hatinya. Sebuah penistaan yang ia simpan rapat-rapat dari siapa pun. Rasa ini berbeda dari kecintaan dan kesetiaan yang ayah dan ibunya miliki kepada Dewa yang mereka sembah. Ini adalah perasaan kotor dan fana. Kazuha sangat malu akan diri sendiri. Oleh karena itu, hanya Kazuha saja yang tahu tentang ini. Kitsu tak perlu tahu.
Kitsu adalah sosok yang baik. Meskipun terkadang jail, dia selalu membantu Kazuha tak peduli pada situasi apa pun. Kitsu juga selalu menemani Kazuha berdoa, dia pernah bilang bahwa doa-doa yang ia terima dari pengikutnyalah yang membuatnya semakin kuat.
Kazuha tahu sejak awal bertemu, Kitsu adalah dewa yang tinggal dan ia layani di kuil ini. Kitsu begitu menyayangi semua pengikutnya, biasanya dia akan meninggalkan Kazuha ketika ada yang datang berdoa di kuil. Kitsu tak pernah memperlakukan siapa pun berbeda.
Dan di sini Kazuha yang bodoh jatuh cinta pada sosok yang tidak akan pernah tergapai.
Di momen itulah Kazuha merasa dadanya begitu sesak sampai mau mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Taste of Asia
Short StoryKemungkinan besar kita sudah mengenal mitologi Yunani dan Nordik. Tapi, kalau Asia? Jangan-jangan belum tahu. Kalau belum tahu, buruan gih kenalan. Soalnya, tema bulan ini menyangkut mitologi Asia! Yeaaayyyy!!!! (#tebar kembang tujuh rupa). Jadi, t...