Adzkia Laibah
Nama yang tersemat pada name tag perempuan cantik yang sedang tersenyum manis pada seorang lelaki tampan di hadapannya. Arsio Samudra, nama yang kini tersemat pada baju lelaki yang juga tersenyum terhadap Kia. Cio akrabnya, menatap perempuan yang sudah menjadi sahabatnya selama 20 tahun itu dari atas dan terhenti pada perut Kia yang terlihat bulat, iya Kia tengah mengandung sekarang.
"Kia, gue masih gak nyangka kalo sahabat gue yang kecilnya cengeng banget, bentar lagi mau jadi ibu, gue seneng banget."
"Cio, bentar lagi juga lo jadi om dari anak gue. Gimana sama istri lo? Udah isi?" tanya Kia seraya memegang bahu Cio.
"Isi gimana? gue aja belum nyentuh dia."
"Cio, kalian nikah udah hampir 8 bulan lho. Serius lo?"
"Kia, Alice nya gak pernah ada di rumah, atau kaya lo gitu paling jauh ke toko doang, gue malah gak pernah tahu dia pergi kemana aja !" jelas Cio.
Kia menghela nafas berat setelah mendengar pernyataan dari Cio. Jarak pernikahan mereka hanya berselang dua minggu, dan kini kandungan Kia sudah menginjak usia 7 bulan, tapi sahabatnya tak kunjung menyusul. Jika Kia ingat dulu sebesar apa usaha Alice agar bisa menikah dengan Cio, tampaknya usahanya menjadi sia - sia jika kini Alice malah sibuk dengan dunianya sendiri.
"Kia, gimana sama Danny?"
"Alhamdulillah, mas Danny tanggung jawab atas lahir dan batin Kia."
"Syukur deh, gue seneng dengernya kalo gitu. Kalau ada apa-apa telepon gue ya ! Apalagi kandungan lo udah gede, kalau Danny lagi di luar kota juga kasih tahu gue ya, biar gue bisa jagain lo." jelas Cio kepada Kia.
Kia menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti. Suami Kia memang selalu pergi keluar kota untuk mengurus bisnisnya, dan disaat Danny pergi biasanya adik Kia lah yang menemani Kia. Namun, yang namanya anak muda pasti banyak acaranya. Entah itu kerja kelompok atau sekedar main bersama temannya. Ditambah Zavier yang kini sedang menjadi mahasiswa tingkat akhir, pasti sangat sangat sibuk.
"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," sapa seseorang dari belakang Cio.
Itu Danny, lelaki beruntung yang bisa memiliki Kia seutuhnya. Cio tersenyum terhadap Danny yang kini berada tepat di sampingnya.
"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh, mas udah pulang?" ujar Kia setelah menyalimi tangan suaminya itu.
"Alhamdulillah ki, kerjaan mas di kantor cuman sedikit. Jadi mas bisa pulang cepet," jawab Danny.
"Arsio, apa kabar? Lama kita tidak berjumpa!"
Danny tidak akan melupakan sahabat istri nya itu.
"I'm fine, semenjak nikah kan kalian pindah kesini, gue masih di rumah dulu aja sama Mami. Emang kerjaan kantor banyak banget, jadi gue jarang bisa main kesini," jelas Cio.
"Syukur kalau baik-baik saja, kamu gak masuk kedalam? Kenapa kalian disini?"
Memang benar adanya, sedari tadi dua sahabat itu berdiri di halaman rumah toko Danny dan Kia. Kia menggeluti bisnis kue dan bolu sejak Kia duduk di bangku kuliah semester 3, di bantu Arsio tentunya. Hingga sekarang bisnisnya maju dan sudah memiliki beberapa karyawan. Kia sengaja membangun rumah yang menyatu dengan tokonya, agar tak jauh katanya.
"Gue udah dari tadi disini, ini udah mau pulang, tapi masih gak nyangka kalo Kia bentar lagi jadi ibu," jelas Cio.
"Yaudah, kali ini gue beneran pulang ya, kasian Mami sendiri, See you." lanjut Cio.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Ways
Fanfiction"Kia, gue rasa Tuhan masih ngasih gue kesempatan buat bisa bahagiain lo," Wanita bernama Kia itu menatap kosong lelaki dihadapannya itu. "Tapi Tuhan kita gak ngasih kesempatan buat kita saling membahagiakan Cio."