Bab 1

426 63 11
                                    

Happy Reading..!


Pagi jam 7.00.

"Kak!"

Ah, itu suara Jaechan! Sudah bangun rupanya.

"Kakak disini!"

Aku berteriak dari dapur dan semenit kemudian, terdengar derap langkah kecil adikku.

Jaechan menghampiriku, memeluk pinggang ku dan aku membalas dengan mengusap rambutnya.

"Sebentar lagi selesai!"

Aku menunjukkan telur goreng kesukaannya.

Jaechan tersenyum, menganggukkan kepalanya dan melepaskan pelukannya.

'Tuhan! Kenapa semakin hari, adikku makin menggemaskan!'

Tanpa disuruh, Jaechan duduk manis di kursi dan menunggu ku selesai membuat sarapan.

Kami pun sarapan bersama, dengan Jaechan yang lagi-lagi berceloteh tentang keseharian nya kemarin dan tentang mimpinya tadi malam.

Aku hanya mendengarkan, membiarkan adikku bercerita sesuka hatinya. Sesekali aku menanggapinya dan ikut larut dalam obrolan kecil adikku.

Setelah sarapan, Jaechan pergi mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Sambil nunggu Jaechan, aku ikut bersiap untuk berangkat kerja.

Sebelum itu aku kembali ke dapur dan menyiapkan bekal untuk diri ku sendiri dan juga adikku.

Sebentar lagi Jaechan lulus SD dan biaya masuk SMP tak murah, kawan! Jadi aku harus lebih ekstra kerja keras lagi dan lagi.

Lelah sih, tapi demi Jaechan pekerjaan apapun akan ku lakukan.
Lagipula, cuman aku seorang yang dia punya.

Sementara ayah sudah lama meninggal dan ibu, entahlah. Aku juga tak tahu dia dimana.

Ibu pergi dari rumah semenjak ayah mulai sakit-sakitan dan berhenti bekerja. Sejak saat itulah aku yang mengurus kebutuhan rumah tangga menggantikan ibu. Dan bekerja paruh waktu demi menghidupi ayah dan juga Jaechan.

"Kakak, ayo berangkat!"

Suara cempreng Jaechan menyadarkan lamunanku.

"Hm!"

Lekas aku mengambil kunci motor dan bersiap mengantarnya sekolah.

Jarak sekolah Jaechan dan rumah tidak jauh, Jaechan bisa saja jalan kaki. Tapi aku yang ngotot mau ngantarin dia.

Kalau pulangnya sih, biasanya Jaechan nebeng Junkyu. Beruntung kedua orang tua Junkyu yang juga tinggal di sebelah rumah baik dan ramah, jadi sekalian aku nitipin Jaechan di sana.

"Jaechani!"

Seperti biasa Junkyu menunggu Jaechan di depan gerbang sekolah.

"Hati-hati turunnya!"

Kadang saking semangatnya ketemu Junkyu, Jaechan seringkali jatuh dari motor ku.

Last RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang