"Maafkan aku, karna kurasa pernikahan ini tak bisa ku lanjutkan, aku sudah menemukan orang yang lebih baik darimu, dan soal putri kita, maaf juga aku tak bisa membawanya bersamaku, tolong terima semua ini dengan lapang dada..."
"Biarkan aku bahagia, dan surat perceraian kita ada di atas meja kerjamu, disitu juga ada undangan pernikahan ku dengannya, datanglah kalau kau bersedia..."
"Terimakasih atas 7 tahun nya,Lalisa..."
___
Kata kata yang selalu terngiang di kepala Lisa beberapa bulan terakhir.
Dia memandang kertas berisikan undangan pernikahan dari mantan istri nya, Rose.
Hari ini adalah hari berat, dimana dia harus hadir dan melihat bagaimana mantan istrinya itu dinikahi orang lain.
Cklek
"Paaaa"
"Ow Kau sudah siap manis ku?"
"Udah pah, kita sebenarnya mau kemana?"
"Pernikahan Momy mu sayang"
"paaaa, aku kan sudah bilang kalau aku tak mau bertemu lagi dengan nyonya Rose itu!"
"Saras, kamu adalah putri nya, jangan bicara seperti itu, tidak sopan okey"
"Bukankah ke taman lebih asik pa"
"Sayang, ayolah, hanya sebentar, setelah itu kita bisa pergi kemanapun"
"Paaaa!"
"Saras! Nurut atau papa marah!"
Saras memalingkan wajahnya, menyebalkan,dia sangat tidak ingin melihat wajah momy nya yang tega meninggalkan nya di usia 6 tahun, gila.
"Ayo papa gendong"
"Janji habis ini kita keliling kota"
"Tentu princess"
Lisa dan putrinya pergi menaiki mobil ke lokasi acara.
"Sudah sampai sayang, ayo turun"
"Gendong"
"Tak malu kah?"
"No, buat apa malu?"
"Yasudah, ayo"
Saat mereka masuk, banyak sekali yang melihat dan membicarakan mereka, kaget tentunya.
"Bukan kah dia mantan suami dan anak Rose?"
"Kuat sekali dia melihat mantan nya bersanding dengan orang lain"
"Kita lihat seterusnya"
.....
"Sayang, kamu mengundang mereka?"
"Iya"
"Huffft..."
Lisa dan Saras menaiki pelaminan dan menyalami mereka.