Kecerobohan Nanda---si senior, membuat mereka terjebak lagi. Alih-alih membiarkan pintu terbuka, tanpa sengaja, Nanda menutup pintu toilet. Masing-masing dari mereka berempat telah mencoba membuka pintu, tapi, lagi-lagi tidak ada hasil. Kesimpulannya, pintu tersebut tidak bisa dibuka dari dalam, melainkan harus didobrak dari luar.
"Aaarrggghh," geram Yudhis. Ia melayangkan tatapan dendam pada Nanda. Sudah lebih dari dua puluh menit ia terjebak di sini, wajar kalau Yudhis kesal.
"Gak usah marah-marah, kali. Kita bisa cari cara biar bisa keluar dari sini," sindir Nanda santai. Satu sudut bibirnya ditarik ke atas. "Kenapa? Mau ikut MOS ya?"
"Hmm." Yudhis membuang muka.
"Kenapa? Takut diomelin OSIS? Takut dihukum senior?" cemooh lelaki yang mengenakan jersey putih dipadu celana abu-abu seragam sekolah. "Gak usah takut, kali."
Jelas dia gak takut, dia kan senior. Dia mana paham derita tiga curut kecil yang masih kelas satu?
Marcell, Agi, dan Yudhis terdiam. Nanda sepertinya bisa menembus isi pikiran mereka. Sementara, mata Nanda berkeliling. Pada cermin yang dipenuhi bercak noda air di permukaanya. Keran yang terus menetes--tidak bisa terkunci sempurna. Urinoir yang berjejer, jumlahnya tiga. Ia terus menelisik pada seluruh benda, hingga ia menemukan sesuatu yang menarik mata.
"Gue tau, caranya biar kita keluar dari sini." Seutas senyum lebar tergurat jelas di bibir Nanda.
***
"Gimana, Bang?" tanya Marcell.
"Kalian bertiga, ada yang ngerokok?" Nanda bertanya balik. Ditelitinya tiga bocah culun di hadapannya, yang kompak menggeleng. Sesuai dugaan.
"Bagus. Kalau gitu, gue yang bakal merokok." Pemuda itu merogoh tas ranselnya, mengeluarkan sekotak rokok warna merah putih.
Jantung Agi mencelus. Heran. Ia baru pertama kali melihat lelaki yang (kurang lebih) seusianya, sudah merokok. Bukankah secara legal, ia masih di bawah umur?
"Ngapain?" sinis Yudhis.
Telunjuk dan jari tengah Nanda mengepit sebatang rokok putih. Dengan cuek, ia menunjuk sebuah benda berbentuk bundar pipih, yang melekat di langit-langit toilet. "Smoke detector."
Kontan, kepala Marcell, Yudhis, dan Agi menoleh ke atas, mengikuti arah ujung jari Nanda. Benda pendeteksi asap itu berbentuk lingkaran, warna putih, sekilas mirip lampu, dengan celah-celah serupa ventilasi mungil di sekelilingnya.
"Smoke detector emang fungsinya buat mendeteksi kebakaran. Tapi, dia sengaja dipasang di toilet cowok, karena sekolah tau, anak cowok suka diem-diem ngerokok di toilet," ujar Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAYO | FLUFFY Short Story
Teen Fiction"Sering kali seneng, sesekali spaneng." --- Siapa sangka-berkat terkurung di kamar mandi, perkawanan mereka jadi abadi? Siapa kira-ruang sempit bau pesing berhasil mempersatukan empat orang yang sama sekali asing? Marcell yang selalu bertingkah...