GOODBYE WINTER - Bagian 8

45.5K 4.4K 128
                                    

Di siang hari yang cukup terik, Kinara mengendarai motornya melewati jalan raya yang ramai seraya membawa tumpukan box, berisi pesanan kue kering yang rencananya akan dia antarkan pada si pelanggan. Biasanya dalam hal antar mengantar bukan bagian dirinya.

Ada seorang pemuda seusia Keila yang juga membantunya setiap kali ada pesanan yang harus dia antarkan. Tapi, karena pemuda tersebut sedang ada ulangan di kampusnya begitu pula dengan Keila karena kebetulan mereka seangkatan, dialah yang kebagian menjadi kurir di siang bolong seperti ini. Tidak ada lagi yang bisa mengendarai motor di tokonya selain dirinya sendiri, karena yang bekerja di tokonya kebanyakan ibu-ibu.

Mana tega dia menyuruh para wanita paruh baya itu mengantar pesanan dengan jarak cukup jauh.

Setelah memparkirkan motor maticnya di samping pos satpam, Kinara berjalan mendekati seorang pria yang tengah berjaga di depan gerbang rumah besar tersebut.

"Permisi, Pak!" panggilnya pada seorang pria tua yang berjaga.

Satpam tersebut sontak menghampiri dengan raut bingung. "Iya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ini, Pak. Saya mau antar pesanan kue kering atas nama Bu Dahyana," jawab Kinara menjelaskan apa tujuannya datang ke tempat ini.

Pak Satpam tampak mengangguk dan bergegas membuka gerbang yang semula tertutup, kedua tangannya lantas membantu membawa box lain yang masih berada diatas motor Kinara, sedangkan kedua tangan wanita itu juga penuh oleh box yang sama.

"Mari, Mbak. Saya antar."

"Terima kasih banyak, Pak."

Kesan pertama yang Kinara rasakan melangkah di wilayah rumah ini, dia dibuat takjub oleh patung yang dibuat ditengah-tengah halaman yang begitu luas. Rumah ini sangat besar membuat Kinara berpikir, sekaya apa orang yang memesan kuenya ini? Beruntung sekali toko kecilnya bisa kedapatan pesanan dari mereka.

"Permisi, Nyonya. Saya bawa orang yang mau anter kue." Suara Pak Satpam yang berbicara membuat Kinara kembali memfokuskan pandangan ke depan, dan tak lama terdengar seruan dari dalam rumah untuk menunggu.

"Oh, ini kuenya---Kinara?"

Tubuh Kinara mendadak tertegun kala melihat siapa yang baru saja mendekatinya.

Bukannya mengambil pesanan, wanita paruh baya itu malah menghampirinya dan langsung memeluknya dengan erat. Sangat erat, sampai Kinara merasa dia sulit untuk bernafas.

"Kinara ... Nak, apa kabar? Kamu baik-baik aja?"

Mulut Kinara tertutup rapat, mendadak lidahnya terasa begitu kelu dan tidak bisa sinkron dengan otaknya. Dia seperti patung dihadapan mantan ibu mertuanya.

Wanita itu meregangkan pelukan mereka dan menangkup pipinya. Dapat Kinara lihat kedua mata itu berkaca-kaca, senyuman yang terpancar di wajahnya yang sudah terdapat kerutan, seolah menandakan bahwa dia merasa tak percaya jika mereka bisa bertemu kembali setelah enam tahun lamanya.

Bukan hanya wanita paruh baya itu saja, Kinara juga terkejut dan baru tahu jika dia berada di kediaman keluarga Kayan. Mantan suaminya. Rumah ini berbeda dengan rumah mereka sebelumnya pun alamatnya pun memiliki arah yang berlawanan.

"Kinara, Ya Allah!"

"Ma, kuenya---"

Sama seperti saat bertemu Heni sebelumnya, kini Kinara kembali dibuat lebih terkejut saat mendapati sosok pria bertubuh tinggi---berdiri menjulang dibelakang sang Mama dengan kedua mata yang menatap disertai sorot yang Kinara sendiri sulit tafsirkan. Namun Kinara bisa melihat gerakan pelan bibir pria itu, menggumamkan namanya.

Semenjak berpisah, Kinara selalu mengingatkan pada dirinya sendiri, kalau dia tidak akan bisa menghapus jejak masa lalu dalam hidupnya, ketika dia masih memiliki Lala. Masa lalu itu pasti akan membayanginya kembali meskipun tidak dia inginkan dan harapkan. Dan sekarang itu terbukti, dimana kedua kakinya berdiri disebuah kediaman mewah milik keluarga Atmaja. Keluarga yang dulu pernah menjadi keluarganya juga, meskipun mereka tak menginginkan dirinya.

Goodbye Winter (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang