Penggalan Kisah

54 15 0
                                    


Hai... 👋
Absen dulu yuk biar nambah semangat bacanya...

Jangan lupa vote sama komen nya ya

Happy Reading Gays!

"Bagaimana bisa adiknya terus mengalah demi kebahagiaan orang lain? Padahal disini Lea mati-matian bekerja keras untuk membahagiakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana bisa adiknya terus mengalah demi kebahagiaan orang lain? Padahal disini Lea mati-matian bekerja keras untuk membahagiakannya."
.....


Zeline berjalan menghampiri sebuah motor yang terparkir di luar gerbang rumahnya. Namun tampaknya sang pemilik motor tersebut tak menyadari kehadiran Zeline di dekatnya, matanya masih terfokus pada layar handphone yang berada di tangannya dengan helm full face yang masih terpasang di kepalanya.

"Tumben telat jemputnya," ucap Zeline mengalihkan perhatian sang pemilik motor.

Sang pemilik motor bergerak memasukan handphone miliknya ke dalam saku celana sekolahnya setelah perhatiannya teralihkan oleh suara Zeline.

"Maaf ya by, main dikit tadi," ucap sang pemilik motor dengan santai tanpa beban.

"Ck, serius Lax!" kesal Zeline yang sudah jelas mengetahui arti dari kata "main" yang dimaksud oleh sang pemilik motor itu.

"Serius by, biasalah laki-laki," ucap sang pemilik motor itu sembari mengusap pipi Zeline.

Benar, dugaan kalian semua sudah sangat tepat, Delax lah sang pemilik motor itu yang juga merupakan kekasih Zeline. Hubungan mereka sudah berjalan hampir empat bulan. Meski berbeda sekolah, hal itu tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk menunjukan kemesraan dengan pergi dan pulang sekolah bersama, lebih seperti bunuh diri sebenarnya jika diingat kembali bahwa sekolah mereka adalah rival di berbagai ajang perebutan prestasi.

Jika Delax sangat suka mengumbar kemesraan mereka, lain lagi dengan Zeline yang lebih suka menutupinya bukan karena malu melainkan lebih kepada batas wajarnya.

"Kamu berantem lagi ya? " tanya Zeline menyelidik.

"Dikit," jawab Delax seadanya, yang membuat Zeline menghela napasnya pasrah.

"Coba buka helmnya, aku mau liat luka-lukanya," pinta Zeline dengan sabar.

Delax memang sangat sering berkelahi hingga menyebabkan dirinya babak belur seperti sekarang ini. Sudah bukan hal yang baru lagi bagi Zeline menghadapi ulah Delax setiap harinya. Jika bukan karena kesabaran dan pengertian Zeline pada Delax, pastinya sudah dapat dipastikan hubungan mereka tidak akan bertahan sampai saat ini.

Delax dengan pasrah mengikuti keinginan Zeline, tak mau membuat wanita yang sangat dicintainya itu memohon terus-menerus disertai kesabaran nya.

"Banyak banget," ucap Zeline meneliti wajah Delax yang terdapat banyak sekali memar disana. Sang pemilik wajah hanya cengengesan tak berdosa mendengar ucapan Zeline.

"Nanti disekolah kamu obatin," suruh Zeline sembari merapikan rambut Delax yang berantakan namun terlihat sangat mempesona.

"Maunya diobatin kamu," rengek Delax, matanya tak lepas dari wajah cantik kekasihnya itu.

Delax mengambil tangan Zeline yang tengah merapikan rambutnya, menggenggam nya dengan erat sembari mengelus nya lembut, wajahnya pun terlihat menyesal.

Zeline menghela napasnya, memang sudah menjadi kebiasaan hal seperti ini terjadi dan pastinya Zeline akan memberikan maafnya demi menjaga hubungan mereka tetap baik-baik saja.

"Iya gapapa kok. Ayo berangkat udah siang nih," ajak Zeline

"Iya ayo," jawab Delax masih dengan raut merasa bersalahnya.

"Udah dong, mukanya jangan gitu ah," bujuk Zeline dengan senyuman tulusnya dan jujur saja hal itu berhasil memberi ketenangan pada hati Delax hingga rasanya semangatnya kembali.

Delax memakaikan helm pada kepala Zeline, tradisi perbucinan wajib dan tak boleh terlupakan.

Setelah dipakaikan helm oleh Delax dan memastikan Delax sudah naik terlebih dahulu ke atas motornya, barulah Zeline turut melakukan hal serupa, tidak lupa untuk melingkarkan tangannya di perut Delax.

Motor Delax pun melaju pergi meninggalkan kawasan perumahan Zeline.
.....

Lea menatap kepergian Zeline dan Delax dari balik sebuah jendela besar dengan tatapan kosong.

Jujur saja, Lea belum bisa sepenuhnya merestui hubungan mereka, bukan karena Delax tidak baik, namun dari cerita yang sering Lea dengar dari teman-teman dekat Zeline, hubungan mereka lebih terlihat seperti dipaksakan.

Zeline sudah terlalu banyak mengalah untuk Delax, untuk setiap keegoisannya dan masih banyak lagi. Bagaimana bisa adiknya terus mengalah demi kebahagiaan orang lain? Padahal disini Lea mati-matian bekerja keras untuk membahagiakan adik semata wayangnya itu.
....

Semenjak kedua orang tua Zeline dan Lea bercerai, Lea memutuskan untuk tidak ikut keduanya dan membawa Zeline ikut serta.

Perceraian itu terjadi saat Lea berusia 20 tahun dan Zeline 14 tahun.

Beruntungnya di umur 20 tahun itu Lea sudah mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan iklan sebagai pegawai tetap.

Hal lain yang memperkuat niatnya membawa Zeline merupakan bagian dari sebuah ketakutan jika nantinya kedua orang tua mereka sudah menikah dan memiliki keluarga baru masing-masing maka mereka akan melupakan anak-anak kandungnya atau bahkan bisa jadi perlakuan buruk dari keluarga barunya yang membuat tidak nyaman berada di rumah.

Bukankah seharusnya rumah itu menjadi tempat ternyaman bagi setiap penghuninya? Surga bagi pemiliknya dan bukan malah menjadi neraka yang sama sekali tak ingin didatangi.

Lea mulai melakukan pemulaan dengan membeli rumah sederhana yang kini berubah menjadi megah berkat kerja kerasnya dan tekad kuatnya untuk memberikan kehidupan yang layak untuk adik tercintanya, hingga kini berhasil mencapai posisi yang lebih baik dan lebih tinggi.
.....

Gimana nih part kali ini? Suka ga? Komen-komen ya, vote nya juga dong.

Makasih dah luangin waktunya, saranghaeyo<l。・:*:・(✿◕3◕)❤

See u next chapter ya gays!

See u next chapter ya gays!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DARZELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang