2. Arsiran

28 17 19
                                    

Dalam kehidupan dengan segores tinta yang mengambang bagai tombak yang menghujam kedamaian.

****

S

orak Sorai menyelimuti sebuah diskotik, riuh pikuk para pemuda menggema dimana mana, dentuman demi dentuman terdengar. Muda mudi dari perempuan laki-laki tua muda remaja dewasa berada di tempat itu.

Para wanita yang terus meliuk liukan pinggul mereka menghiasi dance floor yang berada di tengah-tengah lautan manusia.

Botol-botol yang berisikan minuman keras berserakan di atas meja meja yang terpajang hal yang lumrah tersaji di sana.

"Sshh..Bangsat sialan lo jalang!" Pekikan tersebut keluar dari mulut pemuda dengan bekas jahitan di daerah pelipis yang kini sudah mabuk kerena minuman yang mengandung alkohol tersebut.

Sedangkan wanita yang mendapat perlakuan kasar dari pemuda itu semakin memepetkan tubuhnya yang terbalut pakaian minim.

"Kamu kayak nya sakit, mending kita pindah ke kamar aja yuk!" Ajak wanita tersebut dengan suara yang mendayu.

Karena mabuk pemuda itu tidak terlalu menanggapi wanita yang kini sudah berada di pangkuannya.

Tidak ada balasan wanita itu menyentuh rahang tegas pemuda yang berada di hadapannya.

Oh God, siapa yang akan menolak kilapan dari bibir itu. Saat sudah siap akan meraup bibir tebal pemuda tersebut..

"Woy! Jangan lo perjakain temen gue!" Pemuda bertindik hitam di telinganya menarik pemuda yang kini sudah tidak sadar keadaan nya.

"Pergi lo!" Ucapnya lagi dengan meletakan segepok uang berwarna merah kepangkuan wanita tersebut.

Melihat wanita itu tersenyum dan pergi setelah mengambil uang yang ia lempar..

"Jalang."

****

"BWAHAHHAHAHA!!"

Gelak tawa menggelora keluar dalam sebuah rumah yang berisikan banyak pemuda di dalamnya.

"Gila anjir! HAhahaha!" Melihat pemuda dengan rambut belah dua itu memukul mukul seorang pemuda yang berada di sampingnya jengkel.

"Lo apaan sih Ga!" Decak pemuda yang sedari tadi menjadi pelampiasan tawa pemuda di sampingnya.

Sedangkan pemuda berambut belah dua yang kini sedang meredakan tawanya menyenderkan kepalanya di sandaran sofa.

"Hahah-hisk!!" Seketika suasana menjadi hening. Pemuda yang di ketahui bernama Rangga itu terisak pilu.

"Kenapa lo?" Seru pemuda di sampingnya 'Ferry.

Tidak ada jawaban.

Plak

"Lo kenapa bodoh?!" Pemuda dengan Hoodie putih itu menenggal.

"Hisk-

-Ngik!"

Suasana yang tadi hening seketika bising oleh gelak tawa.

"Hahhahahah! Anjir si Rangga ngik ngok." Ucap pemuda berhoodie putih itu. Azkiano.

Rangga pemuda itu mendelik. "HisksrottttD-devina putusin gue hisk!" Mereka yang sedari tadi menertawakan nya semakin tergelak tawa atas pengakuan dari pemuda berambut belah dua itu.

Mereka terus mengejek, membuli, pemuda tersebut, sedangkan Rangga yang mendapatkan itu semua semakin meninggikan tangisannya.

"Kenapa."

Suara basa dengan sedikit serak itu membuat acara tawa terhenti. Mereka menatap ke arah tatapan pemuda beralis tebal itu.

"Kap Lo-anjir!" Ferry berseru menatap kearah pintu berada, disana terdapat pemuda bertindik dengan posisi tangan menyangga bahu pemuda yang mabuk.

Mereka membantu pemuda tersebut. "Bawa aja ke kamar." Ucap pemuda tersebut.

Setelahnya, kini mereka terdapat dalam ruangan serba biru tua dengan hitam membaringkan pemuda yang terkulai ke ranjang, mereka menatap miris kearah pemuda tersebut.

"Kenapa?" Tino Pemuda beralis tebal itu bertanya.

"Biasa! Hampir aja itu anak di perjakain habis sama jalang!" Zarsyan pemuda bertindik itu menghempaskan tubuhnya ke sofa.

Sedang empat pemuda yang lainnya terus menatap pemuda yang terbaring di ranjang itu.

'Kebiasaan!' batin mereka.

Agleo Danfa Arjana. Pemuda dengan segala pesona yang diatas rata rata, memiliki bekas jahitan di daerah pelipis nya tidak membuat pesonanya pudar sedikitpun bahkan karena hal itu membuat Danfa semakin keren dan terlihat badboy, pemilik rambut Messi dengan rahang tegas hidung mancung mata tajam alis tebal tapi tak setebal Tino, bulu mata lentik dan bibir tebal yang dapat membuat kaum hawa panas dingin.

Satu persatu dari kelima pemuda itu melangkah kaki keluar membiarkan pemuda yang tengah dikuasai alkohol itu istirahat.

"Gue heran sama si kapten. Dia itu mau nya apa sih. Herman gue." Celetukan itu terdengar dari bibir tipis seorang anak Turana siapa lagi kalo bukan Rangga.

Walau begitu tak ayal pertanyaannya mengundang orang untuk memikirkan jawabannya.

"Dia tau apa yang dia mau. Jadi biarin aja." Kalimat penengah. Kiano mengatakan itu dengan mata yang tak lepas dari gawainya.

Ceklek

Semua pasang mata menatap kearah pintu hitam yang berada di ruangan tersebut. Ya, kamar yang ditempati ketua mereka.

"Mau kemana Lo Dan."

Azkiano Gamalielo atau kiano menatap kearah sahabat itu dengan menyelidik. Belum saja genap 20 menit, entah apalagi yang akan dilakukan pemuda itu.

"Dea,." Tiga huruf satu kata dan satu nama yang di sebut oleh seorang Agleo Danfa Arjana itu mendapat delikan tidak ramah dari kiano.

"Ngapain?" Berdecak sebal Danfa berdesis.

"Urusan." Melangkah pergi keluar dan tidak menatap Kiano, Danfa pemuda itu langsung saja mengambil motor sport miliknya.

Namun saat akan melajukan kuda besi nya itu ada seseorang yang menepuk bahunya.

"Seenggaknya lo harus inget, kalo gak bisa ngehargain jangan nyakitin."

Zarsyan. Ya, Zarsyan Bragazello, menepuk pundak lelaki tersebut dan langsung memasuki bangunan tersebut.

Danfa tidak menanggapi itu. Dengan sekali tancapan gas ia pergi menuju seseorang yang sedari tadi mengirimi nya pesan.

"Kesian banget bubos kita." Rangga. Ya,
Rangga Turana pemuda yang sedari tadi tidak berhenti memasukan cemilan pada mulutnya menyeletuk.

"Iya, tapi kok belum putus-putus ya." Sedangkan Ferry hanya merespon dengan delikan

****

Tiada kesempurnaan dalam dunia. Salam kenal aku Capung, ini cerita pertama aku. Cerita ini murni dari pikiran dan imajinasi Capung sendiri. Banyak harapan dalam cerita ini semoga kalian suka😉♥️💐⭐⭐⭐⭐⭐

LabirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang