Memulai

0 1 0
                                    

Seorang pemuda yang ingin berkelana kesuatu daerah, untuk melanjutkan impiannya. Mencari ilmu dengan begitu gigih, dengan restu orangtua ia berangkat menggenggam impian ditangannya, berharap ia bisa mendapatkan apa dicarinya.

"Berangkatlah nak, jaga dirimu di tempat sana. Jangan sampai engkau terjerumus kedalam hal-hal yang Tuhan melarangnya"

"Baiklah ibu, anakmu berangkat. Jangan khawatirkan anakmu ini, karena akan baik-baik saja disana"

Berangkatlah pemuda itu dengan memikul harapan keluarga, ia tak sedikitpun akan ragu dengan hal itu. Menggunakan motor butut yang dimiliki ayahnya, dalam perjalanan ia tak lupa sekalipun akan kewajibannya jika waktunya sudah tiba. Kemudian ia terhenti disuatu surau.

"Waktu Dhuhur sudah tiba, mungkin saya bisa sholat dan beristirahat disini"

Selepas itu, ia bersuci dengan wudhu. Tetapi secara kebetulan berpapasan dan melihat seseorang yang membuat dirinya terpaku.

"Astagfirullah, mengapa saya menatap seseorang yang tidak halal bagiku"

Terbayang dengan wajah insan yang ia tengok tadi, hingga selepas sholatpun ia masih memikiran wanita yang membuat dirinya bertanya-tanya. Tetapi ia tidak melihatnya lagi, mengira bahwa ia hanya kebetulan bisa berjumpa dengan wanita itu.

Melanjutkan perjalanan hingga sampai dirumah bibi dan pamannya, menyampaikan amanat dari orangtuanya untuk ditinggal disana selama menuntut ilmu disalah satu kampus dekat sana.

"Assalamualaikum, paman. Saya Zul"

"Nak Zul, silahkan masuk. Siapa yang menemanimu kesini"

"Kebetulan saya sendiri paman"

"Kamu masih ingat alamat paman, meskipun kau kesini sudah cukup lama. Tunggu saya panggil Bibi mu dulu"

"Baik paman"

Suara gelas didapur berbunyi saling bergesekan, sampai seorang wanita paruh baya muncul dan mambawakan teh.

"Diminum nak Zul, pamanmu pergi mencari Azam sepupumu"

"Iya Bi, saya cukup lama tidak bertemu dengannya"

"Diminum dulu nak, Bibi kedapur dulu"

Meneguk secangkir teh untuk menghilangkan dahaga sembari membayangkan bagaimana menjalani hidup ditempat yang belum ia kenali.

Hingga seorang lelaki yang seumuran dengan dirinya muncul dan menyapa dia.

"Assalamualaikum.. sudah lama Zul"

"Waalaikumsalam, Alhamdulillah baru sampai sekitar 30 menit yang lalu Zam"

"Jadi betul kau akan melanjutkan pedidikanmu disini?"

"Iya Zam, insyallah. Saya ingin kuliah di kampus dekat sini"

"Kalau begitu kita mendaftar bersama di kampus ini"

"Wah, Alhamdulillah kalau begitu Zam. Karena saya juga belum begitu kenal daerah sini"

"Simpanlah dulu barang bawaanmu didalam kamar, nanti aku menemanimu berkeliling karena sudah cukup lama kau baru kesini lagi"

"Baik Zam kalau begitu"

Mentari yang bersembunyi dibalik awan membuat suasana begitu sejuk. berjalan, melangkah, melihat sekeliling dengan cermat.

"Disini itu setiap jumat sampai ahad ada pengajian di surau, jadi kau bisa ikut juga turut meramaikan"

"Alhamdulillah Zam, saya sangat suka akan hal itu"

Azam kemudian menjelaskan setiap sudut di daerah itu, hingga seseorang lewat dihadapan mereka. Zul lagi-lagi terpaku karena melihat gadis yang sama ketika disurau tadi.

"Kenapa Zul, kau menatap begitu gadis itu"

"Astagfirullah, Zam saya melihat dia ketika saya singgah di salah satu surau untuk sholat kemudia saya melihatnya lagi disini"

"Oh begitu, dia itu anak dari pak Lurah disini. Ia juga baru sampai dari rumah neneknya, jangan menatapnya begitu nanti engkau terpesona melihatnya"

"Siapa itu Zam"

"Dia bernama Azizah, dia juga nanti akan kuliah di kampus yang saya bilang"

"Cantik sekali"

"Ya memang cantik, tapi Bapaknya teramat tegas terhadapnya. Melarang dia dekat dengan lelaki yang tidak begitu jelas asal usulnya, ataupun lelaki yang belum begitu ia kenal. Kau suka ya terhadapnya?"

Zul tersenyum "Ah tidak Zam, ayo lanjut"

Mereka melanjutkan melihat-lihat setiap sudut yang ada disana, hingga waktu Asar tiba"

"Sudah asar Zul, ayo kita kesurau dulu kemudian pulang"

Mengangguk kemudian berjalan menuju surau yang ada, Zul terpana melihat surau yang begitu indah nan elok dipandang.

"Masyallah, Zam megah sekali"

"Alhamdulillah Zul, berkat swadaya peduduk disini karena kesadaran masing-masing untuk memperindah rumah Allah. Eh ayo kita berwudhu dulu"

"Ayo"...

Selepas berwudhu, mereka masuk dan melakukan sholat sunnah.

"Zam.."

"Iya Zul ada apa"

"Kan katamu tadi setiap jumat sampai ahad itu ada pengajian ya disini"

"Iya ada setelah sholat magrib sampai menuju isya"

"Berarti sebentar ada pengajian ya"

"Eh iya Zul"

"Kalau begitu setalah ini kita pulang dulu, saya mau bersih-bersih dulu"

"Baiklah kalau begitu Zul"

Mereka selesai melaksanakan sholat dan kembali. Selepas bersih-bersih, Zul kemudian di panggil untuk menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh Bibinya.

"Nak Zam panggil Zul makan dulu"

"Iya Bu, ayo Zul kita makan dulu"

Kemudian Zul menikmati setiap makanan yang telah dihidangkan, mengisi lambung yang kosong hingga merasakan kenyang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DjodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang