L i m a B e l a s

6 1 4
                                    

Selamat membaca. ^-^

⚘⚘⚘

Hari ini, Iris mendapat tugas membersihkan halaman rumah. Kebetulan banyak daun berserakan di bawah pohon kersen. Iris harus mengumpulkan semua daun itu.

"Lumayan, ya?"

Safira membenarkan ucapan Iris. "Biasanya aku yang sapu, tapi hari ini sama kamu."

"Kamu mau bantu?"

"Iyalah. Tidak ada larangan, 'kan?" tanya Safira.

"Iya, betul," jawab Iris. "Fir, sapunya di mana?"

Safira meminta Iris menunggu segentar. Dia mau mengambilnya di gudang. Safira gegas ke gudang lewat pintu belakang.

"Ini, Ris. Untung ada dua," kata Safira sekembalinya dari gudang.

Iris menerima sapu lidi dari sepupunya. "Makasih, Fir."

"Oh, iya," kata Safira teringat sesuatu.

Ketika menuju gudang, Safira bertemu Coki. Dia melihat kucingnya makan. Safira mampir untuk mengelus Coki. Kemudian, dia malah teringat ucapan Cika.

"Ucapannya Cika kemarin, apa kita perlu menyelidikinya?"

Iris berdeham panjang. "Sepertinya. Nanti kita cari tahu setelah bersih-bersih."

"Oke, deh."

"Oh, iya, Fir. Jangan lupa kita masih puasa hari ini."

Safira mengernyit heran. "Aku tidak lupa, Ris."

Iris terkekeh. "Iya, aku cuma ingatin saja. Kan, kita mau sapu-sapu di bawah pohon kersen, biasanya itu tangan suka bergerak duluan. Apalagi, sekarang buahnya banyak yang merah-merah."

"Trima kasih su ingatkan sa."

"Apa?" Iris tidak mengerti.

Safira menepuk pundak sepupunya. "Itu makasih sudah ingatkan. Sa itu aku, su itu sudah."

Iris mengucapkan oh yang panjang. "Itu bahasa orang di sini?"

"Iya, cara bicaranya. Kalau bahasa daerahnya, sa tra tau."

"Apa t-tra?" Iris menggaruk kepalanya. "Aku juga mau ngomong begitu."

"Ha-ha, iya nanti aku ajarin, deh," jawab Safira.

⚘⚘⚘

Iris merenggangkan badannya. Dia baru saja membuang sampah terakhir. Punggungnya terasa pegal karena harus menunduk saat menyapu.

"Fir, capek banget," keluh Iris.

"Kita istirahat aja dulu, nanti lanjut lagi."

Safira mengajak Iris ke teras rumah. Di sana tidak terkena sinar matahari. Jadi, mereka tak akan kepanasan.

Ketika sampai di teras, Iris langsung duduk sembari meluruskan kaki. Dia juga mengipas wajah dengan tangan. Kemudian, Iris mulai membahas kalung Nenek Candang.

"Sebenarnya, Coki memang suka pungutin barang. Namun, itu barang-barang yang ia kenal. Ya, mungkin saja Coki yang ambil kalung Nenek."

"Berarti yang dilihat Cika itu kalung Nenek," kata Iris. "Terus dia simpan di mana, ya?"

Safira mengedikkan bahu. "Ah, tapi kata Cika, kalungnya melingkar di leher Coki. Kucingku itu gigit barangnya terus bawa ke si pemilik."

"Jadi, menurutmu ada yang lingkarin kalung itu di leher Coki?"

Safira menggangguk.

"Siapa, ya?" Iris mengembuskan napas setelah berpikir sesaat. "Ah, tapi itu enggak penting. Soalnya Coki enggak pakai kalungnya lagi."

"Ah, iya, benar," jawab Safira ikut mengembuskan napas.

"Fira, selamat siang!"

Safira mendongak sembari menjawab salam itu. Matanya berbinar-binar saat tahu siapa yang datang. Safira lantas bangkit lalu menyambut temannya itu.

"Ance, apa kabar?"

"Aish, sa baik-baik saja, tapi sa kangen ko eee ...."

Safira tersenyum lebar. "Adoh, sa juga. Ayo, duduk dulu."

Ance menuruti. Dia menenteng dua kantong hitam. Kantong itu lalu dia serahkan ke Safira. "Ini sayur kol, petatas, wortel, dan markisa dari sa pu kampung."

"Ko pulang dari sana cepat sekali. Terima kasih eee...."

"Iyo, sama-sama," jawab Ance lalu menoleh ke Iris. "Selamat siang," sapanya.

Iris mengangguk dan menjawab salam itu.

"Oh iyo, ini sa pu sepupu. De pu nama Iris."

"Oh ...."

Safira lalu menawarkan minum ke Ance. Namun, temannya itu menolak. Safira senang mendengarkan alasan dari Ance. Kata temannya itu, "Sa tra enak kalau minum di depan orang yang puasa."

Iris takjub pada Ance yang toleran. Teman sepupunya itu tak enak hati. Ance menghormati dia dan Safira yang berpuasa.

"Kam orang habis bikin apa?"

Safira menjawab, "Kami habis sapu-sapu. Ini lagi istirahat sebentar."

Ance lantas menawarkan diri untuk membantu. Dia bilang tidak ada kesibukan di rumah. Daripada bosan, Ance mau ikut bersih-bersih.

"Terima kasih, Ance," kata Iris.

Mereka bertiga pun saling bertukar cerita. Iris menceritakan peristiwa di Bandung. Sebaliknya, Ance berbagi pengalaman di kampung.

⚘⚘⚘

Publikasi: 25 April 2022.

Catatan:

Sa: saya
Su: sudah
Ko: kamu
Iyo: iya
Kam orang: kalian
Pu: punya
Tra: tidak

Salam manis sayang,
Harni Aryana⚘

HUKUMAN BERHARGA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang