PROLOG

13 1 0
                                    


Pada dasarnya fitrah seorang manusia itu suci, terlahir tanpa dosa

Hari malam yang sepi, angin yang kencang seakan menampar wajah seorang Laki-laki dan wanita yang sedang menikmati malam yang sunyi. Mereka duduk bersisian di belakang sel gedung lapas memandang langit malam yang menampakkan bulan purnama sehingga malam tersebut tidak terlalu gelap seperti malam-malam sebelumnya.

Laki-laki tersebut menghisap rokok yang terselip diantara jari telunjuk dan jari tengahnya seraya menghembuskan asap rokok ke udara secara berulang. Kegiatan tersebut tidak luput dari mata seorang wanita yang duduk disebelahnya.

"ada apa?" Laki-laki tersebut yang awalnya tidak memperdulikan wanita di sebelahnya dan hanya memandang langit mulai merasa jengah diperhatikan oleh wanita tersebut.

"tidak ada, hanya memperhatikan dirimu, ku lihat-lihat kau lumayan juga" sahut wanita tersebut sebelum memalingkan wajahnya menatap langit malam.

Terdengar kekehan kecil sebelum Laki-laki tersebut menghisap dalam rokoknya, menjatuhkannya dan menginjak rokok tersebut hingga padam. Kemudian, ia menoleh ke arah wanita di sebelahnya dan sebaliknya. Mereka saling menatap beberapa saat sebelum wanita tersebut menatap kembali langit malam.

"okay, sekian untuk malam ini. aku harap kau besok berbuat baik, setidaknya untuk membalas rokok yang telah kau hisap barusan" ujar wanita tersebut lalu menegakkan tubuhnya dan menatap Laki-laki tersebut, serasa tidak ada lagi yang akan terjadi. Wanita tersebut mulai mengambil borgol di saku belakangnya dan mengambil kedua tangan Laki-laki itu untuk diborgol.

Laki-laki tersebut hanya memperhatikan gerak-gerik wanita tersebut dalam diam. Ia memasrahkan dirinya, hal yang tidak mungkin dilakukan oleh Laki-laki itu. ia kenal dirinya, bahwa ia tidak pernah pasrah pada apapun dan siapapun. Hanya pada wanita inilah ia bisa pasrah dan diam, dan ia tidak tahu mengapa. Jika orang lain bertanya padanya kenapa, ia hanya bisa jawab 'tidak tahu'.

Setelah tangan Laki-laki itu di borgol, wanita tersebut mulai membawa Laki-laki itu kembali ke sel Laki-laki tersebut berasal. Mereka melangkahkan kakinya menuju dalam gedung lapas. Tiba-tiba langkah mereka terhenti sebelum wanita tersebut berhasil menggapai ganggang pintu masuk belakang lapas.

"sejak dulu aku penasaran, apa kau tidak takut bekerja disini?" tanya laki-laki itu memberhentikan langkah mereka. wanita tersebut menolehkan kepalanya ke belakang melihat wajah laki-laki yang sedang ia pegang borgol tangannya.

"tidak" jawab singkat wanita tersebut dan mulai menarik gagang pintu untuk masuk kedalam.

"apa kau tidak takut padaku?" tanya laki-laki itu kembali sehingga wanita tersebut kembali menghentikan langkahnya. Kini ia tidak hanya menolehkan kepalanya, melainkan membalikkan badannya sehingga perhatiannya sepenuhnya berada pada laki-laki tersebut.

"tidak" jawab wanita tersebut setelah keheningan beberapa saat.

"kenapa? kau tahu alasan ku ada disini?" laki-laki itu secara tidak sadar menatap wanita penjaga lapas di depannya dengan tatapan teduh dan seperti anak laki-laki yang sedang meminta perhatian kepada ibunya. dan wanita tersebut paham akan hal itu.

Ia menghembuskan nafasnya sejenak dan melunakkan pandangannya pada laki-laki yang sedang ia borgol dan berkata "aku tahu".

"lalu?"

"karena aku sudah terbiasa" jawab wanita itu sekenanya dan mulai membalikkan badan dan berjalan masuk kedalam gedung lapas seraya menarik laki-laki itu dengan borgolnya menuju kamar sel laki-laki tersebut.

"kau tau jawaban yang ingin kudengar darimu Axelle" ujar laki-laki tersebut dengan dingin.

"kau tahu, kalimat apa yang selalu ku pegang, sehingga aku mampu bertahan bekerja disini?"

Laki-laki itu menggeleng.

"Pada dasarnya fitrah seorang manusia itu suci, terlahir tanpa dosa". wanita tersebut mengatakannya dengan tatapan datar dan tegas setelah mereka mulai melewati jejeran-jejeran kamar sel yang berisi narapidana di dalamnya.

"sepertinya dengan otakmu, kau paham maksudku" ujar wanita tersebut setelah mereka sampai di pintu kamar sel 13. Kamar sel paling ujung pada blok yang mereka lewati. ia membuka borgol tangan laki-laki itu dan menolehkan kepalanya pada kamar tersebut, mengisyaratkan laki-laki itu untuk masuk kedalam kamar selnya.

"masuklah" ujar wanita tersebut. Setelah memastikan laki-laki itu sudah sepenuhnya masuk, ia menutup pintu dan menguncinya dengan gembok besi yang sudah mulai dimakan usia.

"kau tau siapa namaku?" tanya laki-laki tersebut setelah lama bergeming.

"tentu saja, kau sudah bersahabat dengan lapas ini, lagi pula siapa yang tidak kenal dengan dirimu di negeri ini"

"selamat malam, austin"

The Female Guard (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang