Sinar matahari pagi masuk kedalam sela-sela jendela kamar setiap selnya. Sehingga gelap malam pun tergantikan oleh cahaya mentari pagi. walaupun lapas tidak terlalu terang, tetapi cukup untuk penerangan di sekitar gedung lapas.
Para penjaga setiap lapas mengadakan roll untuk mengecek para narapidana sebelum melakukan pekerjaan atau tamping pada masing-masing bidangnya.
Mereka yg menjadi tamping adalah napi yang sudah memasuki masa asimilasi, yaitu sudah hampir habis hukumannya atau yang punya keahlian dsb.
Ada tamping dapur, registrasi, blok, besukan, air, masjid, poliklinik pertukangan, pertanian dll. disesuaikan dengan kebutuhan dan keahlian.
Setiap gembok besi kamar sel dibuka oleh para penjaga kemudian membuka pintu besi yang berat tersebut agar para narapidana keluar dari kamar sel mereka masing-masing untuk pengecekan oleh para penjaga.
Setelah seluruhnya sudah aman. napi diarahkan menuju tampingnya masing-masing. Dan sama seperti sebelumnya Austin dengan nomor napi 313 dan juga napi lainnya dijaga oleh Axelle selaku penjaga lapas.
Austin diam tidak bersuara hanya mengikuti penjaga ke tempat ia biasa bekerja yaitu tamping dapur dan juga memenuhi janjinya semalam pada Axelle untuk bertingkah baik hari ini.
Ya, hari ini saja menurutnya. jika yang lain juga ikut bekerja sama dengannya untuk berbuat baik di lapas ini.
Austin menolehkan kepalanya sekilas pada Axelle yang berada tepat di sampingnya. dapat ia lihat raut datar dan tegas dari wajah Axelle.
Raut wajah yang memancarkan kewaspadaan terhadap para napi. Dengan pakaian yang rapi dan juga tongkat yang selalu berada di tangannya. Axelle menuntun para napi yang dikawal olehnya menuju dapur.
"Lakukan tugas kalian seperti biasa dan tertib!" Axelle melangkah dan berdiri tepat di depan para napi dengan mengayun-ayunkan tongkatnya.
Tidak lupa mimik wajahnya yang datar serta tegas dan juga suara yang lantang.
"siap ma'am" seru para napi.
Begitulah para napi memanggilnya di lapas ini dengan sebutan Ma'am. Walaupun ia masih lajang, para napi dan juga para pekerja di lapas memanggilnya dengan sebutan Ma'am.
Karena pembawaannya yang keras, tegas dan juga datar. Banyak para napi yang tidak ingin mengambil resiko untuk berurusan dengan Axelle.
Setelah para napi menuju tempatnya masing-masing di dapur tersebut. Para napi mulai mengerjakan tugas mereka masing-masing, kegiatan mereka sedikitpun tidak luput dari pengawasan Axelle.
Axelle menduduki salah satu meja makan di kantin yang tergabung dapur tersebut. Ia menduduki meja tersebut dan melipat kakinya dengan elegan, sehingga semakin memperjelas kaki jenjangnya, tidak lupa kedua tangannya yang selalu dilipat sembari memegang tongkat kesayangannya.
Para napi yang mayoritas adalah laki-laki yang sudah lama terkurung di balik jeruji besi dan kurang pasokan keindahan hawa, tentu mereka tidak melewatkan kesempatan itu.
Mereka berusaha mencuri-curi pandang terhadap Axelle dan ia tahu itu.
Tak terkecuali Austin, Ia yang bertugas pada bagian serving dan jarak yang paling dekat dengan meja yang diduduki oleh Axelle. Tentu saja pemandangan itu tidak luput dari matanya.
Ia mulai memperhatikan Axelle, mulai dari sepatu hak runcingnya yang selalu bergema di lorong lapas ketika wanita itu berjalan.
Lalu naik ke atas menuju kaki jenjangnya yang indah, dan terus naik ke bagian atas tubuh Axelle.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Female Guard (ON GOING)
Romance"apa kau tidak takut padaku?" tanya laki-laki itu kembali sehingga wanita tersebut kembali menghentikan langkahnya. Kini ia tidak hanya menolehkan kepalanya, melainkan membalikkan badannya sehingga perhatiannya sepenuhnya berada pada laki-laki terse...