Hai ma,
Akhirnya setelah sembilan tahun kepergianmu, aku bisa memahami apa yang dulu mama rasakan. Maaf karena terlambat sekali aku memahamimu. Andai aku bisa lebih peka dulu, aku akan mampu memelukmu lebih lama. Aku bisa menjadi temanmu menangis lebih lama. Luka yang engkau simpan rapat-rapat didalam hatimu, kenapa aku tidak bisa melihat itu dulu? Aku hanya melihat sosok yang kuat dan hebat darimu. Aku hanya melihat sosok yang cerewet dan pemarah darimu. Tapi aku mengabaikan rasa kesepianmu.
Sekarang aku mengerti kenapa dulu mama tidak pernah mengizinkan aku pergi jauh dari sisimu. Mama bahkan pernah menangis saat aku harus pergi lagi ke kota ini. Bukan karena mama tidak percaya padaku, tapi ternyata karena mama begitu menyangiku dan tidak ingin kesepian sendiri dirumah. Sekarang aku merasakan semua itu.
Dunia ternyata bisa terasa sangat kejam. Hidup bisa sangat membuatku lelah. Dulu aku melalui semuanya bersamamu, tapi kini aku sendirian. Mungkin itulah kenapa, rasa lelah itu semakin terasa sangat berat. Atau mungkin aku hanya sedang menanggung dosa karena dulu aku tidak menjadi anak yang berbakti untukmu. Mama tau, bahkan sejak dua tahun terakhir ini, rasanya sangat melelahkan. Aku bahkan pernah berdoa jika Allah mengirimkan padaku penyakit sepertimu karena aku sudah tidak tau lagi untuk apa aku hidup. Kenyataan selalu terasa menyakitkan dan itu menusukku hingga kedalam.
Aku tidak lagi memiliki pelukanmu untuk menenangkan aku. Aku hanya hidup seperti sobekan plastik yang berserakan dijalanan. Terbang terbawa angin, terombang-ambing dari satu kendaraan ke kendaraan lain. Menabrak sana dan sini tapi aku tidak kesakitan. Aku tidak lagi mengeluh, aku juga tidak ingin lagi menangis. Aku merasa apapun yang aku lakukan akan sia-sia saja. Sebanyak apapun emosi yang aku keluarkan dan tunjukkan, tidak akan mengubah apapun. Tidak akan ada pelukanmu lagi yang akan membuat keadaanku berubah.
Ma.. what's wrong with me? I always missing you, so much and it's really painful...