"Anak-anak, masuk mobil." Wanita cantik itu sibuk memasukkan bekal kedalam dua tas di hadapannya sambil terus mengomel.
"Jendra mau naik motor aja, mah." Lelaki tinggi berseragam putih abu-abu itu menyahut kemudian berjalan kearah nakas, mengambil kunci motornya.
"Hm, ini tasnya. Dalemnya ada bekal. Makan ya, jangan dibuang!" Tegasnya sambil menyerahkan tas itu kepada pemiliknya.
"Siap!!" Balas perempuan yang wajahnya sedikit menor itu.
"Yasudah, masuk mobil."
"Aku? aku gaada bekal?" Tanya seseorang dari ujung sana, dia Jeslin.
Dara terkejut, ia lupa jika anaknya sudah bertambah satu, dengan cepat ia menghampiri gadis itu. "Mama lupa kalau anak mama sudah bertambah satu, gausah bawa bekal gapapa ya?"
Jeslin mendongkak, melihat ibu tirinya, ia tidak menjawab melainkan melangkahkan kakinya keluar rumah.
"Anak gapunya sopan santun, pamitan dulu sama mama kamu, Jeslin." Suara bariton pria itu menggema di ruangan membuat langkah seorang gadis remaja itu terhenti.
"Ya gimana lagi? orangtua ku aja gapernah ngajarin sopan santun."
-
"Lo anak tunggal 'kan, Jes? boleh lah kerkom di rumah lo." Ujar Aleina, anak perempuan berambut sebahu itu tersenyum sambil menarik-narik ujung baju Jeslin.
"Nggak, kerkom di cafe aja." Balas Jeslin singkat.
"Lo mentang-mentang ortu lo kaya, kerkom aja sampe di cafe. Jangan di cafe lah! duit jajan gue lagi di potong!" Avendra menyahut, tidak setuju dengan usulan Jeslin.
Jeslin menggeram tak suka lalu melempar tatapan sinis kepada Avenda. "Lo lupa derajat apa gimana, Ven? Lo lupa bapak lo yang punya ini sekolah?" Umpat Jeslin sambil merapihkahkan buku-bukunya.
Aleina tertawa kemudian ikut merapihkan buku-bukunya. "Udah lah Ven, kalau gamau keluar uang. Di rumah lo aja gimana?" Tanya gadis itu.
Avendra mengambil sapu lalu mengangkat sapu itu tinggi-tinggi kemudia di arahkan tepat di kepala Aleina. "Lo lupa curut gue banyak?! terakhir kerkom di rumah gue aja buku-buku kita di sobekin sama curut-curut gue!" Jawab Avendra emosi sambil menurunkan sapunya.
Aleina memasang senyum lebar. "Hehe.. bercanda, Van."
"Gue balik duluan." Ujar Orilion.
"Yah! padahal belum di tentuin kerkom dimana." Balas Aleina terdengar putus asa.
"Di cafe aja, kalau Avendra gamau coret aja namanya." Orilion menjawab sambil terus melangkahkan kakinya terus keluar kelas.
"Dih! dia gatau apa gue anak yang punya sekolah?!" Sahut Avendra emosi.
-
"Mau balik bareng ngga Jes?" Tawar Aleina seraya memasang helm ke kepalanya.
"Ngga, gue bawa motor kok." Tolak Jeslin halus.
"Yang motor lo?" Tanya Aleina, tatapannya mengelilingi parkiran sekolah yang hanya tersisa empat motor.
"Tuh! tadi di ambil pak satpam. Gue telat soalnya." Jawab Jeslin sambil menunjuk motornya yang terparkir di sebelah pos satpam.
"Oh yaudah, udah bisa di ambil kan? Gue balik ya." Pamit Aleina kemudian menjalankan motornya keluar sekolah.
Jeslin hanya mengangguk saja. Gadis itu berjalan menuju motornya berada, tak sengaja tatapannya tertuju kepada mobil putih yang berada tepat di luar gerbang, ia tau itu mobil milik sang ayah.
Tak lama seorang gadis masuk kedalam mobil, itu Zelia—adik tirinya. Jeslin terkekeh pelan, selama ia bersekolah saja ia tidak pernah dijemput oleh sang ayah.
Tak memikirkan itu, ia segera menyalakan motornya lalu melajukannya di atas rata-rata.
-
"Dari mana aja kamu?" Suara tegas milik ayah nya terdengar menggema di rumah yang cukup besar itu.
Jeslin menghela nafas. "Ayah gak liat? aku aja masih pake seragam, tadi pagi juga ayah liat aku berangkat sekolah." Balas Jeslin pelan.
"Jendra sama Zelia aja udah pulang dari jam empat! kamu liat ini jam berapa!"
"Iya! aku liat. Aku pergi ke alun-alun-
Darmaga maju mendekati sang lawna bicara dengan tangan yang terkepal erat, matanya memerah tajam. "Kamu itu bukannya belajar! malah main-main. Liat kakak sama adik kamu!-
"Nggak! aku ga punya kakak sama adik!" Potong Jeslin cepat sambil menatap mata Darmaga tanpa takut.
Sedangkan di atas tangga sana Jendra mendengarkan keributan anak dan ayah itu hanya diam tak bergeming.
"Dia, masih benci sama gue?" Ujar nya pelan sambil melangkah berjalan menuju kamar.
-
Juni, 01 2022.
KAMU SEDANG MEMBACA
2
RandomJeslin, gadis remaja yang menyimpan banyak luka di setiap cerita. Hidupnya rumit dan sangat membosankan. namun, semua orang menantikannya, menantikan senyuman manis milik gadis itu. Ia sangat membenci semua hal tentang keluarganya, apapun itu yang b...