Tok tok tok
"Sayang, Bunda boleh masuk?" teriak pelan dari wanita paruh baya yang sejak tadi sudah berdiri di depan pintu kamar milik Putri nya.
"Iya Bun, tunggu bentar biar Ara yang bukain." Dengan sedikit teriakan, gadis itu mendorong kursi rodanya dengan pelan.
'cklek'
Pintu dengan warna putih tulang itu terbuka menampilkan seorang gadis cantik dengan muka pucat khas miliknya, ia sedikit tersenyum menyambut Ayu -Bundanya-. Tanpa disuruh air mata Ayu hampir saja menetes melihat penampilan Putrinya.
"Obat kamu sudah kamu minum, hm?" tanya Ayu mendorong kursi roda Chayra kembali ke dalam. Gadis itu sempat terdiam dengan pandangan kosong, setelah tersadar gadis itu mulai bersuara.
"Kenapa Bunda pertahanin, Ara? Bunda ngga capek ngurus Ara terus? Ara aja capek, Bun." tak terasa air matanya luruh seiring saat dirinya berucap.
Ayu membalikkan kursi roda milik Chayra, memeluk gadis itu dengan air mata yang ikut luruh, Ayu tak tahan ia ingin menangis meraung-raung meminta keadilan untuk putrinya, ia ingin menyembuhkan putrinya, ia ingin melihat putrinya tumbuh seperti gadis gadis pada umumnya. Namun, tak bisa dipungkiri sebesar apapun usahanya itu tak akan pernah berhasil. Ayu terus menangis memeluk Chayra dengan sesegukan, sungguh ia tak tahan.
Tiba-tiba saja pintu kamar gadis itu terbuka dengan cukup keras, Ayu serta Chayra refleks berbalik melihat siapa sang pelaku. Disana, berdiri seorang lelaki paruh baya dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Ayah kenapa?" dengan perasaan yang tidak enak, dirinya menghampiri sang suami -Chandra-. Chandra segera memeluk sang istri dengan mata yang mengembun. Chayra yang tak tahan menghampiri mereka berdua dengan mengandalkan kursi rodanya.
"Ayah, kenapa? Jangan buat ara sama Bunda khawatir." Gadis itu menarik-narik pelan lengan Chandra. Mereka berdua melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah Chayra.
"Sayang. Kalau Ayah udah ngomong kamu jangan nangis, ya?" Chandra mengelus rambut putrinya dengan sayang, itu semua tak luput dari penglihatan Ayu.
"Kenapa sih, Yah?" Ayu sudah penasaran sedari tadi, apalagi perasaanya yang tambah tidak enak kian menjadi saat Chandra mengatakan itu.
"Rion, abang kamu kecelakaan-
-sangat parah." Sambungnya.
Deg
Bagai disambar petir disiang bolong, kaki Ayu terasa seperti jeli sehingga ia jatuh terduduk dengan mata yang sudah mengeluarkan berbulir air, Chayra juga merasakan dadanya terasa terhimpit batuan besar membuat dirinya kesulitan untuk bernafas. Asmanya kambuh, ia mulai kesususahan untuk bernafas Ayu dan Chandra mulai panik, dengan gerakan cepat Chandra menggendong Chayra dengan bridle style. Dengan Ayu menenteng infus gadis itu yang sudah menjadi salah satu alasan dirinya bertahan.
Saat sampai dirumah sakit, semua mata kini beralih menatap ketiga orang itu dengan penasaran.
"Dokter! Suster! Tolong anak saya!" teriak Chandra dengan tak sabaran, tak lama dua suster datang dan memindahkan Chayra ke atas brangkar lalu mendorong nya dengan gerakan tergesa gesa.
Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya dokter yang memeriksa Chayra keluar membuat dua pasutri itu bergegas menuju sang dokter.
"Dokter, gimana? Anak saya baik baik saja, kan?" tanya Ayu dengan penuh harap.
Dokter dengan nama tag Jesica itu mengangguk, lalu berucap "anak ibu hanya shock sehingga membuat dirinya lupa akan mengatur nafas dan mengakibatkan asmanya kambuh. Tapi, walaupun begitu kondisi anak ibu dan bapak sangat lemah karena penyakit mematikan yang semakin menyebar didalam tubuhnya." jelas Jesica dengan raut wajahnya yang berubah-ubah.
Chandra segera memeluk Ayu bermaksud menenangkan.
"Kalau begitu, saya permisi.." Pamit Jesica diikuti suster dibelakangnya.
"Kita masuk liat Ara ya, Sayang. Kalau sudah kita ke kamar rawat Rion." Ayu hanya mengangguk mengikuti setiap langkah Chandra.
.....
"Tidak Chayra! Ayah ga bakal setuju dengan keputusan bodohmu itu!" Chandra mengerang marah, matanya kembali berembun.
"Maaf.. Tapi keputusan yang Ara ambil udah bulat, kasian abang. Hidupnya masih panjang, gak kayak aku yang ga nentu." Gadis itu menggenggam tangan Chandra memohon, Ayu? Sedari tadi hanya menangis.
Chandra memang menginginkan anak lelakinya kembali sehat. Tapi, tidak dengan cara mengorbankan anak perempuannya. Ayu mendekat mengusap lengan suaminya dengan mata memohon.
"M-mas, keputusan Chayra yang terbaik." Ayu tersenyum tipis menatap suami serta anak perempuannya.
"Apa-apaan kamu, Ayu! Tidak!" bentak Chandra menatap Istrinya yang mungkin sudah tidak waras.
"Ayah.."
Setelah perbincangan panjang antara Chayra, Candra dan Ayu akhirnya memiliki akhir, artinya sang ayah sudah menyetujui yang anak perempuannya inginkan. Sekarang gadis itu tengah berbaring disamping Kakak laki-lakinya -Rion-. bagian wajah lelaki itu nampak diperban, terutama pada area mata.
"Ara sayang abang, Bunda sama Ayah. Dengan cara ini, Ara bisa bebas dari rasa sakit yang selama ini ngehantuin Ara." Gadis itu tersenyum manis menggenggam tangan Rion, operasinya akan segera dimulai 15 menit lagi, itu artinya hidupnya didunia ini tinggal hitungan menit saja.
"Huftt ..."
-----
"CUKUP!! AKU UDAH GA TAHAN SAMA SIKAP KALIAN SEMUA! KALIAN SEMUA JAHAT! AKU BENCI SAMA KALIAN!!" dilain tempat, gadis dengan penampilan acak-acakan tengah menjerit tak tertahan dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipi menornya.
Ditempat itu, semua orang hanya memandangnya dengan pandangan wajah datar ada juga yang terkekeh sinis.
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, gadis itu berlari menuju mobil kesayangan miliknya. Dengan tergesa-gesa gadis itu menancapkan gas mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata, air matanya terus meluruh melewati wajah sang gadis yang dilapisi bedak seperti tepung itu, sesekali memukul stir dan membelok-belokkan stir mobilnya dengan arah yang tak tentu. Dia ingin mengistirahatkan tubuhnya dulu di tempat yang biasa dirinya gunakan untuk penenang, bukannya berhenti mobil itu terus melaju, gadis itu sangat shock saat rem pada mobilnya tak berfungsi.
"Bajingan!"
Ia mencoba untuk mengendalikan kembali mobilnya, namun terlambat ...
'Brakk'
Dengan tragisnya, mobil gadis itu malah menabrak tiang listrik yang mengakibatkan bunyi tabrakan yang sangat ketara, ia hanya meringis merasakan sakit diseluruh badannya.
"S-sakit ..."
"Mama, aku datang..."
----
Prolognya kepanjangan ga sih? 🤔
Feelnya dapat, ga??
Gimana? Ini baru prolog, pasti kalian ngerasa kalau kejadiannya terlalu pasaran. Memang, tapi ini baru pertama belum pertengahan ataupun akhir. So jangan nyimpulin kalau cerita saya kedepannya berakhir kayak cerita transmigrasi pada umumnya🙏
NEXT??
KAMU SEDANG MEMBACA
i'm not Chelsea || Transmigrasi
Fantasy◢Chelsea Transmigrasi◣ Chayra Fayyola Nadhifa hanya gadis biasa dengan segala penyakit mematikan yang senang tiasa melekat pada dirinya sejak lahir. Gadis dengan segala impian yang sangat mustahil untuk dirinya kabulkan, gadis itu menginginkan dirin...